B.F. Skinner: Biografi dan Teori Operant Conditioningnya

Table of Contents
Biografi B.F. Skinner
Burrhus Frederic Skinner

Biografi B.F. Skinner

Burrhus Frederic Skinner (1904-1990) adalah seorang tokoh penting psikologi behaviorisme, penemu, sekaligus filsuf sosial.

Skinner adalah profesor psikolog di Harvard University sejak tahun 1958 hingga pensiun pada tahun 1974.

Skinner adalah penemu skinner box, yakni suatu alat untuk mempelajari sesuatu yang ia sebut pengondisian operan (operant conditioning).

Ia merupakan pelopor behaviorisme radikal dalam filsafat ilmu dan pendiri mazhab psikologi yang dikenal sebagai analisis eksperimental perilaku.

Dalam sebuah survei pada Juni 2002, Skinner ditetapkan sebagai psikolog paling berpengaruh pada abad ke-20. Sepanjang hidupnya, telah menerbitkan tidak kurang dari 21 buku dan 180 makalah penelitian.

B.F. Skinner lahir di Susquehanna, Pennsylvania, pada 20 Maret 1904. Ayahnya, William, berprofesi sebagai pengacara sedangkan ibunya bernama Grace.

Skinner menjadi ateis setelah guru teologinya mencoba meredakan ketakutan pada neraka.

Saudaranya yang bernama Edward berusia dua setengah tahun lebih muda darinya, meninggal pada usia 16 tahun akibat mengalami pendarahan otak.

Skinner mengambil kuliah sastra Inggris di Hamilton College, New York. Ia bercita-cita menjadi seorang penulis.

Saat kuliah, ia bergabung dengan kelompok Lambda Chi Alpha Fraternity. Semasa kuliah, ia aktif menulis di media kampus.

Sebagai seorang ateis, ia kerap mengkritik mata kuliah agama. Setelah menerima gelar B.A. pada tahun 1926, Skinner melanjutkan studi ke Harvard University.

Di Harvard, seorang teman bernama Fred Keller meyakinkan bahwa Skinner bisa membuat ilmu eksperimental dalam studi tentang behaviorisme.

Hal tersebut mendorong Skinner menciptakan prototipe skinner box. Setelah itu, ia bergabung dengan Keller untuk mengadakan eksperimen-eksperimen kecil dan merancang alat-alat psikologi lainnya.

Skinner mencoba menulis sebuah novel, tetapi tidak tuntas. Ketika itu, ia masih tinggal bersama orang tuanya. Skinner menyebut masa-masa itu sebagai periode kelam dalam kehidupannya.

Ia sangat kecewa dengan keterampilan sastranya, meskipun sudah mendapat dorongan dari seorang penyair terkenal, yaitu Robert Frost.

Setelah bertemu dengan ilmuwan psikologis John Watson, Skinner meninggalkan sastra dan mengalihkan fokus pada studi psikologi. Kelak, ia berhasil mengembangkan versi baru dari behaviorisme.

Skinner menerima gelar Ph.D. dari Harvard University pada tahun 1931. Ia bertahan di sana sebagai peneliti sampai tahun 1936. Selepas dari Harvard, ia mengajar di Universitas Minnesota, Minneapolis.

Ia kemudian menjadi ketua departemen psikologi di Indiana University pada periode 1946-1947. Pada tahun 1948, ia kembali ke Harvard University dan diangkat sebagai profesor tetap.

Pada tahun 1973, Skinner menjadi salah satu tokoh yang ikut menandatangani Humanist Manifesto II.

Skinner menikah dengan Yvonne Blue pada tahun 1936. Pasangan ini memiliki dua anak perempuan, yakni Julie dan Deborah.

Skinner meninggal karena mengidap leukemia pada 18 Agustus 1990. Jenazahnya dimakamkan di Mount Auburn Cemetery, Cabridge, Massachusetts.

Beberapa hari sebelum kematiannya, ia diberi penghargaan prestasi seumur hidup oleh American Psychology Association serta diberi kesempatan menyampaikan pidato tentang karya-karyanya.

Integritas Skinner patut dicontoh karena ia terus menulis dan bekerja pada hari-hari terakhir hidupnya.

Teori Operant Conditioning B.F. Skinner

Dasar teori
Menurut Skinner, tingkah laku bukan sekedar respons terhadap stimulus, tetapi juga suatu tindakan yang disengaja atau operan. Dalam hal ini, operan dipengaruhi oleh hal-hal yang terjadi sesudahnya.

Operan sendiri adalah sejumlah perilaku atau respons yang membawa efek sama dengan lingkungan terdekat. Jadi operant conditioning melibatkan pengendalian konsekuensi.

Setiap tingkah laku berada di antara dua pengaruh, yaitu pengaruh yang mendahuluinya (antecedent) dan mengikutinya (konsekuensi).

Untuk lebih jelasnya perhatikan tahap-tahap proses operant conditioning berikut ini. Antecedents adalah kondisi-kondisi yang mengarahkan pada perilaku. Perilaku adalah aktivitas yang dilakukan.

Sedangkan konsekuensi adalah hasil atau dampak. Dengan demikian, tingkah laku dapat diubah dengan mengganti antecedent, konsekuensi, atau keduanya sekaligus.

Menurut Skinner, konsekuensi sangat menentukan apakah seseorang akan mengulangi suatu tingkah laku pada kesempatan lain di waktu yang akan datang atau tidak.

Mengendalikan konsekuensi
Konsekuensi yang timbul dari tingkah laku tertentu dapat menyenangkan atau justru sebaliknya bagi pelakunya. Konsekuensi terkadang datang dengan cepat, tetapi bisa juga lama.

Hal ini sangat berpengaruh terhadap orang bersangkutan. Ada dua hal penting yang perlu disinggung sehubungan dengan pengendalian konsekuensi di antaranya,
1. Penguatan
Dalam pergaulan sehari-hari, penguatan kurang lebih berarti hadiah. Akan tetapi, dalam dunia psikologi, penguatan mempunyai arti lebih khusus, yakni konsekuensi atau dampak yang memperkuat tingkah laku tertentu.

Sebagaimana telah disinggung, suatu peristiwa yang memperkuat tingkah laku bisa menyenangkan atau sebaliknya. Artinya, penguatan ditentukan oleh efek terhadap kuatnya tingkah laku.

Cara lain untuk menentukan penguatan ialah bahwa penguatan itu dapat berwujud peristiwa atau sesuatu yang akan diraih oleh seseorang.

Lebih lanjut, penguatan diklasifikasikan ke dalam dua kategori di antaranya,
a. Penguatan positif
Penguatan positif adalah suatu rangsangan (stimulus) yang memperkuat atau mendorong suatu respons (tingkah laku tertentu).

Penguatan positif pada umumnya berbentuk reward (ganjaran, hadiah, atau imbalan), baik secara verbal (kata-kata atau ucapan pujian) maupun nonverbal (isyarat, senyuman, serta hadiah berupa benda atau makanan).

Contohnya, pujian yang diberikan kepada anak yang telah berhasil menjawab pertanyaan dengan baik akan memperkuat, memotivasi, atau mendorongnya untuk lebih giat dalam belajar.

b. Penguatan negatif
Penguatan negatif adalah suatu rangsangan (stimulus) yang mendorong seseorang untuk menghindari respons tertentu yang konsekuensi atau dampaknya tidak memuaskan (menyakitkan atau tidak menyenangkan).

Artinya, penguat negatif mengokohkan tingkah laku dengan cara menghindari stimulus yang tidak menyenangkan.

Bilamana suatu perbuatan menyebabkan seseorang menghindari sesuatu yang tidak menyenangkan, ia akan cenderung mengulangi tindakan serupa apabila suatu saat menghadapi situasi identik.

2. Hukuman
Hukuman adalah pengurangan atau penekanan tingkah laku. Suatu perbuatan yang diikuti oleh hukuman akan memiliki kemungkinan kecil diulangi kembali pada situasi-situasi serupa di waktu lain.

Dalam hal ini, hukuman dibedakan menjadi dua di antaranya,
a. Presentation punishment
Presentation punishment terjadi apabila stimulus yang tidak menyenangkan ditunjukkan atau diberikan kepada seseorang.

Contohnya, guru memberikan tugas tambahan karena kesalahan yang dibuat oleh murid-muridnya.

b. Removal punishment
Removal punishment terjadi apabila stimulus tidak ditunjukkan atau diberikan. Artinya, stimulus berwujud menghilangkan sesuatu yang menyenangkan atau diinginkan.

Sebagai contoh, seorang anak tidak diperkenankan menonton televisi selama seminggu oleh orang tuanya karena ia tidak belajar.

Demikian teori operant conditioning sebagai dasar dari behaviorisme radikal yang dirintis oleh Skinner. Teori ini memiliki manfaat praktis dalam kehidupan sehari-hari.

Orang tua dapat memperkuat perilaku anak-anaknya yang sesuai dan memberikan hukuman jika putra-putrinya berbuat menyimpang.

Mereka dapat menggunakan teknik generalisasi dan diskriminasi untuk membelajarkan perilaku-perilaku yang sesuai dengan situasi-situasi tertentu.

Di dalam kelas, guru memperkuat kemampuan akademik anak didiknya yang memuaskan dengan memberikan sedikit hadiah atau hak-hak tertentu.

Perusahaan menggunakan hadiah sebagai instrumen untuk memperbaiki kehadiran, produktivitas, serta keselamatan kerja bagi para karyawan.

Selain itu, pakar psikologi atau terapis behavior menggunakan prinsip-prinsip operant conditioning untuk memberikan bimbingan konseling kepada anak-anak atau orang dewasa yang memiliki kelainan psikis atau perilaku.

Terapis akan menggunakan teknik shaping untuk mengajar keterampilan bekerja kepada orang-orang dewasa yang mengalami keterbelakangan mental.

Adapun teknik reinforcement digunakan untuk mengajar keterampilan merawat diri sendiri pada orang-orang yang menderita penyakit mental parah.

Konselor memilih punishment dan extinction untuk mengurangi perilaku agresif dan antisosial dari orang-orang tersebut.

Adapun pakar psikologis akan menggunakan teknik operant conditioning untuk merawat orang yang memiliki kecenderungan ingin bunuh diri, mengalami kelainan seksual, menghadapi permasalahan perkawinan, kecanduan obat terlarang, berperilaku konsumtif, dan berbagai masalah lainnya.

Prinsip Teori Operant Conditioning
Selama lebih dari 60 tahun kariernya, Skinner mengidentifikasi sejumlah prinsip dasar dari operant conditioning.

Ia menjelaskan bagaimana seseorang belajar perilaku baru atau mengubah tingkah laku yang sudah ada. Prinsip-prinsip utama yang dikemukakan Skinner di antaranya,
1. Reinforcement
Reinforcement (penguatan) berarti proses yang memperkuat perilaku, yakni memperbesar kesempatan agar perilaku tersebut terjadi lagi. Ada dua kategori umum penguatan, yaitu positif dan negatif.

Penguatan positif adalah suatu metode memperkuat perilaku dengan menyertakan stimulus menyenangkan. Penguatan positif dapat meliputi makanan, minuman, seks, serta kenyamanan yang bersifat fisik.

Penguat positif juga dapat mencakup kepemilikan materi, uang, persahabatan, cinta, pujian, penghargaan, perhatian, serta kesuksesan karier.

Penguatan positif dapat memperkuat perilaku seseorang, baik yang diinginkan maupun tidak, bergantung pada situasi dan kondisi.

Sebagai contoh, anak-anak kemungkinan mau belajar giat di sekolah karena penghargaan diterima dari orang tua serta gurunya berkat prestasi yang memuaskan.

Namun, mereka juga sangat mungkin mengganggu kelas, mencoba melakukan hal-hal berbahaya, atau boleh jadi mulai merokok karena perilaku-perilaku tersebut mengarahkan perhatian dan penerimaan dari kelompok sebayanya.

Salah satu penguat paling umum untuk perilaku manusia adalah uang. Banyak orang dewasa menghabiskan waktu selama berjam-jam demi pekerjaan karena iming-iming mendapatkan upah.

Bagi individu tertentu, uang dapat pula menjadi penguat untuk perilaku yang tidak diinginkan, seperti perampokan, penjualan obat bius, serta penggelapan pajak.

Sementara itu, penguat negatif merupakan metode penguatan perilaku melalui cara menghilangkan atau meniadakan stimulus yang tidak menyenangkan. Ada dua tipe penguatan negatif, yaitu mengatasi dan menghindari.

Dalam tipe mengatasi, seseorang melakukan perilaku khusus untuk menghilangkan stimulus yang tidak mengenakan. Sebagai contoh, seseorang menderita sakit kepala dan mencoba obat jenis baru untuk mengurangi rasa sakitnya.

Ternyata, sakit kepalanya dapat menghilang dengan cepat. Orang tersebut kemungkinan akan menggunakan obat itu lagi ketika suatu saat menderita sakit kepala kembali.

Dalam tipe menghindari, seseorang melakukan suatu perilaku khusus berupa menjauhi akibat yang tidak menyenangkan. Sebagai contoh, pengemudi mobil kemungkinan mengambil jalur di tepi jalan raya untuk menghindari tabrakan beruntun.

Pada contoh lain, pengusaha membayar pajak untuk menghindari denda dan hukuman serta siswa mengerjakan pekerjaan rumahnya agar terhindar dari mendapatkan nilai buruk.

2. Punishment
Punishment (hukuman) berkaitan dengan penguatan. Apabila penguatan memantapkan perilaku maka hukuman justru memperlemah, yaitu mengurangi peluang terjadi lagi di masa depan.

Ada dua macam hukuman, yakni positif dan negatif. Hukuman positif adalah mengurangi perilaku dengan memberikan stimulus tidak menyenangkan jika perbuatan itu terjadi.

Misalnya, orang tua menggunakan hukuman berupa menjewer, mencubit, atau memarahi anak karena baru saja melakukan perilaku yang buruk.

Pada contoh lain, masyarakat menerapkan hukuman berupa menahan atau memenjarakan seseorang yang melanggar hukum.

Hukuman negatif adalah mengurangi perilaku dengan menghilangkan stimulus yang menyenangkan jika perbuatan dilakukan.

Misalnya, taktik orang tua membatasi ruang gerak anaknya atau mencabut beberapa hak istimewanya karena perbuatan buruk yang dilakukan si anak.

Pada contoh lain, masyarakat tidak hanya menahan atau memenjarakan seorang pelanggar hukum, tetapi juga mencabut sejumlah hak-haknya.

Sebagai catatan, hukuman memiliki beberapa kelemahan. Ketika seseorang dihukum hingga sangat menderita, ia menjadi marah, agresif, atau bahkan menunjukkan emosional negatif lainnya.

Orang itu juga sangat mungkin menyembunyikan bukti-bukti perilaku salahnya atau melarikan diri dari situasi buruk, seperti halnya ketika seorang anak kabur dari rumahnya.

Hukuman mungkin mengeliminasi perilaku dikehendaki bersamaan dengan hilangnya perilaku yang diinginkan. Sebagai contoh, seorang anak yang dipukul karena membuat kesalahan di depan kelas kemungkinan besar tidak berani mengacungkan jari untuk bertanya atau berargumen.

Karena alasan ini dan beberapa faktor lainnya, banyak pakar psikologi merekomendasikan hukuman hanya boleh diberikan untuk mengontrol perilaku ketika tidak ada alternatif lain yang lebih masuk akal.

3. Shaping
Shaping (pembentukan) merupakan teknik penguatan yang digunakan untuk mengajar perilaku hewan atau manusia yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. Dalam cara ini, guru terus mengadakan penguatan kembali terhadap suatu respons yang dapat dilakukan.

Misalnya, guru memberi soal dengan tingkat kesulitannya bertambah secara bertahap sesuai respons yang diharapkan dari anak didik. Jadi, upaya membentuk suatu karakter seseorang tidak harus dilakukan secara instan, tetapi perlahan-lahan.

Untuk membentuk karakter seorang pemikir, seorang guru pertama kali memberi soal yang mudah dijawab. Setelah murid mampu menjawab, guru memberikan soal yang lebih sulit dan begitu pun seterusnya.

Pakar psikologi menggunakan sistem pembentukan untuk mengajarkan kemampuan berbicara pada anak-anak dengan keterbelakangan mental. Sebagai langkah awal, pakar memberikan hadiah pada suara apa pun yang dikeluarkan anak.

Kemudian, secara berangsur-angsur anak dituntut mengeluarkan suara yang menyerupai kata-kata gurunya.

Pelatih hewan di dalam sirkus dan kebun binatang menggunakan sistem pembentukan untuk mengajari gajah berdiri dengan hanya bertumpu pada kaki belakang, harimau berjalan di atas bola, anjing berjalan di dalam roda berputar ke arah belakang, serta paus dan lumba-lumba melompat melalui lingkaran.

4. Extinction
Extinction (eliminasi) merupakan metode mengeliminasi perilaku yang dipelajari dengan cara menghentikan penguat dari perbuatan itu sendiri. Sebagai contoh, seseorang mengajari matematika pada anak yang tidak menyukai mata pelajaran tersebut.

Anak itu mungkin baru bersemangat mempelajari matematika apabila ia dijanjikan akan dibelikan sepeda. Akan tetapi, semangat ini lama-kelamaan akan kendur atau bahkan pada akhirnya habis. Artinya, anak tidak mau lagi belajar matematika jika hadiah yang dijanjikan tidak diberikan.

Penguat yang ditarik kembali akan menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan. Sebagai contoh, orang tua sering kali memberikan penguat negatif terhadap sifat marah anak-anaknya dengan cara memberikan perhatian.

Jika orang tua mengabaikan kemarahan anak-anak dan lebih memilih memberikan hadiah berupa perhatian, maka frekuensi kemarahan anak tersebut seharusnya secara berangsur-angsur akan berkurang.

5. Generalization
Generalization (generalisasi) adalah perilaku yang telah dipelajari oleh individu dalam suatu situasi. Artinya, perilaku itu dilakukan oleh individu tersebut dalam berbagai kesempatan lain, tetapi situasinya sama.

Sebagai contoh, seseorang diberi hadiah dengan tertawa atas ceritanya yang lucu di suatu bar. Ia akan mengulang cerita yang sama di tempat-tempat lain, seperti restoran atau momen pesta dan resepsi pernikahan.

6. Discrimination
Discrimination (diskriminasi) merupakan proses belajar bahwa perilaku tertentu akan diperkuat dalam suatu situasi, tetapi tidak demikian dalam situasi lainnya.

Seseorang akan belajar bahwa menceritakan lelucon di dalam rumah ibadah, momen rapat, transaksi bisnis ataupun berbagai situasi-situasi serius tidak akan membuat orang lain tertawa.

Diskriminasi mengingatkan kepada seseorang bahwa perilaku semacam itu adalah negatif. Ia akan belajar menceritakan leluconnya hanya ketika berada pada situasi riuh dan banyak orang (stimulus diskriminatif).

Belajar mengenai perilakunya akan diperkuat atau tidak merupakan bagian penting dari pengondisian operan.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment