Proyeksi dalam Psikologi: Pengertian, Penyebab, Jenis, dan Cara Menghentikannya

Table of Contents
Pengertian Proyeksi dalam Psikologi
Proyeksi dalam Psikologi

Pengertian Proyeksi dalam Psikologi

Proyeksi dalam psikologi adalah mekanisme pertahanan diri (defence mechanism) dengan cara mengalihkan emosi yang tidak diinginkan dari diri sendiri kepada orang lain. Tak hanya itu, orang yang melakukan hal ini juga bisa melemparkan kesalahan pada orang lain dengan tujuan melindungi ego dirinya.

Melalui mekanisme proyeksi, individu terkait lebih mudah menghadapi emosi yang dialaminya. Dalam beberapa kasus, proyeksi dapat menimbulkan tuduhan yang tidak berdasar. Seperti kasus dalam hubungan percintaan, di mana salah satu pihak menuduh pasangannya berselingkuh, padahal kenyataannya dia yang selingkuh.

Contoh lain, ketika merasa tidak suka terhadap seseorang, yang terjadi justru meyakini orang itu merasakan hal yang sama. Ini adalah cara seseorang untuk mengatasi emosi yang sulit diterima atau diungkapkan. Perasaan sama-sama tidak saling menyukai dianggap paling logis dianggap sebagai pembenaran, bagian dari pertahanan diri.

Konsep proyeksi pertama kali digagas oleh Sigmund Freud berdasarkan pengalamannya menangani pasien. Bapak psikoanalisis ini melihat pola yang serupa, terkadang pasien menganggap orang lain memiliki emosi sama dengan dirinya.

Penyebab Proyeksi dalam Psikologi

Orang yang melakukan proyeksi adalah mereka yang tidak benar-benar mengenal dirinya sendiri. Dengan menuding orang lain memiliki emosi dan kekhawatiran yang sama, ini membuat mereka sedikit lebih tenang dan bisa mengabaikan emosi negatif itu.

Kebiasaan memproyeksikan perasaan kepada orang lain juga kerap dilakukan oleh orang yang kurang percaya diri serta rendah diri. Dalam skala yang lebih besar, rasisme dan homophobia juga merupakan bentuk proyeksi.

Di sisi lain, individu yang bisa menerima kegagalan dan kelemahan dirinya cenderung tidak melakukan proyeksi atau menyalahkan orang lain. Mereka tidak merasa perlu memproyeksikan perasaan karena memiliki toleransi dalam mengenali emosi-emosi negatif oleh dirinya sendiri.

Proyeksi dan Kesehatan Mental

Dalam beberapa kasus, proyeksi dapat menjadi indikasi akan masalah kesehatan mental. Orang dengan paranoia termasuk yang memiliki gangguan kepribadian narsistik dan gangguan kepribadian ambang lebih mungkin melakukan proyeksi.

Sementara itu, orang yang merasa rendah diri dan memiliki harga diri rendah juga lebih mungkin melakukan proyeksi karena merasa tidak cukup baik dibanding orang lain. Michael Brustein, PsyD, mengungkapkan bahwa rasisme dan homofobia merupakan contoh proyeksi akibat perasaan harga diri rendah dalam skala yang lebih luas.

Jenis Proyeksi dalam Psikologi

Di samping terjadi secara tidak sadar, proyeksi dapat dilakukan secara teratur dan mampu mengubah atau mempengaruhi realitas. Melansir Good Therapy, secara umum terdapat tiga jenis proyeksi di antaranya,
1. Neurotic projection. Merupakan jenis proyeksi paling umum dan paling jelas memenuhi definisi mekanisme pertahanan. Dalam jenis ini, seseorang mungkin mengaitkan perasaan, motif, atau sikap yang mereka anggap tidak dapat diterima dalam diri mereka sendiri kepada orang lain.
2. Complimentary projection. Merupakan bentuk asumsi bahwa orang lain dapat melakukan hal yang sama dan sebaik dirinya.
3. Complementary projection. Terjadi ketika seseorang menganggap orang lain merasakan hal yang sama dengan apa yang dirasakannya.

Cara Menghentikan Proyeksi dalam Psikologi

Setiap orang bisa saja berada dalam situasi proyeksi, baik dari diri sendiri maupun dituding orang lain. Contoh saat sedang memaparkan konsep di depan teman-teman kantor, justru ada rekan kerja yang menuding Anda selalu memaksakan keinginan. Padahal, itu adalah ciri khas dari si penuding.

Untuk menghentikan atau menghindari proyeksi, beberapa hal dapat dilakukan di antaranya,
1. Kenali diri sendiri
Langkah awal untuk menghindari proyeksi adalah dengan mengenali diri sendiri, terutama kelemahan-kelemahannya. Jika perlu, tuliskan dalam jurnal untuk tahu dengan detail. Melakukan refleksi diri ini membantu seseorang melihat dirinya secara objektif.

2. Tanyakan kepada orang lain
Jika ada orang terdekat yang bisa memahami diri Anda, tanyakan kepada mereka apakah pernah merasa diproyeksikan. Pilih orang yang benar-benar membuat nyaman dan dipercaya untuk bertanya hal ini. Bersikaplah terbuka dan jujur. Setelah itu, siapkan mental untuk tahu jawabannya.

3. Konsultasi
Terkadang, cara terbaik untuk menghentikan kebiasaan proyeksi perasaan adalah dengan berkonsultasi bersama pakarnya. Mereka dapat membantu mengidentifikasi alasan mengapa proyeksi terjadi. Apabila proyeksi sudah pernah membuat hubungan dengan orang lain berantakan, terapis juga dapat membantu memperbaiki koneksi ini.

Sangat alami ketika seseorang ingin melindungi dirinya dari perasaan dan pengalaman negatif. Namun ketika keinginan melindungi diri ini berubah menjadi proyeksi, bisa jadi sudah saatnya menelusuri apa akar masalahnya.

Dengan melakukan hal ini, kepercayaan diri bisa meningkat. Tak hanya itu, hubungan sosial dengan orang lain mulai dari rekan kerja, pasangan, atau sahabat juga bisa terjaga. Tak ada lagi kebiasaan untuk menyalahkan orang lain. 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment