Fobia: Pengertian, Gejala, Penyebab, Jenis, dan Cara Mengobatinya
Table of Contents
Fobia |
Pengertian Fobia
Fobia dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah ketakutan yang sangat berlebihan terhadap benda atau keadaan tertentu yang dapat menghambat kehidupan penderitanya. Fobia dapat membatasi keberadaan ruang gerak seseorang melalui rasa cemas dan takut. Penderita fobia merasakan ketakutan yang berlebihan terhadap sesuatu yang biasanya tidak membahayakan. Ketakutan tersebut dapat timbul saat menghadapi situasi tertentu, berada di suatu tempat, atau saat melihat hewan dan benda tertentu.
Fobia termasuk ke dalam kondisi gangguan kecemasan. Penderita fobia biasanya akan berusaha untuk menghindari situasi dan objek yang dapat memicu ketakutan, atau berusaha menghadapinya sambil menahan rasa takut dan cemas.
Gejala fobia
Pengidap fobia mungkin tidak akan mengalami gejala apa pun sampai dia melakukan kontak dengan objek yang membuat dia ketakutan. Beberapa gejala dari kondisi ini adalah perasaan cemas yang ringan hingga serangan panik yang menyeluruh. Umumnya, semakin dekat dengan objek yang ditakuti, semakin besar pula fobia yang dirasakan. Gejala-gejala dari fobia di antaranya,
1. Perasaan takut atau cemas yang berlebihan.
2. Perasaan ini biasanya tidak masuk akal dan persisten, dipicu oleh objek, aktivitas, atau situasi tertentu.
3. Perasaan tidak rasional atau tidak proporsional.
4. Munculnya perasaan yang tidak sesuai dengan ancaman sebenarnya, alias tidak masuk akal.
5. Sering menghindari objek, aktivitas, atau situasi pemicu dari kondisi ini.
6. Sadar bahwa ketakutan yang dimiliki terlalu berlebihan.
Tak jarang, orang yang memiliki fobia merasa malu dengan gejala yang dialami. Untuk menghindari gejala kecemasan atau perasaan malu, dia akan berusaha menghindari pemicunya.
Penyebab Fobia
Fobia disebabkan oleh berbagai hal di antaranya,1. Kejadian trauma
Situasi yang pernah dilalui bisa menyebabkan seseorang mengalami trauma sehingga menyebabkan fobia terhadap situasi, objek, atau tempat tertentu. Misalnya, pengidap pernah mengalami turbulensi yang sangat parah saat berada di dalam pesawat, kondisi ini bisa memicu fobia naik pesawat atau berada di ruang yang tertutup.
2. Lingkungan
Fobia juga bisa muncul akibat respons terhadap kondisi lingkungan sekelilingnya. Misalnya, Anda memiliki orang tua atau kerabat dekat dengan kondisi fobia tertentu, hal ini bisa memengaruhi Anda.
3. Tingkat stres yang tidak diatasi dengan baik
Stres dapat memicu kondisi cemas dan depresi. Hal ini bisa menurunkan kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi maupun tempat yang memicu stres. Jika kondisi stres tidak diatasi dengan baik, kondisi ini menyebabkan cemas dan depresi yang lebih buruk dari sebelumnya. Inilah yang dapat memicu fobia pada situasi atau tempat tertentu.
Adapun beberapa faktor yang diduga dapat memicu risiko terjadinya fobia di antaranya,
1. Mengalami insiden atau trauma tertentu, misalnya takut naik pesawat akibat pernah mengalami turbulensi di pesawat
2. Memiliki anggota keluarga yang mengalami fobia tertentu, seperti fobia terhadap laba-laba
3. Menderita gangguan mental, seperti skizofrenia, depresi, OCD, gangguan panik, PTSD (post-traumatic stress disorder), atau gangguan kecemasan umum
4. Memiliki orang tua yang terlalu melindungi (over protective) atau memiliki hubungan yang kurang dekat dengan orang tua
5. Mengalami stres dalam jangka waktu panjang sehingga menurunkan kemampuan untuk mengatasi ketakutan yang muncul pada situasi atau kondisi tertentu
6. Menderita kondisi lain, seperti kecanduan alkohol, kerusakan otak akibat cedera kepala, atau bila pernah menyalahgunakan NAPZA
Jenis Fobia
Fobia terdiri dari berbagai macam jenis yang dikelompokkan berdasarkan jenis ketakutannya di antaranya,1. Fobia Spesifik
Fobia spesifik merupakan fobia yang umumnya berkembang sejak pengidapnya kecil atau remaja. Misalnya takut terhadap hewan (laba-laba atau ular), takut tertular penyakit seksual (fobia seksualitas), takut jarum suntik (fobia fisik), takut terhadap lingkungan (ketinggian), atau fobia situasi (takut berkunjung ke dokter).
Berikut beberapa jenis fobia spesifik yang perlu diketahui di antaranya,
a. Aerophobia atau aviophobia, merupakan fobia terbang.
b. Acrophobia, fobia terhadap ketinggian. Pengidap biasanya menghindari wilayah tinggi seperti gunung, jembatan, dan gedung tinggi. Gejalanya berupa vertigo, pusing, berkeringat, dan penurunan kesadaran.
c. Anuptaphobia, fobia ini membuat pengidapnya takut terhadap kesendirian (tidak bisa hidup sendiri) atau tak memiliki pasangan hidup.
d. Ablutophobia, fobia mandi. Fobia ini membuat seseorang takut ketika harus mencuci muka, membersihkan tubuh, atau mandi.
e. Astraphobia. Banyak orang takut petir atau kilat, tapi pada kasus fobia, pengidapnya akan mengalami serangan panik yang ditandai dengan berkeringat, nyeri dada, mual, mati rasa, jantung berdebar, dan sulit bernapas.
f. Latrophobia. Jenis fobia yang menimbulkan ketakutan irasional dan membuat seseorang menghindari untuk pergi ke dokter.
g. Ombrophobia. Ketakutan berlebih pada petir dan kehujanan. Pengidap fobia jenis ini biasanya menganggap hujan atau mendung gelap sebagai sesuatu berbahaya yang bisa mendatangkan bencana.
h. Pagophobia. Rasa takut akan es atau benda yang dingin dan beku.
i. Pogonophobia. Rasa takut berlebihan pada jenggot.
j. Nomophobia. Rasa takut berlebih saat berada jauh atau tidak menggunakan gadget.
k. Trypophobia. Fobia terhadap lubang yang saling berdekatan.
2. Fobia Kompleks
Fobia kompleks memiliki dampak yang lebih mengganggu dibandingkan dengan fobia spesifik. Kondisi ini biasanya berkembang saat seseorang memasuki usia dewasa. Ada dua jenis fobia kompleks yang paling umum terjadi di antaranya,
a. Fobia Sosial
Pengidap akan merasa takut dalam situasi sosial. Hal ini membuatnya menghindari berbagai situasi sosial yang terjadi di sekitarnya. Pengidap bisa mengalami kekhawatiran yang berlebih mengenai situasi sosial yang sedang terjadi.
Fobia sosial kerap membuat pengidapnya kesulitan untuk menjalankan kehidupan sehari-hari, seperti berbicara dalam kelompok, bertemu dengan orang baru, jalan-jalan ke tempat ramai, hingga makan dan minum di depan banyak orang.
Kondisi ini juga dapat memengaruhi rasa percaya diri seseorang, membuatnya sulit berkembang, hingga menghambat kemampuan untuk bekerja.
b. Agoraphobia
Banyak yang berpikir bahwa agoraphobia hanyalah fobia terhadap tempat yang terbuka. Padahal kondisinya lebih rumit dari itu. Pengidap agoraphobia akan merasa cemas berlebihan ketika berada di tempat umum, ruangan tertutup, keramaian, atau situasi yang menyebabkan pengidap merasa kesulitan mendapat pertolongan.
Fobia ini menyebabkan gangguan pada hidup pengidapnya, seperti menurunkan kualitas hidup pengidapnya. Banyak pengidap agoraphobia sulit untuk meninggalkan tempat tinggalnya.
Cara Mengobati Fobia
Cara mengobati fobia umumnya akan tergantung pada tingkat keparahan dan seberapa lama pasien sudah mengalami kondisi ini. Beberapa metode penanganan fobia yang bisa dianjurkan meliputi di antaranya,1. Psikoterapi
Jenis psikoterapi yang dapat diberikan untuk mengatasi fobia di antaranya,
a. Terapi perilaku kognitif (cognitive behavioral therapy/CBT)
Terapi perilaku kognitif biasanya dilakukan dengan pemaparan terhadap sumber fobia, lalu pengamatan terhadap pemikiran dan perasaan pasien yang berhubungan dengan fobia tersebut. Pasien kemudian akan diajari untuk mengubah pemikiran dan perasaan tersebut.
Dengan ini, pasien diharapkan dapat mengatasi pola pikir, rasa takut, serta rasa cemasnya terhadap sumber fobia. Proses pemaparan dalam CBT tentu akan dilakukan secara bertahap agar pasien perlahan-lahan dapat membiasakan diri.
b. Terapi pemaparan (exposure therapy)
Terapi pemaparan bertujuan mengubah respons pasien terhadap sumber fobia. Proses paparan ini akan dilakukan secara bertahap agar tetap aman. Paparan yang bertahap diharapkan memungkinkan penderita untuk mencari cara mengatasi ketakutan yang ia rasakan.
2. Hal yang dapat dilakukan di rumah
Pasien juga bisa menerapkan sederet langkah berikut untuk membantu dalam mengatasi fobia di antaranya,
a. Mematuhi metode penanganan yang diberikan oleh dokter.
b. Menerapkan pola hidup yang sehat, seperti mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, cukup istirahat, dan teratur berolahraga.
c. Menghindari penggunaan alkohol, kafein, dan obat-obatan terlarang
d. Sebisa mungkin, jangan menjauhi objek atau situasi yang memicu fobia. Pasalnya, ketakutan dan kecemasan akan makin menguat jika dihindari.
e. Mengurangi stres, misalnya melakukan meditasi, yoga, dan hobi.
f. Bercerita dengan orang-orang terdekat mengenai masalah yang dihadapi. Pasien juga bisa bergabung dalam komunitas atau support group yang sesuai dengan fobianya. Dengan ini, ia dapat saling bertukar pikiran dan mendukung.
Dari berbagai sumber
Post a Comment