Etologi dalam Psikologi: Pengertian dan Sejarah Perkembangan Teori Etologi
Table of Contents
Etologi Konrad Lorenz |
Pengertian Etologi dalam Psikologi
Etologi adalah cabang dari zoology yang mempelajari mengenai perilaku dan juga tingkah laku hewan, mekanisme, dan faktor yang mempengaruhinya. Etologi digunakan dalam pendekatan ilmu psikologi perkembangan. Teori ini mencoba menjelaskan mengenai perilaku manusia di dalam pengaturan yang secara alami. Teori Etologi memahami bahwa perilaku manusia juga memiliki relevansi dengan perilaku hewan. Sifat – sifat yang menonjol dari setiap binatang di antaranya adalah sifat mempertahankan wilayahnya, berlaku agresif, dan perasaan ingin menguasai suatu hal. Sifat tersebut ditemukan pula pada diri manusia.
Karena itu, para etolog memandang jika insting merupakan satu sifat dasar hewan dan juga aspek penting dalam memahami perilaku manusia.
Secara etimologi, etologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang berarti kebiasaan dan logos yang berarti ilmu. Ethos juga dapat diartikan etika atau karakter. Jadi etologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kebiasaan atau karakter.
Sejarah Etologi
Etologi pada awalnya dikenalkan sebagai ilmu perilaku hewan. Dalam suatu percobaan yang dilakukan Konrad Lorenz, dilakukan dengan menggunakan sekelompok angsa yang dipisahkan menjadi dua kelompok. Satu kelompok diasuh induknya, satu kelompok ditetaskan dengan inkubator. Anak angsa yang ditetaskan induknya begitu menetas langsung mengikuti induknya. Anak angsa yang ditetaskan dengan inkubator begitu menetas yang dilihat adalah Konrad Lorenz dan anak angsa tersebut mengikuti ke mana Konrad pergi.
Suatu ketika, angsa inkubator tersebut dipertemukan dengan induk aslinya, ternyata mereka menolak induk aslinya. Peristiwa ini dalam teori etologi disebut “Fase Imprinting”, yaitu pembelajaran yang cepat dan alami dalam periode kritis yang menghasilkan kekuatan pada benda bergerak yang pertama dilihat.
Ilmu yang mempelajari perilaku atau karakter hewan tersebut digunakan dalam pendekatan ilmu psikologi perkembangan. Teori ini mencoba menjelaskan perilaku manusia, sehingga dalam perkembangannya etologi berarti ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam setting alam.
Fase imprinting dalam penerapan ilmu etologi terjadi pada anak yang selalu ingin mengikuti ibunya, anak tersebut juga memberikan tanda bahwa ia minta perhatian. Misalnya, dengan cara menangis agar ibunya menggendongnya atau menangis karena haus atau lapar.
Perkembangan etologi
Lorenz, Timbergen dan von Frisch merupakan peraih nobel melalui karya-karya mereka dalam etologi perkembangan. Berkat karya yang di hasilkan Lorenz dan Tinbergen, etologi berkembang secara kuat di benua Eropa dalam tahun-tahun sebelum PD II. Konsep ini dikenal dengan teori etologi modern. Setelah perang, konsep etologi menjadi lebih kuat di Britania Raya, hal ini dimulai dengan kepindahan Tinbergen ke Universitas Oxford dan ditambah dengan pengaruh dari William Thorpe, Robert Hinde dan Patrick Bateson.
Pada masa yang sama, teori etologi juga mulai berkembang secara kuat di Amerika.
Pada tahun 1970, etolog Inggris John H. Crook menerbitkan naskah penting di mana ia membedakan etologi komparatif dengan etologi sosial. Buku E. O. Wilson ‘’Sosiobiologi’’ muncul pada 1975, dan sejak saat itu studi perilaku telah lebih banyak berkaitan dengan aspek sosial.
Perkembangan Teori Etologi
Berikut beberapa perkembangan teori etologi di antaranya,1. Teori seleksi alam (Darwin, 1859)
Teori ini berpendapat bahwa tidak ada sifat baru yang perlu dimiliki semasa hidup oleh manusia. Pada dasarnya, teori Darwin menjelaskan sebagai berikut di antara anggota sebuah spesies, terdapat variasi yang tidak terhitung jumlahnya dan di antara anggota yang bermacam-macam tersebut hanya kelompok tertentu yang berhasil bertahan hidup yang bisa menghasilkan keturunannya.
Dengan begitu terdapat ‘perjuangan untuk bertahan hidup’ di mana anggota-anggota terbaik sebuah spesies yang dapat hidup cukup panjang untuk meneruskan sifat unggul mereka kepada generasi berikutnya.
2. Etologi Modern ( Lorenz dan Tindbergen)
Etologi juga menekankan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh adanya biologi, terkait dengan evolusi dan ditandai dengan periode penting atau peka. Konsep periode penting atau disebut juga critical period yaitu suatu periode yang sangat dini dalam sebuah perkembangan sehingga menimbulkan adanya perilaku tertentu secara optimal.
Para Etolog merupakan para pengamat perilaku yang teliti, dan mereka yakin jika laboratorium bukanlah setting yang baik dalam mengamati perilaku. Mereka dapat mengamati perilaku secara teliti dalam lingkungan alamiahnya seperti di rumah, taman bermain, tetangga, sekolah, rumah sakit dan sebagainya.
3. Teori Bowlby (Hetherington dan Parke, 1999)
Perkembangan teori etologi dalam psikologi berikutnya adalah teori Bowlby. Teori ini dipengaruhi oleh teori evolusi dalam observasinya pada perilaku hewan. Menurut teori Etologi adalah tingkah laku yang lekat pada anak manusia yang diprogram secara evolusioner dan instinktif.
Sebetulnya tingkah laku lekat tidak hanya diarahkan kepada anak namun juga pada ibunya. Ibu dan anak secara biologis dipersiapkan untuk saling merespons akan perilaku. Bowlby yakin bahwa perilaku awal sudah diprogam secara biologis.
Teori etologi juga menggunakan istilah “Psychological Bonding” adalah suatu hubungan atau ikatan psikologis antara ibu dan anak, yang bertahan lama sepanjang rentang hidup dan berkonotasi dengan kehidupan sosial.
Bowlby menjelaskan jika manusia dapat memahami tingkah lakunya dengan mengamati lingkungan yang diadaptasinya seperti lingkungan dasar tempat berkembang.
Dari berbagai sumber
Post a Comment