Eksibisionisme: Pengertian, Ciri, Penyebab, Tingkatan, Jenis, Dampak, dan Penyembuhannya
Table of Contents
Eksibisionisme |
Pengertian Eksibisionisme
Ekshibisionisme adalah tindakan memamerkan atau mengekspos, dalam konteks publik atau semi-publik, bagian-bagian tubuh seseorang yang biasanya tertutup - misalnya, payudara, alat kelamin, atau bokong. Pelaku eksibisionis memiliki keinginan yang kuat untuk diamati oleh orang lain ketika melakukan aktivitas seksual. Hal tersebut bahkan bisa membuat mereka semakin bergairah secara seksual. Kondisi ini termasuk ke dalam gangguan paraphilia atau penyimpangan seksual. Orang eksibisionis merasa senang untuk mengejutkan korbannya.
Eksibisionis umumnya hanya terbatas pada memperlihatkan alat kelamin saja. Kontak seksual secara langsung dengan korban jarang terjadi, tapi pelakunya bisa bermasturbasi sambil mengekspos dirinya sendiri dan memiliki kepuasan seksual terhadap perilakunya tersebut.
Timbulnya eksibisionis biasanya dimulai pada masa remaja. Dilansir dari MSD Manuals, sebagian besar pelaku secara mengejutkan sebetulnya sudah menikah, namun pernikahannya seringkali bermasalah. Pelaku kerap menunjukkan alat kelamin pada anak-anak praremaja, dewasa, ataupun keduanya.
Menurut buku panduan diagnostik gangguan jiwa, DSM Edisi ke-5, sebanyak 2–4% eksibisionis adalah laki-laki. Namun, tak menutup kemungkinan perempuan bisa mengalami penyimpangan seksual ini.
Ciri Eksibisionisme
Dari Psychology Today, diagnosis gangguan eksibisionisme dapat dibuat jika ciri-ciri berikut terpenuhi di antaranya,1. Menunjukkan gangguan dalam waktu 6 bulan
Selama periode setidaknya 6 bulan, jika seseorang memiliki fantasi, perilaku, atau dorongan seksual yang berulang dan intens, bisa jadi ini ciri-ciri eksibisionisme. Walaupun demikian, diagnosa perlu diperkuat dengan adanya tindakan mengekspos alat kelamin kepada orang yang tidak dikenal.
2. Mudah Gelisah jika Tidak Melakukannya
Orang dengan eksibisionisme akan bertindak berdasarkan dorongan seksual ini dengan mencari "sasaran" orang asing yang tidak menyetujui tindakannya. Bahkan, dorongan fantasi tersebut menyebabkan kesulitan interpersonal seseorang dengan eksibisionisme di tempat kerja atau dalam situasi sosial sehari-hari.
Gangguan eksibisionisme dikategorikan dalam subtipe berdasarkan apakah seseorang lebih suka mengekspos dirinya kepada praremaja, orang dewasa, atau keduanya.
Demikian, seseorang yang didiagnosis secara medis mengalami eksibisionisme setidaknya memiliki kondisi sebagai berikut di antaranya,
1. Munculnya gairah seksual yang sangat kuat berupa fantasi seks, niat, atau tindakan untuk memperlihatkan alat kelamin atau area pribadi lainnya dan berulang setidaknya selama 6 bulan.
2. Dorongan seksual muncul dan tindakan memperlihatkan organ intim dan aktivitas seksual dilakukan secara tidak konsensual (tanpa persetujuan seksual orang yang bersangkutan).
3. Perilaku eksibisionisme menyebabkan masalah, mengganggu, dan menghambat aktivitas dan produktivitas di kehidupan sehari-hari.
Penyebab Eksibisionisme
Penyebab eksibisionisme ini berkaitan dengan faktor psikologis dan lingkungan sosial. Berikut beberapa hal yang bisa mendorong seseorang berkeinginan kuat menunjukkan organ intim atau aktivitas seksual di depan orang lain.1. Gangguan psikologis
Terdapat beberapa masalah psikologis yang bisa membuat seseorang menjadi eksibisionis di antaranya,
a. Cenderung bersikap antisosial,
b. Penyalahgunaan atau kecanduan alkohol,
c. Kecanduan seks (hiperseksualitas), dan
d. Tertarik secara seksual pada anak-anak dan remaja (pedofilia).
2. Lingkungan sosial
Tempat tinggal pun berperan penting dalam penyimpangan seksual ini. Seorang eksibisionis biasanya tumbuh tanpa memperoleh rasa empati yang cukup dari orang-orang di sekelilingnya. Eksibisionis biasanya memiliki orang tua yang kerap mengkritik, menghina, berlaku kasar, dan sering mempermalukannya. Hal ini dapat menimbulkan trauma masa kecil.
Trauma masa kecil lama-kelamaan bisa menumbuhkan sifat narsistik yang berlebihan. Hal ini membuat seorang eksibisionis sangat ingin diperhatikan dan dikagumi orang lain. Di sisi lain, penyebab eksibisionisme bisa lebih kompleks dari perilaku narsistik.
Perilaku menyimpang ini dapat menjadi bentuk mekanisme (coping mechanism) untuk mengatasi trauma akibat dipermalukan dan dihina di masa lalu, termasuk mengalami kekerasan atau pelecehan seksual.
Dengan memenuhi hasrat seksual dari perilaku eksibisionisme, seorang eksibisionis seolah-olah mendapatkan kuasa dan kekuatan sebagai pengganti (kompensasi) atas hal yang direnggut dari dirinya di masa lalu.
Tingkatan Eksibisionisme
Melansir The Journal of Treatment & Prevention, eksibisionisme sendiri memiliki beberapa tingkatan di antaranya, 1. Eksibisionisme Ringan
Kondisi ini umum terjadi ketika seseorang berfantasi untuk membiarkan orang lain melihat tubuhnya. Biasanya, orang dengan eksibisionisme ringan tidak memiliki keberanian untuk melakukan lebih jauh daripada fantasi.
2. Eksibisionisme Sedang
Mereka yang mengalami kelainan seksual pada tahap ini biasanya sudah pernah memperlihatkan bagian tubuh hingga organ seksual pada orang lain. Bahkan, kemungkinan besar kesulitan mengendalikan keinginan tersebut.
3. Ekshibisionisme Parah
Terjadi pada mereka yang tingkat kelainan seksualnya sudah mencapai puncaknya. Orang-orang dengan kondisi ini tidak hanya kesulitan untuk mengendalikan diri tapi juga memperoleh kepuasan ketika berhasil melakukan aktivitas eksibisionisnya.
Meskipun jarang, mereka yang mengalami kelainan ini biasanya sulit untuk disembuhkan dan memerlukan waktu dan usaha serta dukungan yang besar untuk melawannya
Eksibisionisme termasuk dalam paraphilias, yaitu penyimpangan seksual. Ini definisikan sebagai fantasi yang tidak biasa, dorongan, atau perilaku yang berulang dan membangkitkan gairah seksual. Yang termasuk paraphilias selain eksibisionisme di antaranya,
1. Transvetisme. Kondisi gairah seksual yang meningkat bila menggunakan pakaian lawan jenis
2. Pedofil. Fantasi seksual dengan anak di bawah umur baik lawan jenis maupun sesama jenis
3. Voyeurisme. Gairah seksual meninggi bila melihat orang lain melakukan aktivitas seksual
4. Sadomasokisme. Mencapai kegembiraan seksual baik sebagai penerima atau penyedia rasa sakit, penghinaan, atau perbudakan
Jenis Eksibisionisme
Seorang eksibisionis bisa memiliki keinginan untuk memamerkan organ vitalnya hanya kepada orang-orang tertentu. Berdasarkan targetnya, berikut beberapa jenis eksibisionisme di antaranya,1. Terangsang secara seksual dengan menunjukkan alat kelamin kepada anak-anak sebelum pubertas.
2. Tertarik memperlihatkan alat kelamin kepada orang dewasa.
3. Terangsang memperlihatkan alat kelamin kepada anak-anak prapubertas dan dewasa.
Para eksibisionis juga bisa menunjukkan perilaku yang berbeda-beda, tidak hanya menunjukkan area pribadi tubuhnya, contohnya sebagai berikut.
1. Anasyrma. Mengangkat rok saat tidak mengenakan pakaian dalam.
2. Candaulism. Mengekspos tubuh pasangan agar dilihat orang lain.
3. Martymachlia. Sengaja menunjukkan aktivitas seksual (masturbasi atau berhubungan intim) di depan orang lain.
4. Telephone scatologia. Melakukan phone sex tanpa persetujuan orang tersebut demi memperoleh kepuasan seksual.
Dampak Eksibisionisme
Dalam buku DSM-5, eksibisionisme memang termasuk penyimpangan seksual yang bisa mendapatkan perawatan medis. Namun, perilaku ini tetap mengganggu dan merugikan orang lain. Eksibisionisme bisa memunculkan korban yang mengalami trauma kekerasan seksual karena tindakan memperlihatkan alat kelamin atau aktivitas seksual dilakukan tanpa persetujuan. Korban bisa mengalami trauma jangka pendek dan jangka panjang. Selain merasa terkejut, jijik, marah, dan takut, korban bahkan bisa mengalami stres jangka panjang. Hal ini bisa memicu perubahan sikap. Sayangnya, meski ada banyak upaya untuk melawan pelecehan seksual, korban jarang melapor ke polisi karena kondisi ini dianggap sebagai ancaman ringan.
Penyembuhan Eksibisionisme
Kebanyakan orang dengan eksibisionisme tidak mencari atau menerima pengobatan sampai mereka ditangkap oleh pihak berwenang. Jika Anda atau seseorang di dekat Anda memiliki atau menunjukkan tanda-tanda eksibisionisme, pengobatan dini diperlukan. Perawatan khas di antaranya,1. Psikoterapi
Studi menunjukkan bahwa terapi perilaku kognitif efektif dalam mengobati gangguan simtomatik.
2. Perawatan
Membantu orang mengidentifikasi pemicu yang mengarah pada eksibisionisme dan mengelola impuls mereka dengan cara yang lebih sehat untuk menyembunyikan alat kelamin mereka dari orang lain.
Pendekatan psikoterapi lain yang mungkin termasuk pelatihan relaksasi, pelatihan empati, keterampilan mengatasi (untuk menangani dan mengendalikan situasi dan masalah), dan remodeling kognitif (kognisi dan pertimbangan ulang yang mengarah ke eksibisionisme).
3. Narkotika
Selain psikoterapi, narkotika juga dapat digunakan untuk mengobati peserta eksibionisme. Obat ini memblokir hormon seks dan dapat menyebabkan penurunan hasrat seksual. Obat-obatan ini mungkin leuprolide dan medroxyprogesterone acetate.
Penderita harus mendapatkan persetujuan medis untuk penggunaan obat-obatan ini. Dokter melakukan tes darah secara teratur untuk memantau efek obat pada fungsi hati. Selain itu, dokter juga melakukan tes lain untuk mengukur kadar testosteron.
Beberapa obat yang biasa digunakan untuk mengobati depresi dan gangguan mood lainnya Obat-obatan seperti selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) juga dapat mengurangi hasrat seksual.
Dokter menyatakan bahwa obat dapat digunakan untuk mengobati ketidakteraturan. Selain 4.444 kelompok swadaya psikoterapi dan narkotika, 4.444 peserta eksibisionis juga mendapatkan bantuan kelompok dan penyuluhan kelompok. Saran ini untuk orang yang memiliki masalah yang sama tetapi mungkin berhubungan dengan psikiater.
Kelompok ini ingin saling mendukung untuk menyelesaikan perilaku menyimpang ini dengan cepat.
4. Konseling kelompok
Hal ini bertujuan untuk menghentikan kebiasaan buruk mereka dan memungkinkan mereka untuk diterima oleh masyarakat ketika kehidupan mereka kembali normal. Oleh karena itu, mereka yang rentan atau lebih mungkin menderita eksibisionisme harus segera mencari bantuan yang tepat dari seorang psikolog.
Dari berbagai sumber
Post a Comment