Trauma: Pengertian, Gejala, Penyebab, Jenis, dan Cara Menghilangkannya
Table of Contents
Trauma |
Pengertian Trauma
Trauma dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah keadaan jiwa atau tingkah laku yang tidak normal sebagai akibat dari tekanan jiwa atau cedera jasmani; luka berat. Trauma merupakan respons emosional yang diberikan oleh seseorang atas kejadian buruk seperti bencana alam, kecelakaan, ataupun kekerasan seksual. Kejadian traumatis sangat mungkin terjadi pada siapa saja. Seseorang dapat mengalami trauma baik karena kejadian yang mengancam dan berbahaya secara psikis maupun secara fisik. Bagi mereka yang mengalami trauma masa lalu, biasanya beragam reaksi dari dalam dirinya muncul sebagai tanda-tanda atau bahkan bentuk dari trauma itu sendiri.
Demikian, ketika kondisi tersebut tidak diatasi, trauma dapat menimbulkan dampak buruk jangka panjang terhadap individu.
Gejala Trauma
Seseorang yang mengalami trauma akan merasa tidak aman dengan dunia di sekitarnya. Ia merasa bahwa malapetaka bisa datang kapan saja. Adapun gejala trauma dapat berkisar dari ringan sampai berat. Dilansir dari Medical News Today, ada beberapa faktor yang menentukan peristiwa traumatis memengaruhi seseorang di antaranya
1. Karakteristik mereka
2. Kondisi kesehatan mental
3. Peristiwa traumatis yang mungkin terjadi sebelumnya
4. Jenis peristiwa yang dialami
5. Respons emosional dan psikologis
Gejala seseorang mengalami trauma dapat dibedakan menjadi gejala yang dirasakan secara emosional dan fisik.
1. Gejala Trauma secara Emosional
Dari laman HelpGuide, berikut gejala seseorang mengalami trauma yang dilihat dari segi psikologis di antaranya,
a. Syok, penyangkalan, atau ketidakpercayaan
b. Mengalami kesulitan berkonsentrasi
c. Perubahan suasana hati yang begitu cepat
d. Lekas marah, cemas, dan merasa ketakutan
e. Sering menyalahkan diri sendiri
f. Merasa sedih atau putus asa
g. Menarik diri dari orang lain
2. Gejala Trauma secara Fisik
Seiring dengan reaksi emosional, trauma dapat menyebabkan gejala fisik di antaranya,
a. Mengalami masalah pencernaan
b. Sakit kepala terus-menerus
c. Jantung berdebar
d. Kelelahan dan merasa gelisah.
e. Tubuh berkeringat.
f. Kesulitan untuk tidur.
g. Pada beberapa kasus, seseorang juga dapat mengalami hyperarousal, atau ketika seseorang merasa seolah-olah berada dalam keadaan waspada yang konstan.
Penyebab Trauma
1. Kejadian yang Terjadi Hanya SekaliTerlihat sepele, tapi ternyata kejadian menyakitkan walau terjadi hanya sekali dapat menyebabkan adanya trauma yang mendalam bagi seseorang yang mengalaminya. Misalnya saja, perang, serangan teroris, bencana alam atau kecelakaan.
Hal semacam ini berpotensi menyebabkan trauma, khususnya bagi anak-anak. Terlebih jika kejadian tersebut terjadi secara tidak terduga. Untuk menyembuhkannya, kadang dibutuhkan trauma healing yang cukup panjang agar trauma tersebut tidak selamanya menghantui.
2. Kejadian Berulang dan Terus-Menerus
Tidak hanya kejadian sekali yang berpotensi menyebabkan trauma, kejadian yang berulang dan terus-menerus juga dapat menimbulkan efek traumatis terhadap orang yang mengalaminya. Terdapat beberapa hal yang mampu menimbulkan perasaan trauma.
Misalnya saja tinggal di lingkungan yang penuh kejahatan, kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual hingga bullying saat remaja pun bisa menimbulkan trauma. Bahkan ditinggalkan orang tua saat masih kecil juga bisa menjadi penyebab munculnya trauma hingga dewasa.
3. Kejadian yang Dianggap Remeh
Ada lagi kejadian yang dianggap sepele, tapi dapat menimbulkan trauma yang berkepanjangan. Biasanya orang-orang menganggap hal tersebut wajar, terutama jika banyak yang mengalami. Contoh dari kejadian ini adalah operasi yang mungkin bisa menimbulkan kematian atau mengalami putus dengan pasangan.
Jenis Trauma
Terdapat beberapa jenis trauma di antaranya,1. Trauma akut. Ini hasil dari satu peristiwa stres atau berbahaya.
2. Trauma kronis. Ini hasil dari paparan berulang dan berkepanjangan untuk peristiwa yang sangat menegangkan. Contohnya termasuk kasus pelecehan anak, intimidasi, atau kekerasan dalam rumah tangga.
3. Trauma kompleks. Ini akibat paparan berbagai peristiwa traumatis.
4. Trauma sekunder, atau trauma perwakilan, adalah bentuk lain dari trauma. Dengan bentuk trauma ini, seseorang mengembangkan gejala trauma dari kontak dekat dengan seseorang yang telah mengalami peristiwa traumatis.
Cara Menghilangkan Trauma
Trauma sendiri akan sulit untuk dilupakan dan cenderung menetap dalam memori kita (Bhinnety, 2008). Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah respons atau reaksi kita terhadap trauma masa lalu tersebut. Respons tersebut dapat dilakukan dengan cara coping strategi ketika trauma tersebut kembali dari ingatan dan mengganggu kehidupan kita sehari-hari. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya pemburukan kondisi trauma karena ketidaktepatan strategi coping, maka artikel ini disusun untuk memberikan beberapa contoh cara menghilangkan trauma berkepanjangan yang bisa dilakukan untuk mengurangi reaksi tubuh akibat trauma tersebut di antaranya,
1. Sadari bahwa reaksi ini wajar dan normal
Beberapa waktu setelah mengalami peristiwa yang menimbulkan trauma, ada sebagian masyarakat yang merasa ketakutan, cemas, atau tubuhnya memunculkan reaksi berlebihan ketika mengingat kejadian tersebut atau hanya ter-trigger.
Center for Disease Control (CDC) (t.t.) menyampaikan bahwa cara pertama mengatasi trauma psikis yang bisa dilakukan individu untuk menghilangkan atau mengatasi trauma adalah menyadari bahwa reaksi yang tidak normal terhadap kondisi yang tidak normal adalah sesuatu yang wajar.
2. Hadapi reaksi yang muncul
Adanya rasa atau reaksi tertentu akibat trauma yang dirasakannya terkadang membuat sebagian dari mereka merasa menghindari rasa tersebut lebih baik daripada menghadapinya. Namun demikian, ketika perilaku menghindar ini dilakukan berulang kali, justru dapat memperburuk kesehatan mental yang bersangkutan dan menjauhkan dari proses healing (Jeong Youn & Halfond, 2019).
Perilaku menghindari yang dimaksudkan pada poin ini seperti menjadi tidak produktif karena tidak mau keluar rumah agar terhindar dari pencetus rasa takut atau reaksi traumatis yang lain. Sebaliknya, menghilangkan trauma masa lalu dengan menghadapi triggers atau pencetus tersebut secara perlahan dapat membantu individu tersebut untuk kembali ke rutinitasnya.
Memang hal ini tidaklah mudah dan memerlukan waktu serta dukungan dari beragam pihak.
3. Mencari dukungan
Support atau dukungan baik dari orang terkasih hingga lingkungan kerja dan sosial berperan penting bagi individu yang mengalami trauma psikis, terutama yang sedang dalam proses berdamai dengan trauma yang mereka miliki.
Bentuk dukungan dari orang-orang di sekitar kita dapat dalam beragam bentuk mulai dari sekadar teman mengobrol hingga meminta bantuan untuk menyelesaikan tugas-tugas terutama household yang menjadi terbengkalai ketika reaksi traumatis tersebut muncul (Jeong Youn & Halfond, 2019).
Tedeschi, Park, and Calhoun dalam ÅžimÅŸir dkk. (2017) menunjukkan bahwa dukungan sosial merupakan salah satu variabel yang penting dan berguna dalam mendukung post traumatic growth dan terbukti memberikan perubahan positif terhadap individu yang mengalami trauma.
4. Aktif berpartisipasi dalam kelompok dengan kondisi yang serupa
Tidak dapat dipungkiri ketika seseorang berada pada masa-masa yang berat karena trauma yang ia alami, individu tersebut bisa saja merasa sendirian atau bahkan cenderung mengisolasi diri dari lingkungannya. Beragam hal yang mungkin menjadi penyebab individu tersebut merasa sendiri atau memilih sendiri, misalnya saja merasa tidak ada yang bisa memahami perasaan yang muncul karena reaksi terhadap kondisi traumatis yang ia alami.
Salah satu cara menghilangkan trauma masa lalu yang dapat dilakukan ketika mengalami hal demikian adalah berpartisipasi atau bergabung dengan kelompok yang mengalami kondisi yang serupa. Aktivitas ini dapat membantu untuk mengurangi stres yang muncul serta memberikan ruang bagi mereka untuk tidak merasa sendirian lagi (ÅžimÅŸir dkk., 2017).
5. Coping secara spiritual
Cara lain yang dapat dicoba untuk menghilangkan atau mengatasi dengan trauma yang kita miliki adalah coping secara spiritual maupun religius. ÅžimÅŸir dkk. (2017) menjelaskan bahwa tingkat religiusitas maupun spiritualitas individu dapat berubah antara sebelum dan sesudah yang bersangkutan mengalami peristiwa traumatis.
Namun demikian, sebagian besar partisipan dalam penelitian ÅžimÅŸir dkk. (2017) menunjukkan perubahan secara positif dan mengalami peningkatan kepercayaan terhadap tuhan dan lebih dekat dengan Tuhan.
Dengan mempercayai ketetapan Tuhan atau energi yang lebih besar, individu dapat melihat proses berdamai ini menjadi sebuah obat trauma atau proses yang dapat berbuah baik secara psikologis maupun secara spiritual. Hal ini juga berkaitan dengan peningkatan kesabaran untuk melewati proses berdamai yang tidak singkat, tetapi diperlukan untuk para penyintas (Jeong Youn & Halfond, 2019).
6. Mencari bantuan profesional
Bagi individu yang sedang berusaha menghilangkan traumanya, proses cara menghilangkan pikiran negatif yang dilalui pada seseorang pasti tidaklah mudah. Ketika dalam melakukan upaya tersebut individu mengalami kendala seperti tidak merasa tidak sanggup menghadapi reaksi fisik dan psikis dari trauma yang ada, maka lebih baik mencari bantuan profesional.
Hal ini dikarenakan tidak semua proses menghilangkan atau mengatasi trauma itu mudah dan ada beberapa kondisi yang memang memerlukan bantuan profesional seperti psikolog maupun psikiater.
Dari berbagai sumber
Post a Comment