Teori Kebahagiaan Martin Seligman: Biografi, Asumsi Teori, dan 5 Komponennya

Table of Contents
Teori Kebahagiaan Martin Seligman
Teori Kebahagiaan

Biografi Martin Seligman

Martin E.P. Marty Seligman adalah seorang psikolog Amerika, pendidik, sekaligus penulis buku-buku self-help yang dikenal sebagai pendiri mazhab psikologi positif. Ia merumuskan teori pembelajaran ketidakberdayaan yang segera populer di kalangan psikolog ilmiah dan klinis. Saat ini, Seligman menjadi profesor psikologi keluarga serta direktur pusat psikologi positif di departemen psikologi University of Pennsylvania.

Seligman lahir di Albany, New York, pada 12 Agustus 1942. Ia mengenyam pendidikan di The Albany Academy. Pada tahun 1964, ia meraih gelar sarjana filsafat dari Princeton University dengan predikat summa cum laude. Prestasi tersebut membuat Seligman mendapatkan tawaran beasiswa dari dua kampus terkemuka, yaitu Oxford University serta University of Pennsyvania.

Seligman akhirnya memilih University of Pennsylvania. Pada tahun 1967, ia berhasil meraih gelar Ph.D. di bidang psikologi dari kampus tersebut. Selepas itu, menjalani karier sebagai asisten profesor di Universitas Ithaca, New York.

Pada tahun 1967, Seligman mengadakan eksperimen depresi terhadap anjing di University of Pennsylvania. Secara tidak sengaja, Seligman dan rekan-rekannya menemukan hasil yang bertolak belakang dengan prediksi behaviorisme menurut B.F. Skinner. Eksperimen Seligman ini dikritik habis, bahkan disebut sebagai penganiayaan.

Hal ini mengacu pada anjing yang disengat listrik dalam interval acak sampai benar-benar tidak berdaya. Padahal, Seligman memang mengondisikan anjing tidak berdaya karena hendak mempelajari ketidakberdayaan tersebut.

Seligman menemukan bahwa baik hewan maupun manusia memiliki kondisi psikologis untuk berperilaku tak berdaya dalam situasi tertentu. Padahal, boleh jadi ia benar-benar memiliki kekuatan untuk mengubah keadaan tidak menyenangkan dan berbahaya tersebut. Biasanya, hal itu disebabkan pengalaman beberapa ketidakmampuan untuk menghindari situasi merugikan.

Kondisi psikologis semacam ini terjadi pada pasien yang mengalami depresi berat atau menderita penyakit mental lain di mana ia tidak mampu mengontrol dirinya. Pada tahun berikutnya, Seligman bersama Abramson merumuskan teori belajar ketidakberdayaan yang mereka sebut gaya atribusi.

Jane Mayer mencatat bahwa seligman pernah memberi ceramah di akademi angkatan laut Survival, Evasion, Resistance, and Escape (SERE) di San Diego pada tahun 2002. Ia menyampaikan konsep yang sekarang dikenal dengan sebutan teori pembelajaran ketidakberdayaan. Ceramah yang disampaikannya selama tiga jam bertujuan untuk membantu tentara Amerika Serikat tetap bertahan ketika sedang mengalami penyiksaan.

Pada periode 1980-1994, Seligman memperoleh jabatan sebagai pemimpin program pelatihan klinis pada departemen psikologi di University of Pennsylvania. Pada rentang waktu yang sama, ia dianugerahi penghargaan dari akademi pelatihan Amerika Serikat sebagai praktisi pembaru. Ia juga menerima penghargaan dari University of Pennsylvania sebagai tokoh pembaruan.

Selain itu, ia juga memperoleh MERIT Award of the National Institute of Mental Health untuk penelitiannya dalam bidang depresi pada tahun 1991. Berbagai institusi lantas banyak memberikan dukungan kepada Seligman untuk mengembangkan penelitiannya dalam bidang depresi, ketidakberdayaan, serta perilaku sosial.

Pada tahun 1996, ia meraih suara terbesar sepanjang sejarah dalam pemilihan presiden American Psychology Association (APA). Dalam periode ini, ia mengemukakan bahwa kebahagiaan (happiness) adalah tujuan paling utama dari psikologi.

Seligman berpendapat bahwa psikologi membutuhkan jalan alternatif, baik dalam hal metode maupun praktik. Ia memandang sudah waktunya psikologi tidak hanya berfokus pada perilaku negatif dan penyakit jiwa. Ia menekankan bahwa psikologi juga menyoroti perilaku positif sekaligus pembangunan jiwa.

Seligman bekerja sama dengan Christopher Peterson menciptakan sesuatu yang mereka gambarkan sebagai mitra positif dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM), yaitu Character Strengths and Virtues. Mereka berusaha menjaring semua daftar kebajikan dari Tiongkok dan India Kuno yang ditransfer ke dalam budaya Barat kontemporer melalui peradaban Yunani dan Romawi.

Daftar yang mereka peroleh meliputi enam kekuatan karakter, yaitu kebijaksanaan (pengetahuan), keberanian, kemanusiaan, keadilan, pengelolaan diri, serta transendensi. Masing-masing dari enam kekuatan karakter tersebut memiliki tiga sampai lima subentri.

Sebagai contoh, pengelolaan diri memiliki subentri pengampunan, kerendahhatian, kehati-hatian, serta kontrol diri. Penelitian ini kelak melahirkan konsep yang sekarang dikenal sebagai psikologi positif.

Dalam rangka mengaplikasikan teorinya, pada bulan Juli 2011, Seligman mendorong PM Inggris, David Cameron, untuk melihat kesejahteraan serta kekayaan finansial dengan cara menilai kemakmuran suatu bangsa. Pada 6 Juli 2011, Seligman diwawancarai oleh Jeremy Paxman tentang ide-ide dan konsep kesejahteraannya.

Hasil wawancara itu dimuat di dalam program berita Newsnight yang ditayangkan di BBC. Guna semakin memperluas teorinya, pada tahun 2003 Seligman mendirikan dan memimpin pusat psikologi positif dan The Master of Applied Positive Psychology (program master psikologi positif terapan) di University of Pennsylvania. Hal ini menjadi langkah konkret pertama psikologi positif dilembagakan secara resmi.

Seligman menikah dengan Mandy McCarthy. Pasangan ini dikaruniai enam orang anak yaitu Amanda, David, Lara, Nicole, Darryl, dan Carly. Mereka juga telah memiliki empat cucu. Selain menekuni bidang psikologi secara sungguh-sungguh, Seligman juga memiliki prestasi di luar itu. Ia telah memenangkan lebih dari 50 kejuaraan bridge tingkat regional. Bahkan, ia pernah menjadi juara kedua dalam kejuaraan bridge tingkat Amerika Utara, Blue Ribbon Pairs, pada tahun 1998.

Hingga kini, Seligman telah memublikasikan lebih dari 20 buku dan 200 makalah penelitian di berbagai jurnal internasional. Buku-bukunya sering menjadi best seller di Amerika Serikat sehingga diterjemahkan ke dalam lebih dari 60 bahasa. Teori Seligman telah berhasil membantu manusia dari berbagai penjuru dunia menjadi lebih bahagia, optimis, serta nyaman dalam berbagai kondisi.

Asumsi Teori Kebahagiaan Martin Seligman

Kebahagiaan dapat ditandai dengan adanya kondisi psikologis yang positif didukung dengan tingkat emosi positif yang tinggi dan tingkat emosi negatif yang rendah. Banyak cara dilakukan oleh kita untuk mencapai sebuah kebahagiaan.

Namun, kebahagiaan juga bisa bersifat sementara, artinya kebahagiaan tersebut tidak benar-benar membuat kita bahagia atau kebahagiaan tersebut hanya berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Hal itu membuat kita melakukan upaya apa pun untuk mencari kebahagiaan yang sebenarnya/autentik.

Martin Seligman, seorang tokoh yang bergelut dalam psikologi positif menyatakan dalam bukunya yang berjudul Authentic Happiness: Using the New Positive Psychology to Realize Your Potential for Lasting Fulfillment bahwa kebahagiaan autentik berasal dari hasil penilaian diri atau hasil mengidentifikasi dan menumbuhkan kekuatan fundamental (yang terkait dengan emosi positif).

Kebahagiaan autentik adalah kebahagiaan yang bisa diupayakan, tentunya bagi mereka yang mau berusaha untuk berbahagia yang sebenarnya. Kita pun bisa untuk menjadi salah satunya, manusia yang berbahagia secara autentik. Tentu bukan hal yang mudah, tetapi bukan tidak mungkin.

Mungkin kita bisa memulai dengan belajar untuk bersyukur dengan hal-hal sederhana yang sering kali kita lupakan. Mengapresiasi apa yang kita miliki sekarang, lalu tumbuhkan optimisme dalam diri bahwa kita semua patut berbahagia secara autentik.

Menurut Seligman, kebahagiaan yang sesungguhnya merupakan suatu hasil penilaian terhadap diri dan hidup, yang memuat emosi positif, seperti kenyamanan dan kegembiraan yang meluap-luap, maupun aktivitas positif yang tidak memenuhi komponen emosi apapun, seperti absorbsi dan keterlibatan.

Kebahagiaan yang autentik adalah kebahagiaan yang dapat diupayakan, tentu bagi mereka yang mau berusaha untuk berbahagia yang sebenarnya. Tentu bukan hal yang mudah, namun bukan tidak mungkin.

Komponen Teori Kebahagiaan Martin Seligman

Seligman merumuskan mengenai adanya sebuah konsep dari sebuah kebahagiaan yang berkaitan erat dengan adanya enam nilai. Di antara nilai- nilai tersebut juga bisa menunjukkan adanya kebahagiaan yang harus kita pelajari, sehingga nantinya bisa tercapai sebuah kebahagiaan yang hakiki. Berikut komponen dalam konsep kebahagiaan Martin Seligman di antaranya,
1. Virtue of wisdom and knowledge
Adanya pengetahuan yang tepat juga bisa dijadikan sebagai sebuah pondasi yang benar untuk bisa menumbuhkan rasa ingin tahu dan juga mengenai berbagai hal yang terjadi dan tampak menarik untuk dilihat. Dari adanya keingintahuan ini, juga bisa membuat kita semakin mencintai apa yang ada di dalam diri kita dan juga mengharapkan sebuah kebahagiaan yang bisa membuat diri ini semakin bijaksana.

Sebagai manusia juga kita diharuskan melakukan interaksi sesama dan lingkungan sosial agar bisa menjadi seseorang yang berpikir jauh lebih kritis dan juga cerdik, agar nantinya bisa berguna dan mudah untuk bisa memecahkan sebuah permasalahan yang ada di lingkungan. Dan nantinya yang namanya kebahagiaan itu pun akan bisa kita rasakan.

Kebahagiaan bisa dicapai melalui rasa syukur yang timbul sebagai hikmah dari pembelajaran seumur hidup terhadap kehidupan itu sendiri. Belajar tentang apa dan siapa saja yang ada di lingkungan sekitar, pada bumi tempat kita dilahirkan dan pada orang-orang yang berada di lingkungan sosial kita.

Dengan begitu, kita akan menjadi versi terbaik dari diri sendiri. Kita akan mampu mencapai kebahagiaan karena kita telah nyaman dan paham terhadap apa dan siapa diri kita, serta bagaimana lingkungan di sekitar kita.

2. Virtue of courage (semangat dan gairah)
Adanya sifat keberanian dan juga semangat yang tinggi serta rasa tekun dan integritas di dalam diri kita yang membuat kita bisa mencapai kebahagiaan yang hakiki. Namun jika ada hal-hal yang membuat kita merasa down. Kita juga harus tahu adanya sebuah rasa yang membuat kita jauh lebih kuat dan juga tidak mudah untuk menyerah.

Dalam hidup juga kita harus paham untuk bisa menyelesaikan apa saja yang pernah kita lakukan, selain itu menyelesaikan pekerjaan yang telah dijanjikan dan juga bersikap realistis dan jujur merupakan sebuah hal yang diharuskan. Karena orang-orang yang memiliki kebahagiaan juga belum tentu tidak pernah merasakan perjuangan dan kesulitan.

Karena mereka juga tengah berjuang untuk menjadi pribadi yang lebih kuat dan juga berani menghadapi hal- hal yang tidak seharusnya menjadi ketakutan untuk mereka.

3. Kemanusiaan dan cinta (Virtue of Humanity and Love)
Kebahagiaan juga tidak lepas dari peran orang-orang di sekitar kita. Tidak ada satu orangpun yang dapat hidup sendirian di dunia ini. Seligman menyatakan untuk dapat mencapai kebahagiaan terdapat nilai-nilai kemanusiaan dan cinta.

Nilai tersebut dapat diartikan sebagai manusia hendaknya memupuk kebaikan dan kedermawanan dalam kehidupan. Kebaikan dan kedermawanan akan membawa hubungan harmonis dengan orang-orang di sekitar kita. Tanamkan sikap mengasihi, mencintai, rasa empati kepada sesama.

Jangan ragu untuk mulai menebar kebaikan walaupun terlihat sangat sederhana, misalnya menebar senyum dan menyapa tetangga. Bisa jadi dari perihal sederhana itu, kebahagiaan akan muncul di benak orang yang kita sapa yang mungkin sedang dirundung duka.

Tidak hanya orang lain saja, kebaikan juga perlu kita mulai dengan diri sendiri. Mencintai dan merawat diri seutuhnya juga bisa menjadi sumber kebahagiaan yang sebenarnya. Tidak lupa untuk kita bersikap terbuka terhadap datangnya cinta dan membiarkan diri ini dicintai sepenuhnya. Dengan demikian, kita akan dapat merasakan kebahagiaan yang sejati.

4. Keadilan (Virtue of Justice)
Kebahagiaan ada ketika keadilan dijunjung tinggi, artinya tidak ada yang curang dan dicurangi. Sebagai manusia yang ada dalam suatu populasi, menghargai hak dan kewajiban antar sesama adalah hal yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Apabila hak dan kewajiban berjalan secara beriringan tentu tidak akan ada konflik yang menutupi kebahagiaan sejati.

Untuk itu, keadilan, kesetaraan dan kemampuan mengenali kewajiban serta hak perlu untuk sama-sama ditanamkan dalam benak kita untuk kebahagiaan bersama serta tidak lupa menghindari sikap menghakimi diri sendiri maupun orang lain.

5. Tempramen (Virtue of Temperance)
Kebahagiaan dapat dicapai apabila kita sebagai manusia dengan emosi yang fluktuatif mampu mengekspresikan perasaan dan keinginan dengan baik. Kebahagiaan erat kaitannya dengan kontrol diri (self-control) yang baik, artinya apa pun yang terjadi dalam hidup, kita tidak melakukan hal-hal yang nantinya akan kita sesali. Dengan kata lain, apa pun yang kita lakukan atau ucapkan telah mengalami serangkaian proses terkait kontrol diri, kebijaksanaan dan kontemplasi.  

Mengontrol diri sendiri memang bukanlah perkara yang mudah. Namun, bisa diupayakan dengan latihan dan belajar terus-menerus untuk menjadi pribadi yang dalam kendali diri sendiri, bijak dan rendah hati. Pribadi yang demikian akan lebih sering untuk tidak menampakkan atau menonjolkan diri baik dari segi perilaku, perkataan, maupun dalam cara berpakaian. Sebaliknya, pribadi yang berbahagia adalah mereka yang memilih untuk tetap dalam spektrum diri, bersahaja dan penuh dengan kebijaksanaan.

Tambahan:
Transendensi (Virtue of Trancendence)
Transendensi merupakan kekuatan emosi diri untuk menghubungkan diri sendiri dengan sesuatu yang besar atau permanen; misalnya masa depan, ketuhanan atau alam semesta. Dengan begitu, kita akan lebih mensyukuri hidup, merasa cukup dengan diri sendiri dan segala kelebihan serta kekurangannya. Kita merasa yakin terhadap kuasa Tuhan, mengimani setiap apa yang terjadi adalah sesuatu yang sarat makna untuk kebaikan kita.

Kita akan selalu menjunjung harapan dan optimisme terhadap hari esok yang lebih baik, lebih bergairah dengan tidak lupa selalu mengampuni mereka yang telah menyakiti kita. Tanpa dendam, amarah yang dipendam, sebaliknya selalu bersemangat dan antusias dalam keceriaan. Mereka itulah definisi orang-orang yang patut berbahagia secara autentik.

Dari berbagai sumber

Download 

Lihat Juga:

1. Biografi Martin Seligman

2. Martin Seligman. Psikologi Positif

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment