Sikap: Pengertian, Konsep, Komponen, Faktor, dan Teorinya
Table of Contents
Sikap |
Pengertian Sikap
Sikap dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pada pendirian, keyakinan; perilaku; gerak-gerik. Sikap berasal dari kata latin “aptus” yang berarti dalam keadaan sehat dan siap melakukan aksi/tindakan atau dapat dianalogikan dengan keadaan seorang gladiator dalam arena laga yang siap menghadapi singa sebagai lawannya dalam pertarungan. Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap objek, orang atau peristiwa. Hal ini mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu. Sikap mempunyai tiga komponen utama, yaitu kesadaran, perasaan, dan perilaku.
Sikap merupakan proses evaluasi yang sifatnya internal/subjektif yang berlangsung dalam diri seseorang dan tidak dapat diamati secara langsung. Sikap dapat diketahui melalui pengetahuan, keyakinan, perasaan dan kecenderungan seseorang terhadap objek sikap.
Sikap Menurut Ahli
1. Gordon Allport, sikap merupakan kesiapan mental, yaitu suatu proses yang berlangsung dalam diri seseorang, bersama dengan pengalaman individual masing-masing, mengarahkan dan menentukan respons terhadap berbagai objek dan situasi. 2. Sarnoff, sikap menjadi sebuah kesediaan yang diperuntukkan bereaksi , entah itu secara positif maupun negatif pada objek-objek tertentu.
3. D.Krech & R.S Crutchfield, sikap sebagai sebuah organisasi yang memiliki sifat menetap dari sebuah proses emosional, motivasional, perseptual, serta kognitif yang berkaitan dengan aspek dunia individu.
4. La Peirre, sikap sebagai sebuah pola perilaku, kesiapan antisipatif, dan predisposisi yang mana digunakan untuk dapat menyesuaikan diri di dalam situasi sosial. Sederhananya, sikap merupakan respons pada stimuli sosial yang sudah terkondisikan.
5. Soetarno, sikap merupakan pandangan maupun perasaan yang mana disertai dengan kecenderungan untuk bisa bertindak pada objek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan pada benda, orang, pandangan, peristiwa, norma, lembaga, dan lainnya.
Konsep Sikap
1. Reaksi evaluatif yang disukai atau tidak disukai terhadap sesuatu atau seseorang, menunjukkan kepercayaan, perasaan, atau kecenderungan perilaku seseorang.2. Sikap adalah tendensi psikologis yang diekspresikan dengan mengevaluasi entitas tertentu dengan beberapa derajat kesukaan atau ketidaksukaan.
3. Evaluasi terhadap beberapa aspek perkataan sosial
Komponen Sikap
1. Kognitif, komponen kognitif berisi semua pemikiran serta ide-ide yang berkenaan dengan objek sikap. Isi pemikiran seseorang meliputi hal-hal yang berkenaan dengan objek sikap. Isi pemikiran seseorang meliputi hal-hal yang diketahuinya sekitar objek sikap, dapat berupa tanggapan atau keyakinan, kesan, atribusi dan penilaian tentang objek sikap tadi. 2. Afektif, komponen afektif dari sikap meliputi perasaan atau emosi seseorang terhadap objek sikap. adanya komponen afeksi dari sikap, dapat diketahui melalui perasaan suka atau tidak suka, senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Isi perasaan atau emosi pada penilaian seseorang terhadap objek sikap inilah yang mewarnai sikap menjadi suatu dorongan atau kekuatan/daya.
3. Psikomotorik, komponen perilaku dapat diketahui melalui respons subjek yang berkenaan dengan objek sikap. Respons yang dimaksud dapat berupa tindakan atau perbuatan yang dapat diamati dan dapat berupa intense atau niat untuk melakukan perbuatan tertentu sehubungan dengan objek sikap.
Intense merupakan predisposisi atau kesiapan untuk bertindak terhadap objek sikap. Jika orang mengenali dan memiliki pengetahuan yang luas tentang objek sikap yang disertai dengan perasaan positif mengenai kognisinya, maka ia akan cenderung mendekati (approach) objek sikap tersebut.
Faktor Perubahan Sikap
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan sikap dalam seseorang di antaranya, 1. Faktor Intern, faktor yang terdapat di dalam diri seseorang itu sendiri. Berupa daya pilih seseorang yang digunakan untuk dapat menerima serta mengolah pengaruh yang berasal dari luar dirinya sendiri. Pilihan tersebut akan sangat berkaitan erat pada motif dan attitude di dalam dirinya dalam suatu waktu.
2. Faktor Ekstern, faktor yang ada di luar seseorang. Dapat berupa interaksi sosial yang terjadi di luar kelompoknya dengan hasil dari kebudayaan manusia. Biasanya dilakukan melalui media komunikasi. Pembentukan serta perubahan sikap dapat terjadi sendiri.
Teori Sikap
Sikap memiliki banyak sekali pengertian karena banyaknya pendapat-pendapat yang berbeda menurut para ahli. Sikap biasanya selalu diarahkan pada suatu hal ataupun suatu objek. Sikap mungkin saja diarahkan pada sebuah benda ataupun orang, namun juga pada peristiwa, lembaga, normal, nilai, lembaga, serta lain sebagainya. Dalam psikologi, terdapat beberapa teori yang membahas mengenai sikap di antaranya,
1. Teori Belajar dan Reinforcement
Sikap dapat dipelajari dengan menggunakan cara yang sama, seperti hal nya kebiasaan lainnya. Orang-orang tidak hanya mendapatkan informasi dan fakta, namun juga mempelajari mengenai nilai dan perasaan yang berkaitan dalam fakta tersebut. Individu mendapatkan informasi serta perasaan melalui proses asosiasi, yang mana asosiasi ini berbentuk stimulus yang dapat muncul pada tempat dan kondisi yang sama.
Proses asosiasi ini nantinya yang akan menimbulkan sikap pada sebuah benda sama halnya dengan manusia. Individu mempelajari karakteristik dari sebuah gagasan, negara, program pemerintah, dan lainnya. Sikap terdiri dari pengetahuan yang kemudian ditambahkan pada komponen evaluatif yang berkaitan.
Sehingga faktor sederhana dari pembentukan sebuah sikap merupakan asosiasi yang dimiliki oleh sebuah objek. Sikap juga dapat dipelajari melalui proses imitasi. Sehingga orang dapat meniru sikap orang lainnya, terutama saat orang tersebut adalah orang yang penting dan kuat.
2. Teori Insentif
Teori Insentif memiliki pandangan dalam pembentukan sikap sebagai sebuah proses dalam menimbang baik serta buruknya dengan berbagai kemungkinan posisi dan setelah itu mengambil solusi alternatif. Salah satu pendekatan insentif yang cukup populer adalah teori respons kognitif.
Kemudian, di dalam teori tersebut mengasumsikan jika seseorang akan memberikan respons pada suatu komunikasi dengan menggunakan beberapa pikiran baik itu positif maupun negatif. Serta di dalamnya juga menjelaskan jika pikiran ini nantinya akan menentukan apakah seseorang berkeinginan untuk mengubah sikapnya atau tidak sebagai bentuk akibat dari komunikasi.
Melalui pendekatan ini terdapat asumsi jika dalam pengambilan sikap, maka seseorang tersebut akan berusaha untuk bisa memaksimalkan nilai dari berbagai hasil maupun akibat yang diinginkan. Dalam teori intensif, lebih menekankan pada keuntungan maupun kerugian yang bisa didapatkan seseorang saat mengambil posisi tertentu. Selain itu teori intensif juga lebih mengabaikan pada asal usul dari sebuah sikap serta hanya mempertimbangkan pada keseimbangan insentif yang sudah terjadi.
3. Teori Konsistensi Kognitif
Kerangka lainnya yang utama dalam mempelajari sebuah sikap lebih ditekankan pada konsistensi kognitif. Pendekatan konsistensi kognitif lebih berkembang di dalam pendekatan ini menggambarkan seseorang sebagai makhluk yang mana menemukan hubungan serta makna di dalam struktur kognitifnya. Terdapat 3 pokok yang berbeda di dalam gagasan ini, yang pertama yaitu teori keseimbangan yang di dalamnya meliputi tekanan konsistensi yang terjadi di antara akibat-akibat di dalam kognitif sederhana. Sistem ini terdiri dari 2 objek, yaitu hubungan yang terjadi di antara 2 objek tersebut serta penilaian seseorang pada objek tersebut.
Yang kedua merupakan pendekatan konsistensi kognitif afektif. Pendekatan ini lebih menjelaskan pada usaha seseorang untuk membuat kognisi mereka lebih konsisten dibandingkan dengan afeksi mereka. Sehingga keyakinan, pengetahuan, pendirian yang dimiliki seseorang akan sangat ditentukan pada pilihan afeksi seseorang. Yang terakhir merupakan teori ketidaksesuaian (disonance theory).
Sikap bisa berubah demi mempertahankan konsistensi perilaku seseorang dengan perilaku kenyataan. Hal ini dikemukakan pertama kali oleh Leon Festinger. Teori ketidaksesuaian ini lebih memfokuskan pada 2 sumber pokok, yaitu inkonsistensi sikap perilaku yang diakibatkan pengambilan sebuah keputusan serta akibat dari perilaku yang bertentangan dengan sebuah sikap.
Dari berbagai sumber
Post a Comment