Religiusitas: Pengertian, Fungsi, Karakteristik, Faktor yang Mempengaruhi, dan Teorinya
Table of Contents
Religiusitas (Religiositas) |
Pengertian Religiusitas
Religiusitas (religiositas) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pengabdian terhadap agama; kesalehan. Istilah religiusitas berasal dari bahasa Inggris religion, maka religiusitas (religiosity) memiliki makna ekspresi spiritual seseorang yang berkaitan dengan sistem keyakinan, nilai serta hukum yang berlaku.Mangunwijaya membedakan istilah religi yang bermakna agama dengan religiusitas yang bermakna keberagaman. Religi lebih tampak formal dan resmi sedangkan religiusitas tampak luwes sebab melihat aspek yang senantiasa berhubungan dengan kedalaman manusia, yaitu penghayatan terhadap aspek-aspek religi itu sendiri.
Dalam hal ini maka religiusitas lebih dalam dari agama. Religiusitas lebih melihat aspek yang ada dalam lubuk hati, riak getaran hati nurani serta sikap personal yang sedikit hanya menjadi misteri bagi orang, yakni cita rasa yang mencakup rasio dan rasa manusiawi ke dalam pribadi manusia.
Demikian dapat disimpulkan religiusitas merupakan proses seseorang dalam memahami dan menghayati suatu ajaran agama, yang akan mengarahkan dirinya untuk hidup dan berperilaku sesuai dengan ajaran yang dianutnya. Dalam hal ini mencakup aspek-aspek yang bersifat teologi (keyakinan), pengetahuan keagamaan, serta pengamalan atau praktik keagamaan.
Religiusitas Menurut Para Ahli
1. Glock dan Stark (1966), religiusitas adalah tingkat konsepsi seseorang terhadap agama dan tingkat komitmen seseorang terhadap agamanya. Tingkat konseptualisasi yaitu tingkat pengetahuan seseorang terhadap agamanya, sedangkan yang dimaksud dengan tingkat komitmen yaitu sesuatu hal yang perlu dipahami secara menyeluruh, sehingga terdapat berbagai cara bagi individu untuk menjadi religius.
2. Fetzer (1999), religiusitas adalah sesuatu yang lebih menitikberatkan pada masalah perilaku, sosial dan merupakan sebuah doktrin dari setiap agama atau golongan. Doktrin yang dimiliki oleh setiap agama wajib diikuti oleh setiap pengikutnya.
3. Ancok dan Suroso (2001), religiusitas adalah keberagaman yang berarti meliputi berbagai macam sisi atau dimensi yang bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah), tapi juga melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural.
4. Jalaluddin (2001), religiusitas adalah suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Religiusitas merupakan perilaku yang bersumber langsung atau tidak langsung kepada Nash.
5. Emha Ainun Najib, dalam Jabrohim (2003), religiusitas adalah inti kualitas hidup manusia, dan harus dimaknakan sebagai rasa rindu, rasa ingin bersatu, rasa ingin berada bersama dengan sesuatu yang abstrak.
Fungsi Religiusitas
Terdapat enam fungsi religiusitas dalam kehidupan sehari-hari menurut Asyarie (1988) di antaranya,1. Fungsi Edukatif, yaitu ajaran agama memberikan ajaran yang harus dipatuhi dan bersifat menyuruh juga melarang agar pribadi penganutnya menjadi baik dan terbiasa dengan yang baik.
2. Fungsi Penyelamat, keselamatan yang diberikan agama kepada penganutnya merupakan keselamatan yang meliputi dua alam yaitu alam dunia dan akhirat.
3. Fungsi Perdamaian, melalui agama seseorang yang bersalah atau berdosa bisa mencapai kedamaian batin melalui pemahaman agama.
4. Fungsi Pengawasan Sosial, ajaran agama oleh penganutnya dianggap sebagai norma sehingga agama dapat berfungsi sebagai pengawasan sosial secara individu maupun kelompok.
5. Fungsi Pemupuk Rasa Solidaritas, para penganut agama yang secara psikologis akan merasa memiliki kesamaan dalam kesatuan iman dan kepercayaan. Rasa kesatuan ini akan membina rasa solidaritas dalam kelompok maupun perorangan, bahkan dapat membina rasa persaudaraan yang kokoh.
6. Fungsi Transformatif, ajaran agama bisa mengubah kehidupan manusia seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya, kehidupan baru yang diterimanya berdasarkan ajaran agama yang dipeluk kadang juga mampu mengubah kesetiaannya kepada adat atau norma kehidupan yang dianutnya.
Karakteristik Religiusitas
Karakteristik religiusitas menurut Husain At Tariqi (2004) di antaranya, 1. Kemampuan Melakukan Diferensiasi. Dalam hal ini, individu dalam bersikap dan berperilaku terhadap agama secara objektif, kritis, berpikir secara terbuka. Individu yang memiliki sikap religiusitas tinggi mampu melakukan diferensiasi dan menempatkan aspek rasional sebagai salah satu bagian dari kehidupan beragamanya, sehingga pemikiran mengenai agama menjadi lebih kompleks dan realistis.
2. Berkarakter Dinamis. Jika individu telah berkarakter dinamis, agama telah mampu mengontrol dan mengarahkan motif dan aktivitasnya. Aktivitas keagamaan semuanya dilakukan demi kepentingan agama itu sendiri.
3. Integral. Keberagamaan yang matang akan mampu mengintegrasikan atau menyatukan sisi religiusitasnya dengan semua aspek kehidupan termasuk sosial ekonomi.
4. Sikap Berimbang Antara Kesenangan Dunia Tanpa Melupakan Akhirat. Seorang yang memiliki religiusitas tinggi akan mampu menempatkan diri antara batas kecukupan dan batas kelebihan.
Faktor yang Mempengaruhi Religiusitas
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi religiusitas menurut Thouless (Ramayulis, 2002) di antaranya,1. Pengaruh pendidikan atau pengajaran dari berbagai tekanan sosial (faktor sosial) yang mencakup semua pengaruh sosial dalam perkembangan sikap keagamaan, termasuk pendidikan dan pengajaran orang tua, tradisi-tradisi sosial untuk menyesuaikan dengan berbagai pendapatan sikap yang disepakati oleh lingkungan.
2. Berbagai pengalaman yang dialami oleh individu dalam membentuk sikap keagamaan terutama pengalaman mengenai keindahan, keselarasan, dan kebaikan dunia lain (faktor alamiah), adanya konflik moral (faktor moral) dan pengalaman emosional keagamaan (faktor afektif).
3. Faktor-faktor yang seluruhnya atau sebagian timbul dari kebutuhan- kebutuhan yang tidak terpenuhi terutama kebutuhan terhadap keamanan, cinta, kasih, harga diri, dan ancaman kematian.
4. Berbagai proses pemikiran verbal atau proses intelektual. Manusia di ciptakan dengan memiliki berbagai macam potensi. Salah satunya adalah potensi untuk beragama. Potensi beragama ini akan terbentuk, tergantung bagaimana pendidikan yang diperoleh anak. Seiring dengan bertambahnya usia, maka akan muncul berbagai macam pemikiran-pemikiran verbal. Salah satu dari pemikiran verbal ini adalah pemikiran akan agama.
Teori Religiusitas
1. Teori KeyakinanTeori yang pertama adalah teori keyakinan. Teori ini merupakan dimensi ideologis, yang memberikan gambaran sejauh mana seseorang menerima hal-hal yang dogmatis dari agamanya.
2. Teori Keperibadatan dan Praktek Agama
Teori yang kedua adalah teori keperibadatan dan praktek agama. Teori ini merupakan dimensi ritual, yakni sejauh mana seseorang menjalankan kewajiban-kewajiban ritual agamanya, sesuai dengan ritual yang diajarkan oleh agama dan kepercayaannya.
3. Teori Pengalaman atau Konsekuensi
Teori yang ketiga adalah teori pengalaman atau konsekuensi. Teori ini merupakan teori yang menunjuk pada seberapa tingkatan seseorang berperilaku yang dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya. Yaitu tentang bagaimana individu itu bisa melakukan relasi yang baik dengan lingkungan sekitarnya ataupun dengan dunianya secara umum, tetapi terutama dengan hubungan sosialnya dengan sekitarnya.
Teori ini pada umumnya meliputi perilaku yang suka menolong, bekerja sama, bederma, menegakkan keadilan dan kebenaran, berlaku jujur, memaafkan, tidak mencuri, mematuhi norma-norma secara umum sesuai dengan ajaran agamanya.
4. Teori Pengetahuan
Teori pengetahuan ini merupakan teori yang menunjuk pada seberapa tingkat pengetahuan seseorang terhadap ajaran-ajaran agamanya, terutama mengenai ajaran-ajaran pokok mengenai norma yang ada dalam agamanya tersebut yang mana keseluruhan norma tersebut sudah tersurat dalam kitab suci agama itu sendiri.
5. Teori Penghayatan
Teori ini merupakan teori yang menunjuk pada seberapa jauh tingkat seseorang dalam merakan dan mengalami perasaan-perasaan dan pengalaman yang bersifat religious tersebut.
Teori ini biasanya terwujud dalam bentuk perasan dekat atau akrab dengan Tuhan, perasaan yang meyakini dan merasakan bahwasanya doanya sering terkabul, perasaan tenteram dan bahagia, perasaan tawakal, perasaan khusuk ketika beribadah, dan beberapa perasaan lainnya yang dirasakan oleh sang pemeluk agama tertentu.
Dari berbagai sumber
Post a Comment