Pygmalion Effect: Pengertian, Faktor, dan Manfaatnya

Table of Contents
Pengertian Pygmalion Effect
Pygmalion Effect

Pengertian Pygmalion Effect

Pygmalion Effect adalah fenomena psikologis yang menjelaskan bahwa ekspektasi tinggi terhadap sesuatu membawa pengaruh terhadap peningkatan kinerja untuk beberapa hal yang berkaitan dengan ekspektasi tersebut. Pygmalion Effect mendasarkan ekspektasi seseorang sebagai bantuan semangat atau motivasi seseorang dalam berproses untuk meraih prestasi yang baik.

Robert Rosenthal dan Lenore Jacobson dalam bukunya yang berjudul Pygmalion in the Classroom berpendapat bahwa ekspektasi yang tinggi mengakibatkan prestasi atau hasil yang tinggi pula, sedangkan ekspektasi yang rendah akan menyebabkan hasil yang rendah pula. Rosenthal dan Jacobson menuliskan bahwa ekspektasi seorang guru terhadap muridnya dapat mempengaruhi prestasi siswa tersebut.

Istilah Pygmalion sebenarnya berasal dari mitos Yunani Kuno, yaitu seorang pematung bernama Pygmalion yang jatuh cinta dengan patung wanita buatan dirinya sendiri. Karena perasaannya tersebut, Pygmalion berdoa kepada Dewi Venus sehingga membuat patung tersebut menjadi hidup. Kisah inilah yang kemudian menjadi pelopor adanya istilah Pygmalion effect, dilihat dari harapan dan ekspektasi yang dimiliki oleh Pygmalion.

Faktor Pygmalion Effect

Rosenthal menjelaskan bahwa suatu fenomena bisa digolongkan sebagai pygmalion effect apabila memenuhi empat faktor di antaranya,
1. Climate, meliputi suasana sosio-emosional yang diciptakan oleh individu yang memegang ekspektasi, yang dalam kasus ini adalah si manajer. Maka dari itu, seorang manajer harus punya kepekaan dan intuitif. Manajer yang baik adalah manajer yang menjamin psychological safety bawahannya.
2. Feedback, yaitu umpan balik yang diberikan kepada individu atau dari individu tersebut terhadap kita. Peran feedback dalam pekerjaan sangat penting, sebab feedback akan memperjelas tujuan awal organisasi dan sejauh apa anggota organisasi mencapainya.
3. Input, yakni berupa reinforcement (penguatan) yang diberikan untuk meningkatkan kinerja, misalnya coaching, training, atau kenaikan kompensasi.
4. Output, yaitu cara manajer mengarahkan atau berkomunikasi dengan karyawan agar menghasilkan perilaku yang dikehendaki.

Manfaat Pygmalion Effect

1. Pygmalion Effect dan Kepemimpinan
Dalam organisasi, keputusan yang dibuat seorang pemimpin akan berpengaruh besar terhadap bawahannya. Pygmalion effect dalam kepemimpinan diperlihatkan dari bagaimana seorang pemimpin memproyeksikan ekspektasinya atas kinerja bawahannya.

Misalnya, seorang manajer yang meyakini bawahannya dapat menunjukkan kinerja yang baik akan memperlakukan bawahannya dengan baik pula, misalnya memberikan bonus, fasilitas, dan training agar kinerja mereka semakin meningkat.

Alhasil, ketika bawahannya ini mendapatkan fasilitas yang memadai dan dukungan penuh dari atasannya, keyakinan terhadap kemampuannya juga akan meningkat, sehingga memicu kinerja yang semakin baik.

2. Pygmalion Effect dalam Manajemen SDM
Manajemen sumber daya manusia (SDM) membahas kebijakan, praktik, dan aktivitas yang berkaitan dengan manajemen individu dalam organisasi sehingga well-being karyawan dapat terjaga secara finansial maupun psikologis. Peran pygmalion effect dalam manajemen sumber daya manusia telah dibuktikan sejumlah riset, yakni bahwa fenomena ini berefek positif pada kepuasan kerja karyawan.

Menurut Hoppock (1935), kepuasan kerja adalah setiap kombinasi dari keadaan psikologis, fisiologis, dan lingkungan yang menyebabkan seseorang merasa puas dengan suatu pekerjaan yang dilakukannya. Meskipun demikian, tidak selamanya pygmalion effect berhasil menciptakan kepuasan kerja, sebab apabila kita hanya berpegang pada ekspektasi dan tidak memodifikasi lingkungan pekerjaan, maka fenomena itu hanyalah sebuah fenomena.

Modifikasi ini bisa dimulai dari peran divisi MSDM atau HRD yang memang bertanggung jawab di bidang pemberdayaan karyawan. Misalnya, melalui kebijakan kompensasi seperti pemberian bonus saat kinerja karyawan membaik.

Contoh lain ketika seorang HRD di perusahaan tertentu membuat daftar karyawan yang akan menjadi kandidat supervisor. Semestinya, ia juga membuat rencana pengembangan karier yang tepat bagi para kandidat, serta menyusun training atau coaching yang berkaitan dengan kebutuhan kandidat tersebut.

Melalui training atau coaching, diharapkan kandidat tak hanya mampu meningkat pengetahuannya dalam bidang tertentu, namun juga meningkatkan self-esteem. Ada kemungkinan training yang diberikan tidak secara langsung berdampak pada kepuasan kerja, namun setidaknya kandidat tersebut memiliki bekal untuk jenjang karier berikutnya, sehingga ia tidak merasa pekerjaannya semakin memberatkan.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment