Perilaku: Pengertian, Faktor yang Memengaruhi, Proses Pembentukan, Bentuk, Pola, dan Teorinya
Table of Contents
Perilaku |
Pengertian Perilaku
Perilaku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tingkah laku atau perbuatan individu atau tanggapan individu yang terwujud dalam gerakan atau sikap. Perilaku (tingkah laku) manusia merupakan sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika. Perilaku dalam hal ini mempunyai bentangan arti yang sangat luas meliputi semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Perilaku Menurut Para Ahli
1. Lewin (Jalaluddin Rakhmat, 2007:27), perilaku individu diartikan sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungan. Perilaku manusia tidak dapat lepas dari keadaan individu itu sendiri dan lingkungan di mana individu berada. Perilaku manusia didorong oleh motif tertentu sehingga manusia itu berperilaku.
2. Robert Y. Kwick (1972), perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dipelajari.
3. Skinner (Notoatmodjo: 2003), perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori S-O-R atau Stimulus – Organisme – Respon.
4. Chief, Bogardus, Lapierre, Mead dan Gordon Allport, sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan kecenderungan yang potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respons.
5. Louis Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood, perilaku adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Berarti sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.
Faktor yang Memengaruhi Perilaku
1. Genetika2. Sikap, adalah suatu ukuran tingkat kesukaan seseorang terhadap perilaku tertentu
3. Norma sosial, adalah pengaruh tekanan sosial
4. Kontrol perilaku pribadi, adalah kepercayaan seseorang mengenai sulit tidaknya melakukan suatu perilaku.. dll
Rakhmat (2007: 32-47) menjelaskan ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang di antaranya,
1. Faktor personal, merupakan faktor yang berasal dari dalam diri manusia.
a. Faktor Biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu dengan faktor sosiopsikologis. Bahwa warisan biologis manusia menentukan perilakunya, dapat diawali sampai struktur DNA yang menyimpan seluruh memori warisan biologis yang diterima dari kedua orangtuanya.
b. Faktor-faktor Sosiopsikologis, manusia sebagai makhluk sosial memperoleh beberapa karakteristik yang mempengaruhi perilakunya di antaranya,
a) Motif sosiogenis disebut juga sebagai motif sekunder. Abraham Maslow mengklasifikasikan motif ini menjadi empat yaitu: Safety needs,belongingness and love needs, esteem neds, self-actualization
b) Sikap adalah kecenderungan bertindak, persepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai
c) Emosi menunjukkan keguncangan organisme yang disertai gejala-gejala kesadaran, keperilakuan, dan proses fisiologis
d) Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara otomatis dan tidak direncanakan
2. Faktor Situasional
a. Faktor Ekologis, kaum determinisme lingkungan sering menyatakan bahwa keadaan alam mempengaruhi gaya hidup dan perilaku
b. Suasana Perilaku (Behavioral setting), berdasarkan penelitian Roger Barker menemukan bahwa perilaku seseorang disesuaikan terhadap suasana yang dialaminya.
c. Faktor-faktor sosial terdiri dari struktur organisasi, sistem peranan, struktur kelompok dan karakteristik populasi.
d. Lingkungan Psikososial, persepsi seseorang tentang sejauh mana lingkungan memuaskan atau mengecewakan, akan berpengaruh pada perilaku individu dalam lingkungannya.
Proses Pembentukan Perilaku
Proses pembentukan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri, faktor-faktor tersebut di antaranya, 1. Persepsi, persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya.
2. Motivasi, motivasi diartikan sebagai dorongan bertindak untuk mencapai suatu tujuan tertentu, hasil dari pada dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku
3. Emosi, perilaku juga dapat timbul karena emosi, Aspek psikologis yang mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani, sedangkan keadaan jasmani merupakan hasil keturunan (bawaan), manusia dalam mencapai kedewasaan semua aspek yang berhubungan dengan keturunan dan emosi akan berkembang sesuai dengan hukum perkembangan, oleh karena itu perilaku yang timbul karena emosi merupakan perilaku bawaan.
4. Belajar, belajar diartikan sebagai suatu pembentukan perilaku dihasilkan dari praktek-praktek dalam lingkungan kehidupan. Barelson (1964) mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku yang dihasilkan dari perilaku terdahulu.
Bentuk Perilaku
Pada dasarnya bentuk perilaku dapat diamati, melalui sikap dan tindakan, namun demikian tidak berarti bahwa bentuk perilaku itu hanya dapat dilihat dari sikap dan tindakannya saja, perilaku dapat pula bersifat potensial, yakni dalam bentuk pengetahuan, motivasi dan persepsi. Perilaku atau aktivitas yang ada pada individu atau organisme itu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh organisme yang bersangkutan baik stimulus eksternal maupun stimulus internal.
Dengannya, perilaku diartikan sebagai suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi dua, yaitu bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkret) dan dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkret).
Perilaku seseorang juga dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur melalui standar norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial.
Skiner (dalam Walgito, 2003:17) membedakan jenis-jenis perilaku menjadi (a) perilaku yang alami (innate behavior), (b) perilaku operan (operant behavior).
Perilaku alami yaitu perilaku yang dibawa sejak organisme dilahirkan, yaitu yang berupa refleks-refleks dan insting-insting, sedangkan perilaku operan yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses belajar.
Bloom (1956), membedakannya menjadi 3 macam bentuk perilaku, yakni Coqnitive, Affective dan Psikomotor, ahli lain menyebut Pengetahuan, Sikap dan Tindakan, sedangkan Ki Hajar Dewantara, menyebutnya Cipta, Rasa, Karsa atau Peri akal, Peri rasa, Peri tindakan.
Pola Perilaku
Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan di antaranya, 1. Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari atau mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu
2. Interest (tertarik), yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus
3. Evaluation (menimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi
4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (Notoatmodjo: 2003).
Perilaku individu yang bersifat langgeng, terus-menerus atau terpola inilah yang kemudian disebut pola perilaku.
Teori Perilaku
Pandangan belajar menurut aliran tingkah laku adalah berubahnya tingkah laku karena interaksi antara stimulus dengan respons. Beberapa teori tingkah laku dalam psikologi di antaranya,1. Teori Belajar Thorn Dike
Thorndike memberi pandangan jika macam-macam teori belajar dalam psikologi merupakan sebuah usaha untuk memecahkan masalah. Dari eksperimen yang ia lakukan, didapat tiga buah hukum belajar di antaranya,
a. Hukum Akibat [Law of Effect]. Tercapainya keadaan yang memuaskan akan menguatkan hubungan antara stimulus dan juga respons. Jika respons terhadap stimulus terjadi, maka akan menyebabkan sesuatu yang memuaskan. Jika stimulus tersebut terjadi kembali, maka subjek akan memberikan respons yang lebih intens, cepat dan juga tepat.
b. Hukum Latihan [Law of Exercise]. Respons terhadap stimulus bisa diperkuat jika respons sering digunakan. Ini nantinya akan menghasilkan implikasi jika praktik khususnya pengulangan dalam pelajaran merupakan hal penting yang harus dilakukan.
c. Hukum Kesiapan [Law of Readiness]. Dalam memberikan respons, subjek harus siap dan juga disiapkan. Hukum ini berhubungan dengan syarat kematangan dalam pengajaran fisik dan juga mental intelek.
Thorndike berpendapat jika teori belajar dalam psikologi merupakan proses interaksi stimulus dan respons. Stimulus merupakan apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti perasaan, pikiran atau hal lain yang bisa ditangkap alat indera.
Sementara respons merupakan reaksi yang dilakukan peserta didik ketika belajar berbentuk perasaan, pikiran atau tindakan. Dengan ini, maka perubahan tingkah laku karena kegiatan belajar bisa terwujud konkret yakni bisa diamati atau tidak konkret yakni tidak bisa diamati.
2. Teori Belajar Skinner
Konsep yang dikemukakan Skinner mengenai belajar lebih unggul dari konsep tokoh sebelumnya selain juga mengeluarkan teori Skinner dalam psikologi kepribadian lainnya. Ia menjelaskan konsep belajar dengan sederhana tetapi lebih komperhensif.
Skinner berpendapat jika hubungan stimulus dan respons terjadi saat interaksi dengan lingkungan yang kemudian menyebabkan perubahan tingkah laku tidak sesederhana seperti yang sudah diungkapkan tokoh-tokoh sebelumnya. Skinner berpendapat jika respons yang didapat seseorang tidaklah sederhana sebab stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan kemudian berpengaruh pada respons yang dihasilkan.
Respons yang diberikan tersebut juga memiliki konsekuensi yang nantinya juga akan mempengaruhi timbulnya perilaku. Sehingga untuk memahami tingkah laku seseorang harus benar-benar bisa memahami hubungan stimulus yang satu dengan yang lainnya dan paham tentang konsep yang mungkin akan ditimbulkan serta berbagai konsekuensi yang mungkin bisa terjadi karena respons tersebut.
Dari hasil eksperimen, B.F Skinner menghasilkan beberapa hukum di antaranya,
a. Law of operant conditioning. Apabila timbulnya perilaku diikuti dengan stimulus penguat, maka kekuatan tingkah laku juga akan meningkat.
b. Law of operant extinction. Apabila terjadinya perilaku operant yang sudah diperkuat lewat proses conditioning dan tidak diikuti dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku akan menurun dan bahkan musnah.
3. Teori Belajar Ausubel
Ausubel berpendapat jika siswa akan belajar dengan baik jika pengatur kemajuan cara belajar efektif menurut psikologi atau advance organizer dipresentasikan dan didefinisikan dengan sangat baik dan tepat pada siswa.
Pengatur kemajuan belajar merupakan konsep atau informasi umum yang mencakup semua isi pelajaran yang akan diajarkan pada siswa. Ausubel percaya jika advance organizer bisa memberikan 3 manfaat di antaranya,
a. Bisa memberikan kerangka konseptual untuk materi belajar yang akan dipelajari siswa.
b. Bisa berfungsi sebagai jembatan penghubung antara yang sedang dipelajari siswa sekarang dengan yang akan dipelajari.
c. Bisa membantu siswa untuk memahami bahan belajar lebih mudah.
4. Teori Gagne
Robert M. Gagne merupakan ahli psikologi yang banyak melakukan penelitian tentang macam-macam teori pembelajaran, tipe kegiatan belajar dan hierarki belajar. Dalam penelitian tersebut Gagne memakai materi matematika sebagai medium untuk menguji penerapan teori yang dimilikinya.
Gagne juga menyatakan jika belajar adalah kegiatan yang kompleks dan ia mengemukakan 8 fase dalam tindakan belajar di antaranya,
a. Fase motivasi. Seseorang yang belajar harus diberikan motivasi agar bisa belajar sesuai harapan jika belajar tersebut akan menghasilkan hadiah. Sebagai contoh, siswa bisa berharap jika informasi bisa memenuhi rasa ingin tahu tentang pokok bahasan yang nantinya akan berguna atau bisa menolong mereka untuk mendapatkan angka yang lebih baik.
b. Fase pengenalan. Siswa harus memperhatikan bagian esensial dari sebuah kajian instruksional apabila sedang melakukan jenis-jenis metode pembelajaran. Sebagai contoh, siswa memperhatikan aspek relevan mengenai apa yang dikatakan guru atau mengenai gagasan utama dalam buku teks.
c. Fase perolehan. Jika siswa memperhatikan informasi yang relevan, maka berarti sudah siap untuk menerima pelajaran. Informasi tidak secara langsung terserap dalam memori ketika disajikan namun akan diubah dalam bentuk bermakna yang dikaitkan dengan materi yang sudah ada dalam memori siswa.
d. Fase retensi. Informasi yang baru saja diterima akan dipindahkan dari memori jangka pendek menuju memori jangka panjang, Ini bisa terjadi lewat pengulangan kembali, praktek dan juga elaborasi.
e. Fase pemanggilan. Kehilangan hubungan informasi dalam memori jangka panjang mungkin terjadi sehingga bagian penting dalam metode pembelajaran kooperatif adalah mendapatkan hubungan dengan yang sudah dipelajari agar bisa memanggil kembali informasi yang sudah dipelajari sebelumnya.
f. Fase generalisasi. Umumnya informasi kurang bernilai jika tidak bisa diterapkan di luar konteks informasi tersebut dipelajari. Apabila transfer informasi dalam situasi baru merupakan fase kritis dalam belajar. Transfer bisa ditolong dengan meminta siswa untuk memakai informasi dalam keadaan baru.
g. Fase penampilan. Siswa harus memperhatikan jika sudah belajar sesuatu lewat penampilan yang terlihat.
h. Fase umpan balik. Siswa memperoleh umpan balik mengenai penampilan mereka yang memperlihatkan jika mereka sudah atau belum mengerti mengenai yang diajarkan.
5. Teori Pavlov
Pavlov terkenal dengan teori belajar klasik di mana ia mengemukakan konsep pembiasaan atau conditioning untuk meningkatkan kecerdasan linguistik. Dalam keterkaitan dengan kegiatan belajar mengajar dilakukan supaya siswa bisa belajar dengan baik dan harus dibiasakan.
Sebagai contoh, jika siswa mengerjakan soal pekerjaan rumah dengan baik, maka biasakan untuk memeriksa, menjelaskan atau memberi nilai terhadap hasil pekerjaan tersebut.
6. Teori Bandura
Bandura mengemukakan jika siswa melakukan macam-macam gaya belajar dengan cara meniru. Pengertian meniru di sini bukan berarti menyontek namun meniru tentang beberapa hal yang dilakukan orang lain khususnya guru.
Teori pembelajaran sosial ini dikembangkan Albert Bandura yang menerima sebagian besar prinsip teori belajar perilaku namun juga memberikan lebih banyak penekanan pada kesan serta isyarat perubahan perilaku serta pada proses mental internal.
Dalam teori ini akan dipakai beberapa penjelasan reinforcement eksternal dan juga penjelasan kognitif internal untuk memahami cara belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar sosial, manusia tidak didorong dengan kekuatan dari dalam dan juga tidak dipengaruhi stimulus lingkungan.
Teori ini menekankan jika lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan dan lingkungan dipilih dan diubah dari orang tersebut lewat perilaku mereka sendiri. Bandura berpendapat jika sebagian besar manusia belajar lewat pengamatan secara selektif dan juga mengingat tingkah laku dari orang lain. Inti pembelajaran ini adalah modelling dan merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.
Ada 2 jenis pembelajaran lewat pengamatan yakni pembelajaran lewat pengamatan bisa terjadi lewat kondisi yang dialami orang lain seperti contohnya pelajar melihat teman mereka yang dipuji dan ditegur guru karena perbuatan yang dilakukan kemudian meniru perbuatan lain dengan tujuan agar dipuji guru sebagai cara belajar efektif menurut psikologi.
Sedangkan jenis kedua adalah pembelajaran lewat pengamatan meniru perilaku model meski model tersebut tidak mendapatkan penguatan positif atau penguatan negatif ketika mengamati saat sedang memperhatikan model tersebut.
7. Aliran Latihan Mental
Aliran ini mulai berkembang hingga abad ke-20 yang mengatakan jika struktur otak manusia terdiri dari gumpalan otot dalam penerapan prinsip belajar menurut psikologi. Supaya ini bisa kuat, maka harus dilatih dengan beban.
Semakin banyak latihan dan juga beban, maka otot atau otak juga akan semakin kuat sehingga apabila anak atau siswa ingin pandai, maka harus dilatih otaknya dengan cara banyak berlatih memahami dan juga mengerjakan soal dengan benar dan semakin sulit materi tersebut, maka anak itu juga akan semakin pandai.
Dari berbagai sumber
Post a Comment