Modifikasi Perilaku: Pengertian, Prinsip, Tujuan, Metode, dan Manfaatnya
Modifikasi Perilaku |
Pengertian Modifikasi Perilaku
Modifikasi perilaku adalah teknik mengubah perilaku, seperti mengubah perilaku dan reaksi seseorang terhadap suatu stimulus melalui penguatan perilaku adaptif dan atau penghilangan perilaku maladaptif melalui hukuman. Dengan kata lain, modifikasi perilaku adalah segala usaha yang dilakukan untuk mengubah perilaku individu tertentu.Istilah ini pertama kali digunakan oleh Edward Thorndike pada tahun 1911 dalam artikelnya Provisional laws of acquired behavior or learning. Dua istilah lain yang berhubungan adalah terapi perilaku dan analisis perilaku.
Modifikasi Perilaku Menurut Para Ahli
1. Bootzin (1975), modifikasi berilaku adalah usaha untuk menerapkan proses belajar maupun prinsip-prinsip psikologis hasil eksperimen lain pada perilaku manusia.
2. Powers & Osbon (1976) modifikasi perilaku sebagai pengaplikasian sistematik teknik kondisioning pada manusia untuk mendapatkan perubahan perilaku sosial tertentu.
3. Eysenck dalam Soetarlinah Soekadji (1983) modifikasi perilaku adalah usaha untuk mengubah perilaku serta emosi manusia dengan cara yang menguntungkan berdasarkan hukum teori modern proses belajar.
Namun, secara umum definisi dari modifikasi perilaku melibatkan penerapan teori dan hukum belajar. Mereka berpendapat bahwa modifikasi perilaku merupakan penerapan Teknik kondisioning yang ketat, termasuk pencatatan objektif tentang respons, konsekuensi dan stimulus.
Prinsip Modifikasi Perilaku
Modifikasi perilaku memiliki prinsip khusus dengan menonjolkan pendekatan secara behavioristik. Berikut beberapa ciri utama dalam modifikasi perilaku di antaranya,1. Objek kajiannya terfokus pada perilaku.
2. Menekankan pengaruh belajar dan lingkungan.
3. Menggunakan pendekatan ilmiah.
4. Metode yang digunakan merupakan metode aktif dan pragmatik untuk mengubah perilaku.
Tujuan Modifikasi Perilaku
Modifikasi perilaku memiliki tujuan utama berupa untuk mengubah perilaku. Untuk tujuan spesifiknya ialah sebuah usaha untuk menerapkan proses belajar dan prinsip psikologi hasil eksperimen.Dalam metode ini memandang perilaku maladaptif perlu untuk diubah atau hilangkan dan kemudian diganti dengan perilaku adaptif.
Metode Modifikasi Perilaku
Terdapat beberapa metode atau pendekatan yang bisa dilakukan untuk mencapai tujuan modifikasi perilaku di antaranya,
1. Positive reinforcement
Pendekatan memasangkan stimulus positif dengan perilaku. Teknik ini sangat umum dilakukan dengan memperkuat perilaku menggunakan system reward. Sebagai contohnya adalah ketika guru memberi reward untuk muridnya ketika mereka mendapat nilai yang bagus menggunakan stiker tertentu.
Pendekatan ini juga sangat umum digunakan dalam terapi perilaku. Misalnya ketika terapis membuat sebuah perjanjian dengan klien tentang ketentuan-ketentuan reward selama menjalani terapi.
2. Negative reinforcement
Pendekatan ini adalah pasangan antara perilaku tertentu dengan penghilangan stimulus yang negatif. Metode ini akan memberi ‘latihan’ terhadap subjek perilaku menggunakan penguat yang sifatnya negatif. Dengan penguat negatif ini, perilaku akan dicoba untuk dihilangkan.
Salah satu contoh dari negative reinforcement adalah penerapan tindakan pendisiplinan oleh supervisor untuk membuat para karyawan memastikan pekerjaannya sesuai dengan target. Dalam hal ini, tindakan pendisiplinan adalah penguat negatif dan menyelesaikan pekerjaan sesuai target adalah perilaku yang diharapkan.
3. Punishment
Hukuman biasanya dibuat bukan untuk menghilangkan perilaku tertentu, melainkan untuk memperlemahnya dengan memasangkan stimulus yang kurang menyenangkan terhadap perilaku tersebut.
Contoh yang paling mudah pendekatan ini adalah dengan memberi anak detensi tidak boleh menonton televisi ketika mereka tidak mematuhi guru atau orang tuanya.
Tidak diizinkan menonton televisi adalah hukuman yang tidak menyenangkan bagi anak, meskipun hal ini tidak menutup kemungkinan anak kembali tidak patuh di kemudian hari.
4. Flooding
Biasanya ketika seseorang memiliki ketakutan atau fobia terhadap sesuatu, dia akan menunjukkan perilaku menghindar dan menjauhinya. Hal ini bisa jadi mengganggu karena tidak setiap saat kita bisa menghindari objek fobia sehingga mengubah perilaku ‘menghindar’ ini perlu diatasi.
Salah satu pendekatan dalam psikologi untuk hal ini adalah dengan flooding. Dengan flooding, terapis akan mengekspos subjek atau klien dengan objek yang ditakuti dengan intens. Subjek akan ‘dipaksa’ untuk menghadapi ketakutannya sehingga diharapkan subjek tersebut bisa berubah perilakunya terhadap benda yang ditakutinya.
5. Systematic decensitization
Pendekatan systematic decentization mencoba untuk mengekspos subjek dengan benda yang ditakuti secara perlahan. Pendekatan ini biasa digunakan untuk mengatasi fobia dan melatih klien untuk tetap tenang selama menghadapi fobianya.
Misalnya, ketika seseorang merasa takut terhadap jembatan. Dia akan secara perlahan dihadapkan dengan ketakutannya melalui tahapan-tahapan. Dia akan diperlihatkan foto jembatan terlebih dahulu. Setelah dia berhasil mengatasi foto, dia akan diminta untuk membayangkan dirinya berdiri di atas jembatan, hingga pada akhirnya dia akan berjalan di atas jembatan sungguhan.
6. Aversion therapy
Aversion therapy adalah pasangan dari stimulus yang tidak menyenangkan dengan perilaku yang tidak diinginkan dengan tujuan menghilangkan perilaku tersebut.
Misalnya ketika seseorang memiliki kebiasaan menggigit kuku, dia akan diminta untuk mengoleskan cairan bening yang pahit di atas kukunya untuk menghilangkan kebiasaannya menggigit kuku. Cairan bening yang dioleskan ini membantu orang tersebut menghentikan kebiasaan buruk menggigit kuku.
7. Extinction
Yaitu pendekatan yang menghilangkan semua penguat yang berhubungan dengan perilaku tertentu. pendekatan ini sangat efektif terutama jika diterapkan pada anak-anak. Dalam modifikasi perilaku, extinction akan menghilangkan dorongan atas perilaku buruk dengan menghilangkan reward untuk perilaku tersebut.
Misalnya, ketika seorang anak berperilaku buruk, dia akan dipisahkan dari kelompok. Teknik ini akan menghilangkan reward yang dia harapkan berupa perhatian orang tua.
8. Shaping
Shaping adalah paradigma kondisioning yang digunakan terutama pada analisis eksperimen perilaku. Metode yang digunakan adalah penguat diferensial dari pendekatan yang berurutan. Metode ini diperkenalkan oleh B.F. Skinner menggunakan burung merpati, yang kemudian mulai dicoba juga pada anjing, lumba-lumba, manusia dan spesies lainnya.
Dalam shaping, bentuk dari respons yang sudah ada akan berubah sedikit demi sedikit melalui percobaan yang berturut-turut hingga menjadi respons atau perilaku yang diharapkan dengan memberi reward untuk jenis perilaku tertentu.
Pendekatan shaping ini juga dapat terlihat dalam teknik mengajar yang terbukti efektif untuk murid dengan menggunakan video modelling berupa rekaman yang berurutan sebagai contoh perilaku. Cara ini juga bisa digunakan oleh para terapis untuk membantu perolehan respons baik secara verbal maupun motorik.
9. Fading
Tujuan dari modifikasi perilaku pada akhirnya untuk seorang individu tidak lagi membutuhkan dorongan untuk berperilaku tertentu. Ketika seorang individu telah menguasai keahlian dalam level dorongan tertentu, dorongan tersebut akan menghilang dan tidak menjadi terlalu ‘mengganggu’.
Hal ini akan memastikan individu tersebut tidak lagi terlalu bergantung pada dorongan tertentu saat mempelajari perilaku atau keahlian yang baru.
10. Chaining
Keahlian yang harus dipelajari terbagi menjadi beberapa unit kecil untuk membuatnya lebih mudah dipelajari. Contohnya, ketika seorang anak belajar membiasakan diri untuk menggosok giginya sendiri, maka pengajaran bisa diawali dengan belajar membuka tutup pasta gigi.
Ketika dia telah berhasil mempelajarinya, dia akan belajar menekan tabung pasta gigi untuk mengeluarkan pasta gigi secukupnya. Hal ini terus berlanjut hingga pada akhirnya dia terbiasa menyikat giginya sendiri.
Manfaat Modifikasi Perilaku
Terdapat beberapa manfaat dari modifikasi perilaku di antaranya,
1. Tahapan pelaksanaan dapat dengan mudah direncanakan, dibicarakan, dan meminta persetujuan dari klien.
2. Rangkaian pelaksanaan modifikasi perilaku dapat diubah dan disesuaikan dengan kebutuhan.
3. Ketika pada evaluasi diketahui hasilnya kurang baik atau gagal. Maka dapat segera diganti dengan teknik yang lain.
4. Teknik modifikasi perilaku dapat diterangkan sekaligus diatur secara rasional.
5. Untuk mengubah perilaku membutuhkan waktu yang relatif lebih singkat.
Dari berbagai sumber
Post a Comment