Katarsis: Pengertian, Manfaat, dan Metodenya

Table of Contents
Pengertian Katarsis
Katarsis

Pengertian Katarsis

Katarsis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah penyucian diri yang membawa pembaruan rohani dan pelepasan dari ketegangan; cara pengobatan orang yang berpenyakit saraf dengan membiarkannya menuangkan segala isi hatinya dengan bebas; kelegaan emosional setelah mengalami ketegangan dan pertikaian batin akibat suatu lakuan dramatis.

Dalam psikologi, katarsis adalah pelepasan emosi yang tersimpan dalam hati yang terkait dengan kejadian traumatis dengan memunculkan emosi tersebut ke alam sadar. Secara etimologi Katarsis berasal dari bahasa Yunani kátharsis yang berarti pemurnian atau pembersihan.

Katarsis pada prinsipnya merupakan sebuah upaya untuk melepaskan emosi negatif agar dapat berpikir lebih jernih untuk menghadapi suatu masalah. Marah, sedih, takut, dan kecewa merupakan bentuk emosi yang normal dialami oleh setiap manusia. Meski normal, emosi tersebut sebaiknya disalurkan agar tidak menumpuk di dalam batin.

Bila tidak disalurkan dengan baik, emosi dapat memperparah masalah yang sedang dihadapi atau menimbulkan masalah baru. Bahkan, tak jarang emosi yang tidak tersalurkan menyebabkan stres atau depresi. Sigmund Freud menjelaskan bahwa emosi yang terus menerus dipendam di dalam diri seseorang sangat berbahaya.

Emosi yang tertahan itu bisa meledak dan untuk mencegahnya perlu disalurkan. Pelepasan emosi dan agresi kadang didasarkan oleh tragedi masa lalu. Penyaluran emosi secara konstruktif ini disebut “katarsis.”

Manfaat Katarsis

Teori katarsis dalam psikologi dari Baron dan Byrne (2004) menyimpulkan bahwa katarsis merupakan metode yang efektif untuk mengurangi agresi. Namun, masih terdapat perdebatan yang besar mengenai manfaat katarsis dan efektivitasnya dalam mengurangi agresi.

Di sisi lain, masyarakat sudah menyerap istilah katarsis sebagai sosok penyaluran emosi melalui media seni ataupun sebuah tindakan, singkatnya semacam pelampiasan. Ibarat membuka bendungan yang penuh dengan emosi kita agar bisa kembali kosong lagi. Apabila bendungannya tidak pernah dibuka, ada resiko kerusakan/ledakan dari emosi.

Metode Untuk Mencapai Katarsis

Terdapat beberapa metode yang umum dilakukan untuk mencapai momen katarsis di antaranya,
1. Curhat dan Diskusi
Sebuah diskusi dengan teman dekat mengenai permasalahan yang menghantui pikiran bisa menuntun kepada saat-saat yang membuka mata. Anda bisa mendapatkan solusi permasalahan, sudut pandang yang baru untuk mendekati permasalahan tersebut, ataupun analisis tentang cara Anda berperilaku.

Sebuah riset dari Eyal Peer, Alessandro Acquisti, dan Shaul Shalvi (2014) mengatakan bahwa pengakuan yang menjelaskan bahwa orang-orang yang sepenuhnya mengakui kesalahan mereka akan lebih diterima oleh lawan bicaranya. Studi mereka juga menjelaskan bahwa orang-orang yang tidak sepenuhnya mengakui kesalahan mereka akan merasa lebih bersalah daripada sebelumnya.

2. Mendengarkan Lagu
Studi dari Junko Matsumoto (2002) menjelaskan kalau lagu-lagu sedih bisa membantu orang-orang yang sangat sedih dalam merasa lebih baik. Namun, dia juga mengatakan kalau lagu sedih tidak memiliki dampak signifikan kepada orang-orang yang sedikit sedih. Lagu dengan tema sedih terkadang bisa membantu kita menghadapi perasaan sedih sesuai dengan kepribadian dan suasana hati kita (Sachs, M. E., Damasio, A., & Habibi, A. 2015).

2. Bernyanyi atau melakukan aktivitas seni
Banyak musik dari berbagai genre yang bisa membantu Anda mengekspresikan emosi dan membuat hati Anda jadi lebih lega. Selain mendengarkan musik, proses katarsis juga bisa Anda wujudkan dengan menyanyikan lagu dan melakukan berbagai aktivitas seni lainnya, seperti melukis, menggambar, mewarnai, atau membuat kolase.

3. Berolahraga atau bersih-bersih rumah
Perasaan sedih dan kecewa bisa menimbulkan stres dan kecemasan. Kondisi ini akan bertambah buruk jika Anda semakin memikirkannya. Oleh karena itu, proses katarsis terbaik untuk melepaskan diri dari kondisi tersebut adalah dengan membebaskan pikiran Anda dari berbagai hal yang membuat Anda stres dan cemas.

Anda bisa mencoba untuk melakukan aktivitas fisik seperti olahraga atau bersih-bersih rumah. Manfaat olahraga untuk suasana hati dapat membuat Anda bahagia dengan memicu produksi endorfin. Begitu pula dengan membersihkan rumah.

Itu artinya baik olahraga atau bersih-bersih rumah bisa membantu perasaan Anda jadi lebih baik. Anda bisa meluapkan rasa kecewa, sedih, dan marah dengan bersemangat menjalani olahraga atau lebih giat dalam membersihkan perabotan rumah.

4. Berteriak
Berteriak juga bisa menjadi salah satu bentuk katarsis yang baik. Dengan berteriak, secara tidak langsung Anda dapat meluapkan dan melepaskan emosi serta beban pikiran yang tersimpan.

3. Memukul samsak
Selain perasaan sedih dan depresi, pembersihan emosi atau rasa amarah juga dapat termasuk ke dalam katarsis. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan melepaskan kemarahan melalui samsak atau karung tinju.

Sebuah penelitian bahkan menyebutkan bahwa tinju dapat membantu seseorang yang mengalami masalah pada kesehatan mentalnya.

Selain bisa mengeluarkan hormon endorfin, tinju juga dapat mengalihkan fokus Anda dari stres dan beban mental yang dirasakan. Tidak hanya melepaskan amarah, tinju juga menyediakan sarana untuk melepaskan frustrasi, stres, dan amarah dengan cara yang lebih positif.

4. Menulis
Menulis merupakan contoh katarsis yang terapeutik. Bahkan, banyak psikolog yang menyarankan pasien mereka untuk menulis jurnal karena alasan ini.

Berdasarkan penelitian, selain dapat membantu Anda melepaskan berbagai perasaan negatif, menulis jurnal juga dapat membantu meningkatkan fungsi kognitif, menurunkan gejala radang sendi, asma, dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Anda bisa menuliskan jurnal mengenai perasaan Anda pada hari itu, atau dengan membuat puisi untuk mengekspresikan emosi melalui kata-kata. Jika perasaan negatif dalam diri disebabkan oleh kejadian traumatis, Anda bisa menuliskan kejadian tersebut di dalam jurnal Anda guna melepaskan emosi.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment