Gaslighting: Pengertian, Ciri, Kalimat, Dampak, dan Cara Menghadapinya
Table of Contents
Gaslighting |
Pengertian Gaslighting
Gaslighting adalah salah satu bentuk penyiksaan secara psikologis yang terjadi dalam hubungan interpersonal, di mana penyiksa melemahkan rasa percaya diri korban dengan membuat mereka mempertanyakan ingatan, sudut pandang, atau kewarasan mereka. Umumnya, korban tidak menyadari bahwa mereka telah dicuci otak. Hal ini karena perilaku tersebut dilakukan secara perlahan dan bertahap.Dengan menggunakan penyangkalan yang berulang-ulang, manipulasi, kontradiksi, dan kebohongan, sang penyiksa berusaha untuk menggoyahkan kondisi psikologis korban dan melemahkan rasa percaya dirinya. The Journal of Perinatal and Neonatal Nursing menyebutkan, gaslighting sering terjadi dalam sebuah hubungan pacaran dan pernikahan.
Namun, tak jarang, pelaku tersebut juga terjadi dalam hubungan pertemanan maupun keluarga. Orang yang toxic menggunakan jenis manipulasi ini untuk mendapatkan kekuasaan atas orang lain, dengan memanipulasi anggota keluarga, pasangan, teman, dan bahkan rekan kerja.
Gaslighting terjadi pada kondisi hubungan yang menempatkan pelaku manipulasi pada kondisi yang memiliki power maupun keterkaitan yang erat dengan korban gaslighting.
Ciri Gaslighting
Terdapat beberapa ciri khusus yang umum dilakukan oleh pelaku gaslighting kepada korbannya di antaranya,1. Pelaku Hampir Selalu Berbohong
Umumnya, seorang gaslighter menganggap kebohongan sebagai sesuatu yang biasa. Karena itu, dia bisa dengan mudah melakukan kebohongan demi kebohongan. Bahkan, pelaku berani melakukan kebohongan secara terang-terangan.
Dalam beberapa kondisi, kebohongan ini bisa saja diketahui bahkan ada cukup bukti untuk mengungkap kebohongan mereka. Meski begitu, pelaku tidak akan mengubah cerita mereka atau mundur dari kebohongan yang telah dilakukan. Sebaliknya, dia akan berbohong dengan sangat meyakinkan.
Kebohongan yang sangat terang-terangan ini justru membuat korban menjadi bingung. Akhirnya, korban justru akan mempertanyakan memorinya dan juga kebenaran yang sesungguhnya. Semakin sering hal ini terjadi, korban akan semakin bingung dan merasa bahwa justru dirinya yang salah.
2. Pelaku Sering Mendiskreditkan Orang Lain
Ciri-ciri gaslighting lain yang umum diketahui dari pelaku adalah kebiasaannya mendiskreditkan orang lain. Pelaku biasanya sering menyebarkan rumor atau gosip tentang seseorang kepada orang lainnya. Akan tetapi, orang yang mendengar belum tentu merasa kalau pelaku sedang bergosip.
Biasanya, pelaku akan menceritakan gosip tersebut dengan tambahan kebohongan di sana sini. Dengan begitu, orang lain akan mengira bahwa orang yang pelaku bicarakan memiliki kondisi emosional yang tidak stabil. Dengan cara ini, orang lain akan berpihak pada pelaku tanpa mencari tahu cerita yang sebenarnya.
3. Pelaku Sering Mengesampingkan Pikiran dan Perasaan Korban
Umumnya, seorang gaslighter sering meremehkan pikiran dan perasaan korban. Cara ini dilakukan agar korban merasa bahwa tindakannya salah. Sehingga, pelaku bisa lebih mudah menguasai korban.
4. Pelaku Sering Mengalihkan Kesalahan
Hubungan yang sehat membutuhkan kerja sama dua belah pihak. Setiap orang pasti melakukan kesalahan dan tidak apa untuk mendiskusikannya bersama. Dengan cara itu, hubungan yang sehat dapat terus bertumbuh dengan baik.
Akan tetapi, seorang gaslighter tidak suka menjadi pihak yang salah. Jika pasangannya mengajak diskusi, pelaku akan selalu memelintir cerita dan mengalihkan kesalahan tersebut kepada pasangannya. Lambat laun, pasangannya merasa bahwa pelaku selalu benar. Dan jika pelaku berbuat kesalahan, hal tersebut adalah dampak dari kesalahan yang korban lakukan pada pelaku.
5. Pelaku Sering Menghindari Tanggung Jawab
Seorang gaslighter juga akan mengupayakan segala cara untuk menghindari tanggung jawab atas kesalahan yang mereka perbuat. Sehingga, pasangannya akan merasa bingung dan frustrasi karena rasa sakit yang dia rasakan tidak diakui oleh pelaku.
Kebiasaan melimpahkan tanggung jawab kesalahan kepada pasangan juga membuat korban menjadi sulit bangkit atau pulih dari penindasan atau kekerasan yang mereka terima.
6. Pelaku Sering Menggunakan Rayuan Sebagai Senjata
Merayu memang menjadi hal yang lumrah bagi pasangan. Tapi, seorang gaslighter menggunakan cara ini untuk memanipulasi pasangannya. Biasanya, pelaku akan merayu, bersikap baik, atau mengatakan kalimat yang ingin korban dengar agar korban mau mengikuti kemauannya.
7. Pelaku Sering Memutar Balikkan Fakta
Sudah menjadi rahasia umum bahwa tindakan manipulatif biasanya disertai dengan memutarbalikkan fakta. Biasanya, pelaku menggunakan cara ini saat pasangannya ingin mendiskusikan suatu masalah di masa lalu.
Sebagai contoh, bisa saja suatu hari pelaku mendorong korban ke dinding. Saat korban ingin membahasnya langsung, pelaku terus berusaha untuk menunda pembahasan tersebut. Dan jika akhirnya dibahas, pelaku akan memutar balikkan fakta yang ada.
Bisa saja pelaku mengatakan bahwa saat itu dia berniat menenangkan korban yang hampir terjatuh atau alasan lainnya. Fakta versi pelaku ini terus diulang-ulang sehingga korban mulai meragukannya ingatannya atas kejadian tersebut.
Kalimat Gaslighting
Untuk mengantisipasinya, kenali kalimat gaslighting untuk manipulasi seperti:1. "Kamu terlalu emosional"
Salah satu ciri seorang gaslighter adalah apatis, mereka menyatakan bahwa kamu bereaksi berlebihan atau terbawa perasaan (baper). Sehingga, kamu bertanya-tanya apakah benar-benar terlalu banyak berpikir atau emosional saat menghadapi masalah.
2. "Itu hanya lelucon"
Ketika kamu merasa diolok-olok secara pribadi ataupun di depan publik, gaslighter akan mengatakannya itu hanya bercanda. Merendahkan itu tidak lucu, tetapi gaslighter tidak mau menurunkan egonya dan kesulitan untuk minta maaf.
3. "Berhenti salah paham denganku"
Saat kamu mengatakan pasanganmu melakukan sesuatu, dia lantas membalikkan keadaan dan mengatakan kamu salah paham. Pasanganmu menggunakan strategi ini untuk memanipulasi secara emosional bahwa kamu menyakiti dirinya.
4. "Semuanya salahmu"
Perbedaan pendapat adalah normal dalam sebuah hubungan, tetapi bisa menjadi gaslighting jika pasanganmu justru menyalahkanmu. Pasangan yang penuh kasih tidak akan mengatakan bahwa kamu sepenuhnya salah, justru dia mencoba untuk menyeimbangkan situasi.
5. "Kamu tidak tahu berterima kasih"
Ketika kamu mengetahui ada yang salah dengan pasanganmu, dia memutarbalikan fakta dan menyerangmu. Dia akan menyatakan bahwa dirinya mengorbankan banyak hal untukmu, tetapi kamu tidak menghargainya. Pada akhirnya, pasangan akan menyalahkan dirimu dan melarikan diri dari masalah yang kamu beri tahu padanya.
Dampak yang Dialami korban Gaslighting
1. Enggan mengakui realitaKetika melihat sesuatu di depannya, si korban tahu bahwa ia tidak membayangkan sesuatu. Melainkan, ia akan berpikir bahwa ada yang salah. Perlu diingat bahwa ini merupakan salah satu taktik dari pelaku gaslighting untuk menyangkal atas pernyataannya.
2. Menjadi terlalu sensitif
Pelaku gaslighting kerap merasa terluka terhadap tindakan sang korban. Sehingga, ia menunjukkan bahwa korban lah yang terlalu sensitif terhadap pelaku. Selain itu, si korban tidak tahu bahwa ia tengah disorot oleh gaslighting yang sengaja mengambinghitamkannya.
3. Mempertanyakan dan meragukan diri sendiri
Biasanya, pelaku gaslighting juga bermanifestasi dengan menaburkan keraguan pada korban atau peristiwa tertentu. Cara tersebut membuat si korban mulai kebingungan sehingga ia akan meragukan dirinya sendiri.
4. Sering meminta maaf, meski dirinya tak sepenuhnya salah
Misalkan ada seorang istri yang mengaku kepada suaminya bahwa ia telah membaca chat dari smartphone-nya ketika suaminya tengah beristirahat. Tapi, sang suami justru geram dan merasa dituduh tengah berselingkuh dengan wanita lain.
Atas kejadian itu, sang istri justru meminta maaf berulang kali karena merasa bersalah kepada suaminya. Padahal, tuduhan dari suaminya tak sepenuhnya benar. Contoh tersebut menunjukkan bahwa pelaku gaslighting sering membuat si korban merasa kecil, salah, dan merasa bergantung pada pelaku.
5. Merasa rendah diri di hadapan orang lain
Dampak yang dialami korban lainnya adalah selalu merasa rendah diri di hadapan orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa pelaku gaslighting selalu menemukan cara terbaik untuk menjatuhkan harga diri si korban. Si korban pun tidak menyadari akan perilaku gaslighting tersebut hingga membuat dirinya merasa buruk dan rendah diri.
Cara Menghadapi Pelaku Gaslighting
Apabila Anda merasa terjebak dalam gaslighting relationship, sebaiknya Anda belajar untuk tidak menyalahkan diri sendiri. Kemudian, Anda bisa menghadapinya dengan melakukan hal-hal berikut di antaranya,1. Kenali perilaku tersebut sebagai gaslighting
Cara menghadapi pelaku gaslighting adalah mengenalinya sebagai orang yang melakukan tindakan manipulatif. Ini sering tidak disadari, oleh karena itu Anda perlu waspada jika seseorang atau pasangan Anda melakukan sesuatu yang membuat Anda meragukan diri sendiri.
2. Kumpulkan bukti interaksi dengan pelaku
Guna melacak kejadian sebenarnya, Anda dapat mengumpulkan semua bukti interaksi dengan pelaku. Sehingga saat ia mulai menyangkal kesalahannya, Anda memiliki bukti untuk menunjukkan kebenarannya.
3. Buatlah batasan
Hal penting lainnya adalah membuat batasan yang jelas antara Anda dan pelaku. Ini bisa dilakukan dengan membatasi percakapan atau menghindar saat pelaku mulai membuat Anda ragu dan cemas.
4. Jangan takut berbicara
Saat menghadapi pelaku gaslighting, diperlukan keberanian dalam berbicara. Jangan malah diam saja sehingga menyediakan ruang bagi mereka untuk terus memanipulasi Anda. Jika pelaku mulai berulah, sebaiknya Anda atau berterus terang padanya. Ini akan membuat mereka merasa terpojok hingga akhirnya pergi meninggalkan Anda.
5. Hindari perdebatan
Poin yang dimaksud pada nomor 4 bukan berarti Anda harus berdebat dengannya. Justru jika Anda mencoba membuktikan bahwa Anda benar dan ia salah, ini akan membuat Anda jadi frustrasi. Oleh karena itu, bicaralah baik-baik dan hindari perdebatan dengan mereka, atau sebisa mungkin jauhkan diri Anda dari pelaku gaslighting.
6. Cintai diri sendiri
Apa yang dilakukan pelaku gaslighting bisa menguras fisik hingga mental seseorang. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa tindakan tersebut dapat meningkatkan risiko seseorang terkena PTSD atau post-traumatic stress disorder.
Untuk itu penting bagi Anda mengurangi stres dengan cara mencintai diri sendiri. Misalnya melakukan aktivitas yang Anda sukai, seperti membaca, travelling, berkebun, memasak, dan lain sebagainya.
Dari berbagai sumber
Post a Comment