Borderline Personality Disorder (BPD): Pengertian, Gejala, dan Penyebabnya

Table of Contents
Pengertian Borderline Personality Disorder atau BPD
Borderline Personality Disorder (BPD)

Pengertian Borderline Personality Disorder (BPD)

Borderline personality disorder (BPD) atau gangguan kepribadian ambang adalah gangguan mental yang memengaruhi cara berpikir, cara pandang, serta kemampuan merasakan sesuatu terkait dengan dirinya sendiri dan orang lain. Kondisi ini ditandai dengan suasana hati dan citra diri yang senantiasa berubah-ubah dan sulit dikontrol, serta perilaku yang impulsif.

Mereka sering kali merasa takut ditinggalkan, padahal hubungan baik dengan keluarga maupun hubungan dengan pasangan berjalan langgeng dan penuh kasih sayang. Akibatnya, orang dengan kondisi ini kerap kali kesulitan untuk menjalankan fungsinya dalam kehidupan sehari-hari.

Sekitar 1–4% orang di dunia mengalami BPD. Gangguan ini umumnya muncul pada masa remaja akhir atau dewasa muda dan lebih sering dialami oleh wanita.

Gejala BPD (Borderline Personality Disorder)

Gejala BPD biasanya muncul pada masa remaja menjelang dewasa dan bertahan saat usia dewasa. Gejala tersebut dapat bersifat ringan hingga berat. Gejala BPD dapat digolongkan menjadi empat bagian di antaranya,
1. Mood atau suasana hati yang tidak stabil
Penderita BPD dapat mengalami perubahan perasaan (mood swing) yang drastis terhadap dirinya sendiri, lingkungannya, atau orang-orang di sekitarnya tanpa alasan yang jelas. Perubahan mood ini bisa terjadi dari perasaan positif ke negatif maupun sebaliknya.

Saat mengalami suasana hati yang negatif, penderita BPD bisa merasakan perasaan marah, hampa, sedih, tidak berharga, malu, panik atau takut, dan kesepian yang sangat dalam.

2. Gangguan pola pikir dan persepsi
BPD bisa menyebabkan penderitanya berpikir bahwa dirinya buruk, bersalah, atau tidak berarti. Pikiran ini bisa hilang timbul, sehingga membuat penderitanya kalut dan berusaha mencari pembenaran atau pembelaan ke orang-orang sekitarnya untuk meyakinkan bahwa dirinya tidak buruk.

Penderita juga dapat mengalami halusinasi, misalnya mendengar suara di luar dirinya yang memintanya menyakiti diri sendiri. Selain itu, penderita juga bisa memiliki keyakinan yang kuat akan sesuatu yang sebenarnya tidak masuk akal (delusi), misalnya keyakinan bahwa dirinya dikejar oleh pembunuh bayaran.

3. Perilaku impulsif
Perilaku ini cenderung membahayakan diri sendiri, atau berupa tindakan ceroboh dan tidak bertanggung jawab. Contohnya melukai diri sendiri, mencoba bunuh diri, melakukan hubungan seks yang berisiko, minum alkohol secara berlebihan, atau berjudi tanpa memikirkan risiko kalah.

4. Hubungan yang intens, tetapi tidak stabil
BPD dapat menyebabkan penderitanya takut akan diacuhkan oleh orang lain. Akan tetapi, pada lain waktu penderita BPD juga bisa merasa tidak nyaman atau risi jika ada orang yang terlalu dekat atau terlalu memperhatikannya. Hal ini dapat merusak hubungan penderita BPD dengan orang lain.

Tidak semua penderita BPD mengalami seluruh gejala di atas. Sebagian hanya mengalami beberapa gejala. Tingkat keparahan, berapa sering kemunculannya, serta berapa lama terjadinya gejala pada setiap penderita juga bisa berbeda-beda.

Umumnya, gejala BPD akan mereda dengan sendirinya seiring dengan bertambahnya usia penderita. Gejala biasanya akan berkurang saat penderita memasuki usia 40 tahun.

Penyebab BPD (Borderline Personality Disorder)

Hingga kini, belum jelas dan belum pasti apa yang menyebabkan gangguan kepribadian ambang. Namun, kondisi ini diperkirakan dipicu oleh beberapa hal berikut di antaranya,
1. Pelecehan dan trauma
Seseorang yang pernah mengalami pelecehan seksual, emosional atau fisik memiliki risiko BPD yang lebih tinggi. Pengabaian, perlakuan salah atau perpisahan dari orang tua juga meningkatkan risiko gangguan kepribadian ambang.

2. Genetika
Gangguan kepribadian ambang diturunkan dalam keluarga. Seseorang yang memiliki riwayat keluarga BPD, punya risiko mengembangkan kondisi tersebut.

3. Perubahan otak
Pada orang dengan BPD, bagian otak yang mengontrol emosi dan perilaku tidak berkomunikasi dengan baik. Masalah-masalah ini mempengaruhi cara kerja otak. Selain itu, penurunan fungsi dari zat-zat kimia pada otak, seperti serotonin, juga dikaitkan dengan BPD. Serotonin berfungsi mengendalikan suasana hati (mood).

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment