Bias Kognitif: Pengertian, Tanda, dan Jenisnya

Table of Contents
Pengertian Bias Kognitif
Bias Kognitif

Pengertian Bias Kognitif

Bias kognitif adalah kondisi yang terjadi karena adanya kesalahan sistematis dalam berpikir, memproses, dan menafsirkan informasi. Hal ini kemudian memengaruhi rasionalitas dan keakuratan dalam menentukan keputusan dan penilaian. Bias kognitif sering muncul sebagai hasil dari upaya otak dalam menyederhanakan informasi yang diterima.

Menurut Howard J. Ross (2014), bias kognitif merupakan kesalahan dalam pemikiran, menilai, mengingat maupun proses kognitif lainnya yang sering timbul sebagai buah dari keteguhan akan pilihan atau preferensi/kesukaan. Bisa juga berupa keyakinan dengan mengesampingkan informasi yang bertentangan atau berbeda.

Dalam bukunya yang berjudul “Everyday Bias”, Howard J. Ross (2014) mengatakan bahwa bias yang terjadi pada individu dapat dipengaruhi oleh pola asumsi bawah sadar yang telah diserap sepanjang hidup. Pola ini akhirnya memengaruhi bagaimana cara seseorang mengambil keputusan dikemudian hari.

Gagasan tentang bias kognitif ini pertama kali diperkenalkan oleh Amos Tversky dan Daniel Kahneman pada tahun 1972.

Tanda Bias Kognitif

Beberapa kondisi yang menjadi tanda terjadinya bias kognitif di antaranya,
1. Hanya memerhatikan berita yang mengonfirmasi atau sejalan dengan pendapat Anda
2. Menyalahkan faktor luar ketika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai rencana
3. Menganggap kesuksesan orang lain sebagai keberuntungan dan membanggakan capaiannya sendiri
4. Berasumsi bahwa orang lain membagikan (mencuri) ide atau pendapat Anda
5. Belajar sedikit tapi merasa sudah mengetahui banyak hal

Jika dibiarkan begitu saja, bias kognitif dapat membuat Anda mempunyai pikiran menyimpang. Keyakinan terhadap teori konspirasi misalnya, kondisi tersebut umumnya dipengaruhi oleh bias ini.

Jenis Bias Kognitif

Terdapat beberapa jenis bias kognitif yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di antaranya,
1. Anchoring Bias (efek jangkar)
Adalah kecenderungan kita untuk terlalu dipengaruhi oleh informasi pertama yang didengar. Fenomena ini disebut sebagai anchoring bias atau efek anchoring. Anchoring bias juga dikenal sebagai jebakan relativitas. Bias ini terjadi karena kecenderungan di mana kita harus membandingkan dan mengontraskan hal-hal yang terbatas.

Misalnya, angka pertama yang disuarakan selama negosiasi harga biasanya menjadi titik penahan di mana semua negosiasi lebih lanjut didasarkan. Para peneliti bahkan menemukan bahwa meminta peserta memilih angka yang benar-benar acak dapat mempengaruhi apa yang orang duga ketika ditanyai pertanyaan yang tidak terkait, seperti berapa banyak negara di Afrika.

Ini bias kognitif kecil yang rumit tidak hanya mempengaruhi hal-hal seperti gaji atau negosiasi harga. Dokter, misalnya, dapat menjadi rentan terhadap bias jangkar ketika mendiagnosis pasien. Kesan pertama dokter tentang pasien sering membuat titik penahan yang kadang-kadang dapat secara tidak benar mempengaruhi semua penilaian diagnostik berikutnya.

Contoh lainnya, kita menyukai seorang pemimpin dari partai A. Ketika ada seseorang memiliki pendapat yang berbeda, maka seketika kita tidak menyukai orang tersebut. Hal ini kemudian menyeret kita untuk berpikir tidak rasional, sebab kita akan mengabaikan semua informasi tidak menyenangkan yang berkaitan dengan pemimpin yang kita idolakan tersebut.

2. Barnum Effect
Efek Barnum adalah suatu fenomena psikologis ketika seseorang akan memercayai bahwa suatu deskripsi kepribadian dirancang khusus untuk mereka, padahal deskripsi itu sebenarnya sangat umum sehingga dapat berlaku untuk banyak orang.

Contoh dari efek ini dalam kehidupan sehari-hari ialah banyaknya orang yang memercayai astrologi, ramalan, pembacaan aura, grafologi, dan beberapa jenis tes kepribadian.

Saat membaca kolom horosokop, pembaca secara aktif mencoba mengaitkan isi horoskop tersebut dengan aspek kepribadian mereka. Padahal jika ditelusuri lebih lanjut, poin-poin dalam horoskop dengan sentuhan Barnum Effect terdiri dari kalimat yang netral dan bisa terjadi pada semua orang.

3. Availability Heuristic Bias (ketersediaan heuristik)
Availability Heuristic Bias adalah jenis bias kognitif yang biasanya dilakukan oleh seseorang ketika melakukan penalaran dengan mental jalan pintas (mental shortcut) berdasarkan pada informasi yang sering mereka dapat atau yang terakhir mereka dapat dan yang paling mudah dipikirkan untuk segera diambil keputusan.

Biasanya orang mudah percaya pada informasi yang didapat dari lingkungan sekitarnya saja. Contohnya, seorang perokok yang merasa bahwa merokok tidak mengganggu kesehatan. Ternyata si perokok mendapatkan informasi bahwa Kakeknya yang perokok berat baru meninggal pada usia 100 tahun. Padahal sudah jelas bahwa merokok dapat merusak kesehatan.

4. Blind Spot Bias
Jenis bias ini menganggap bahwa orang lain telah melakukan tindakan atau pemikiran bias daripada dirinya sendiri. Jadi, blind spot bias adalah satu bias yang menganggap orang lain lebih bias. Hal ini sering kita jumpai di sosial media di mana terkadang satu kubu merasa tindakan dan pikirannya didukung dengan pengetahuan dan literatur yang lebih objektif dibanding dengan kubu lawannya.

5. Confirmation bias (bias konfirmasi)
Hal ini didasarkan pada temuan bahwa orang cenderung lebih sering mendengarkan informasi yang menegaskan keyakinan yang telah mereka miliki. Melalui bias ini, orang cenderung menyukai informasi yang menegaskan keyakinan mereka sebelumnya.

Bias ini bisa sangat jelas ketika datang ke masalah-masalah seperti kontrol senjata dan pemanasan global. Alih-alih mendengarkan pihak lawan dan mempertimbangkan semua fakta secara logis dan rasional, orang cenderung hanya mencari hal-hal yang memperkuat apa yang mereka anggap benar.

Dalam banyak kasus, orang-orang di dua sisi masalah dapat mendengarkan cerita yang sama, dan masing-masing akan pergi dengan interpretasi yang berbeda yang mereka rasa memvalidasi sudut pandang mereka yang ada. Ini sering menunjukkan bahwa bias konfirmasi berfungsi untuk "bias" pendapat mereka.

Itulah mengapa kita cenderung lebih suka bergaul dengan orang-orang yang mempunyai pandangan dan selera yang sama dengan kita. Selain itu, kita juga cenderung merasa terganggu oleh individu, kelompok, atau sumber berita yang membuat kita tidak nyaman.

6. Choice-supportive bias
Choice-supportive bias adalah kecenderungan seseorang untuk memberikan nilai positif pada kepunyaan yang mereka pilih atau yang dimilikinya. Ketika orang memilih sesuatu, orang cenderung akan memberikan penilaian positif pada pilihannya tersebut.

Contoh dalam kehidupan kita ialah ketika kita membeli smartphone dengan merk tertentu, kita akan merasa smartphone pilihan tersebut sudah sangat sempurna untuk kita. Padahal smartphone pilihan kita juga bisa jadi memiliki banyak kekurangan.

7. Clustering illusion
Clustering illusion adalah kecenderungan manusia untuk melihat pola dalam suatu kejadian yang acak. Illusi ini disebabkan oleh kecenderungan manusia untuk meramalkan sesuatu yang berubah-ubah hanya dengan melihat sedikit sampel data yang acak.

Misalnya seorang penjudi merasakan bisa memprediksi pola-pola yang akan terjadi dalam permainan dadu.

8. Bandwagon bias
Bandwagon bias atau efek ikut-ikutan adalah kecenderungan individu untuk memperoleh gaya, perilaku, atau sikap tertentu karena semua orang melakukannya. Contohnya saja di suatu kota sedang tren dengan olahraga bersepeda.

Karena banyak yang melakukan olahraga bersepeda itu, banyak orang berbondong-bondong untuk membeli sepeda dan bersepeda dengan berombongan. Orang yang awalnya tidak suka bersepeda menjadi tertarik untuk bersepeda karena orang-orang melakukannya.

Efek negatif dari bias ini dalam kehidupan sehari-hari ialah ketika terjadi semacam “groupthink” dalam pengambilan suatu keputusan kelompok. Seorang individu memilih suatu pilihan hanya karena orang lain dalam kelompok juga memilihnya. Inilah sebabnya mengapa voting pendapat seringkali menyesatkan.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment