Anak Hiperaktif: Pengertian, Ciri, Penyebab, dan Cara Menanganinya
Table of Contents
Anak Hiperaktif |
Pengertian Anak Hiperaktif
Anak hiperaktif adalah anak yang memiliki keaktifan tak biasa sehingga sulit dikendalikan. Anak hiperaktif merupakan anak yang mengalami gangguan tingkah laku yang tidak normal yang disebabkan disfungsi neurologia dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian. Anak-anak yang mempunyai gangguan ini memang cenderung mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dan cenderung lebih gelisah. Mereka yang hiperaktif akan menjadi luar biasa agresif dan sulit untuk berhubungan dengan orang-orang sekitar mereka.
Umumnya anak hiperaktif akan kesulitan dalam melakukan kegiatan seperti sekolah ataupun bekerja, hal ini dikarenakan anak yang tidak bisa berdiam di satu tempat dengan jangka waktu yang lama. Anak-anak yang mengalami gangguan ini juga akan sangat menuntut dan memaksa orang tua untuk terus bersama mereka.
Psiakiater dr Devang Parikh seperti dilansir Times of India, menjelaskan, "Ketika anak mulai merasa cemas akan sesuatu hal dan terlihat lebih agresif bahkan menangis terisak-isak, juga tidak memperhatikan atau terus gelisah setiap waktu maka para orang tua harus waspada dan memerhatikan lebih serius."
Ciri Anak Hiperaktif
Agar tak salah membedakan ketiganya, berikut beberapa ciri anak hiperaktif di antaranya,1. Berlari dan berteriak ketika bermain
Mungkin terlihat normal terjadi pada anak-anak yang aktif, namun bagi anak hiperaktif, mereka akan selalu melakukan hal ini baik bermain di dalam ataupun di luar ruangan.
2. Berdiri dan berjalan ketika jam sekolah
Untuk anak usia sekolah, biasanya anak suka berdiri di tengah kelas dan berjalan ketika guru sedang berbicara. Hal ini tentu akan mengganggu kegiatan belajar mengajar. Namun bagi anak hiperaktif, kegiatan ini adalah kegiatan menyenangkan karena sebagian dari mereka adalah anak yang tidak bisa berdiam diri.
3. Bergerak dan berjalan cepat
Anak hiperaktif juga biasanya bergerak dan berjalan lebih cepat dari teman sebayanya. Hal ini bisa membuatnya bergerak dan berjalan hingga menabrak orang atau barang di sekitarnya. Tentunya sangat membahayakan bagi anak. Untuk itu diperlukan pengawasan yang ekstra dalam mendampingi anak hiperaktif.
4. Bermain terlalu kasar
Ciri khas yang biasanya terjadi pada anak hiperaktif adalah bermain terlalu kasar sampai melukai diri sendiri, bahkan teman lainnya. Anak sebenarnya melakukan ini tanpa sadar karena terlalu bersemangat dalam bermain. Itulah yang membuatnya sering kali tanpa sadar melukai dirinya atau teman lainnya.
5. Sering mengganggu orang lain
Sering mengganggu orang lain adalah ciri umum yang sering terjadi pada anak-anak hiperaktif. Mereka yang terkenal tak mau diam itu akan senang jika mengganggu teman atau orang lain di sekitarnya untuk diajak main bersama.
6. Mudah gelisah
Anak yang hiperaktif terkenal dengan tak mau diam, itulah mengapa mereka lebih mudah gelisah ketika berada dalam situasi yang tenang. Mereka akan terlihat ingin buru-buru mengambil mainannya dan pergi bermain, daripada harus berdiam diri dalam keadaan tenang tersebut.
7. Sulit berkonsentrasi
Selain mudah gelisah, anak hiperaktif biasanya menjadi lebih sulit berkonsentrasi. Tak hanya itu, mereka juga susah untuk duduk diam ketika jam belajar, makan, bahkan bermain. Itulah yang membuat anak hiperaktif seringkali menjadi kehilangan fokusnya dalam melakukan sesuatu.
8. Selalu ingin bergerak dalam keadaan apapun
Dalam keadaan apapun, anak-anak hiperaktif cenderung ingin terus bergerak meski sedang duduk sekalipun. Hal ini normal terjadi, sebab pada dasarnya anak hiperaktif adalah anak yang mengalami kondisi tak bisa diam.
Penyebab Anak Hiperaktif
Berikut beberapa faktor penyebab yang membuat anak menjadi hiperaktif di antaranya,1. Memiliki gangguan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder).
2. Anak alami gangguan sistem syaraf utama pada otaknya.
3. Alami gangguan emosi yang tak stabil.
4. Alami gangguan hipertiroid.
5. Bahkan bisa juga karena alami gangguan psikologis.
Untuk itu, orang tua yang memiliki anak dengan kondisi tersebut, diharapkan segera memeriksa kondisi kesehatan anak guna mengetahui secara pasti apa yang menyebabkan anak menjadi anak yang hiperaktif.
Cara Menangani Anak Hiperaktif
Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan baik orang tua maupun keluarga di antaranya,1. Jauhkan anak dari hal yang mengganggu konsentrasi anak
Berkonsentrasi sangat sulit dilakukan oleh anak hiperaktif. Maka, sebagai orang tua yang mendampingi anak perlu paham jika anak butuh suasana yang kondusif dan nyaman untuk anak beraktivitas seperti belajar atau mengerjakan tugas. Mengatur suasana sekitar anak di sini bukan berarti anak dipaksa untuk duduk tenang dan mengerjakan tugasnya sendiri.
Karena dengan adanya pemaksaan anak hiperaktif untuk tenang dapat menyebabkan anak menjadi semakin gelisah. Orang tua dapat melakukan seperti pengaturan meja belajar atau tempat belajar agar tidak dekat dengan jendela, pintu, atau tempat-tempat yang dapat mengalihkan perhatian anak.
2. Rutin mendampingi anak berolahraga
Olahraga seperti sepatu roda, bersepeda, berlari, ataupun bela diri dapat menjadi salah satu ajang bagi anak mengatur energinya. Dengan olahraga pun anak dapat menjaga keseimbangan konsentrasinya selain belajar mengatur energi, disiplin, kontrol diri dan menjaga kebugaran tubuh.
Orang tua juga dapat mengajak anak ikut dalam pertandingan seperti sepakbola, kasti, basket agar anak dapat berinteraksi dengan banyak anak lain untuk mengasah keterampilan sosialnya.
3. Adanya jadwal harian yang terstruktur
Anak yang hiperaktif cenderung akan mudah merasakan kecemasan ketika tidak melakukan apa pun. Dengan ini diharapkan orang tua dapat mengarahkan anak untuk membuat jadwal harian yang terstruktur. Jadwal yang dibuat sederhana saja asalkan terstruktur dan jelas.
Seperti kapan waktu untuk mandi, kapan waktu untuk makan, kapan waktu untuk tidur, kapan waktu untuk bermain, dan kapan waktu untuk belajar. Anak diharapkan dapat menjadi lebih tenang dalam melaksanakan kegiatan dengan adanya jadwal tersebut, karena terbiasa dengan kegiatan yang terstruktur.
4. Buat peraturan yang konsisten
Dengan adanya jadwal yang telah ada, selanjutnya orangtua perlu menetapkan adanya peraturan disiplin yang mendidik bagi anak. Peraturan yang ada tentu perlu adanya kejelasan dan konsistensi baik dari siswa maupun dari orang tua sendiri. Orang tua mungkin memiliki banyak pilihan dalam mendidik anak anaknya, baik dengan cara yang santai maupun dengan cara yang disiplin ketat.
Untuk mendidik anak hiperaktif diperlukan orang tua yang disiplin walaupun tidak mengekang anak. Di mana dengan adanya peraturan-peraturan, diharapkan akan adanya pujian ketika anak menjalankan dengan tertib dan konsekuensi jika anak melanggar apa yang telah menjadi aturan.
5. Biasakan anak bermain di luar rumah
Kegiatan di luar rumah seperti berkemah, berkebun, jalan-jalan di sekitar rumah, atau naik gunung dapat dilakukan anak-anak. Permainan outdoor seperti yang telah dicontohkan dapat membantu anak terbiasa dengan bermain di luar, dan bukan di setiap tempat. Permainan outdoor juga dapat memberikan semangat juga kreativitas anak.
6. Pastikan anak makan makanan yang bergizi
Dalam mendampingi anak hiperaktif, bukan hanya dengan perhatian luar saja. Asupan yang dikonsumsi anak juga sering disebut menjadi faktor anak menjadi semakin hiperaktif. Walaupun belum terbukti secara ilmiah, gizi dari makanan yang dikonsumsi anak perlu kita perhatikan.
Seperti asupan gula yang berlebih dapat menjadi faktor meningkatnya kadar karbohidrat sederhana yang mudah diserap tubuh untuk menjadi sumber tenaga. maka pengaturan pola makan yang seimbang seperti 4 sehat 5 sempurna perlu diperhatikan orangtua.
7. Berlatih sabar menghadapi anak yang hiperaktif.
Sikap yang ditunjukkan anak hiperaktif terkadang akan menguji kesabaran orang tua maupun orang-orang di sekitar, entah karena anak yang suka berteriak teriak, mengganggu temannya, ataupun senang berlarian. Tetapi menanggapi kelakuan anak tidak boleh dilakukan dengan kekerasan.
Orang tua diharapkan tidak memberikan konsekuensi fisik seperti memukul kepada anak. Kata-kata kasar ataupun hukuman fisik tidak akan mendisiplinkan anak, melainkan hanya akan membuat anak semakin sulit dikendalikan.
Dari berbagai sumber
Post a Comment