Downtime: Pengertian, Penyebab, Jenis, dan Cara Menghindarinya
Downtime (Waktu Henti) |
Pengertian Downtime
Downtime (waktu henti) atau durasi pemadaman adalah periode waktu ketika sistem gagal menyediakan atau mencapai fungsi utamanya. Selama downtime, website yang dihosting di server tertentu tidak akan tersedia dan menjadi offline. Downtime biasanya berarti situs tidak dapat memberikan akses kepada pengguna.
Sebagian besar menganggap situs down saat pengguna tidak dapat menyelesaikan tugas yang ingin mereka lakukan, misalnya situs web eCommerce down jika pengguna tidak dapat melakukan pembayaran dari keranjang belanja mereka. Jenis downtime ini tentunya memberatkan bagi sebagian besar pengguna.
Penyebab Downtime
Downtime dapat terjadi karena banyak hal di antaranya,
1. Pemadaman Jaringan
Pemadaman jaringan adalah alasan nomor satu penyebab downtime sebesar 50%. Penyebab utama downtime ini juga menyumbang 42% untuk situs data yang bervolume besar dan 53% untuk semua situs lain.
2. Maintenance Server
Maintenance server ini umumnya dilakukan secara berkala dengan maksud agar server bisa terus berjalan optimal. Penyedia layanan hosting mempunyai jadwal rutin untuk melakukan ini dan memberitahukan terlebih dahulu kepada pelanggan jika akan ada maintenance.
3. Server Sibuk
Server sibuk ini biasanya terjadi karena adanya permintaan yang tinggi, lonjakan trafik, atau hal lain yang membuat server berat dan pada akhirnya server menjadi lemot tidak bisa diakses sama sekali.
4. Kesalahan Manusia
Kesalahan manusia ini biasanya dikarenakan kurangnya kemampuan atau pengalaman tim teknis dari penyedia hosting. Penting untuk meningkatkan skill agar tidak lagi terjadi downtime karena human error.
5. Permasalahan pada Software dan Hardware
Setiap hardware memiliki batas waktu pemakaian, dan jika hardware tersebut sudah memasuki masanya maka kemungkinan kinerjanya tidak lagi prima dan bisa menyebabkan downtime. Ada juga software yang crash sehingga menyebabkan terjadinya downtime.
6. Bencana Alam
Meskipun menakutkan, bencana alam dan peristiwa cuaca adalah salah satu penyebab terjadinya downtime walaupun dengan presentase yang kecil.
Jenis Downtime
Berikut beberapa jenis downtime di antaranya,
1. Planned Downtime
Planned downtime atau downtime yang sudah terencana sebelumnya. Contohnya maintenance bulanan server dan upgrade hardware server sehingga diharuskan server dimatikan sementara.
2. Semi Planned Downtime
Semi planned downtime atau downtime semi terencana adalah downtime yang dilakukan secara mendadak namun masih terorganisir. Contoh saja update web server versi PHP 4 ke versi PHP 5 dikarenakan ada fitur baru, hal ini akan menyebabkan server down selama beberapa menit.
Baca Juga: Hypertext Preprocessor (PHP): Pengertian, Sejarah, Fungsi, Struktur Penulisan, Kelebihan, dan Kekurangannya
3. Unplanned Downtime
Unplanned downtime atau downtime yang tidak direncanakan, biasanya dikarenakan ada masalah overload server sehingga menyebabkan hang, kerusakan mendadak pada hardware server, mati listrik, internet dan lainnya.
Dari ketiga jenis downtime tersebut, planned dan semi planned memiliki waktu downtime yang sebentar, sedangkan untuk unplanned downtime waktunya tidak bisa diprediksi, tetapi biasanya memakan waktu yang lama.
Cara Menghindari Downtime
Sebagian besar penyedia web host menggunakan redundansi untuk mencegah kerusakan situs karena downtime. Hal ini memastikan bahwa sistem backup ada saat pemadaman (an outage) terjadi. Mereka juga memiliki penyeimbang beban serta pusat data untuk membantu menjaga konsistensi kinerja.
Berikut beberapa cara menghindari downtime di antaranya,
1. Review Service Level Agreements dari Penyedia
Sebelum memilih penyedia perlu tahu apa yang akan didapatkan. Penting untuk mengetahui tentang tingkat dari guaranteed availability yang dapat dimiliki untuk sebuah situs
Mungkin tidak mendapatkan ketersediaan yang dibutuhkan jika vendor hanya dapat menawarkan 90% uptime SLA. Hal itu selalu lebih baik untuk menuntut uptime yang lebih tinggi. Setelah mendaftar, pastikan penyedia memenuhi tujuan tersebut secara konsisten.
2. Gunakan Highly-Scalable Hardware Architectures
Jika perlu proses yang cepat dan produktif saat online perlu memiliki sarana yang diperlukan untuk menskalakan pemrosesan data. Hardware harus memiliki load-balancing. Artinya, node alternatif dapat mulai menangani permintaan lain ketika node utama tidak tersedia apapun alasannya. Hal ini untuk memastikan bahwa sumber daya bisnis dapat memenuhi permintaan pengguna.
Perlu mengingat bahwa downtime memiliki efek negatif bahkan ketika dijadwalkan karena hal itu masih mengganggu produktivitas. Oleh karena itu, menyeimbangkan beban dan menskalakan backend sangat bagus untuk menghindari downtime.
3. Mengadopsi Sistem yang Kuat dan Dinamis
Selalu lebih baik untuk memperhatikan skalabilitas saat mengoptimalkannya. Penting untuk menerapkan konsep solusi load-balancing dalam praktiknya. Hal tersebut berarti perlu memastikan bahwa server dapat menggantikan tempat lain jika server sebelumnya membutuhkan maintenance.
Ini perlu dilakukan dengan cara yang tentunya bisa memastikan tidak adanya kehilangan informasi penting. Perlu mendapatkan sistem yang dapat membantu untuk mempertahankan kecepatan yang konsisten dari alur kerja meskipun satu komponen hilang.
Baca Juga: Uptime Server: Pengertian, Manfaat, dan Cara Menghitungnya
Dari berbagai sumber
Post a Comment