Multi Level Marketing (MLM): Pengertian, Sejarah, Tujuan, Ciri, Jenis, Cara Kerja, Kelebihan, Kekurangan, dan Contohnya
Table of Contents
Multi Level Marketing atau MLM |
Pengertian Multi Level Marketing (MLM)
Multi Level Marketing (MLM) adalah strategi pemasaran yang dilakukan beberapa orang dengan sistem berjenjang atau terdiri dari beberapa tingkatan level. Dalam MLM tenaga sales tidak hanya mendapatkan kompensasi atas penjualan yang mereka hasilkan, tetapi juga atas hasil penjualan sales lain yang mereka rekrut. Sales yang direkrut di bawah mereka disebut dengan downline. Semakin banyak yang direkrut untuk jadi member, maka akan semakin banyak penghasilan yang didapatkan. Jadi, bukan hanya sekedar jualan produk, namun juga tugas sales merekrut orang agar mau jualan produk yang sama.
Sedangkan Anda sebagai perekrut downline disebut dengan upline. Dan orang yang mengajak Anda untuk bergabung di bisnis MLM tersebut juga dapat dikatakan upline. Umumnya para Upline memiliki gelar lainnya. Mulai dari Silver, Gold, dan Platinum. Ketiga gelar tersebut akan diperoleh sesuai dengan pemasukan yang mereka terima setiap bulan.
Multi Level Marketing (MLM) Menurut Para Ahli
1. Muslich (2015), MLM adalah suatu sistem pemasaran modern dengan memanfaatkan jaringan distribusi yang telah dibangun secara lebih permanen dan akan memberikan posisi pelanggan perusahaan sebagai tenaga pemasaran.
2. Harefa (2000), MLM merupakan sistem penjualan atau pemasaran langsung atas suatu produk, baik berupa barang ataupun jasa pada konsumennya, sehingga biaya distribusi yang dikeluarkan dari barang yang dijual atau dipasarkannya tersebut akan sangat minim, bahkan hingga titik nol.
Sejarah Multi Level Marketing (MLM)
Terkadang, bisnis MLM juga bisa disebut direct selling. Ini karena strategi atau implementasi penjualan produk bisnis MLM memang menggunakan cara langsung untuk menawarkan produk kepada konsumen. Tidak ada perantara, seperti toko atau outlet. Karena itu, sistem pemasaran dan penjualan yang digunakan adalah direct selling, produk MLM tidak dijual di outlet maupun toko.Direct selling muncul pada tahun 1886 ketika perusahaan parfum California yang didirikan di New York. Pendiri perusahaan adalah Dave McConall. McConnell kemudian mempekerjakan istrinya. Albee menjadi wanita parfum California pertama, dan pekerjaannya adalah melakukan penjualan langsung di rumah konsumen.
Pengembangan selanjutnya adalah pada tahun 1934, ketika sebuah perusahaan bernama Nutrilite didirikan di California, perusahaan tersebut menggunakan sistem penjualan baru yang mendistribusikan dan melatih setiap individu dengan sukses dan membantu anggota baru dalam menjual produk secara mandiri. Distributor memberikan komisi tambahan.
Dengan cara ini, distributor tentu saja akan terus merekrut anggota baru, dan tentu saja akan menerima lebih banyak komisi. Metode pemasaran seperti itulah yang menjadi cikal bakal lahirnya MLM. Oleh karena itu, sejarah MLM dimulai dengan metode direct selling. Tentu saja, dalam perkembangan selanjutnya, bisnis MLM akan terus mengalami perubahan.
Perkembangan multi level marketing di Indonesia sendiri, dimulai pada 1980-an. Tepatnya pada tahun 1986 yang ditandai dengan berdirinya PT. Nusantara Sun Chlorella. Atau yang saat ini lebih dikenal dengan istilah perusahaan MLM CNI (PT. Centra Nusa Insan Cemerlang). Kemudian diikuti oleh berbagai perusahaan yang mengusung konsep serupa.
Tujuan Multi Level Marketing (MLM)
Salah satu MLM tentunya untuk mendapatkan keuntungan, sehingga dapat memeroleh balik modal yang dikeluarkan untuk melakukan bisnis MLM ini. Selain itu, metode bisnis MLM juga ditujukan untuk dapat meningkatkan keuntungan perusahaan dengan dua acara di antaranya, 1. Meningkatkan pemasukan, perusahaan dapat meningkatkan pemasukan dengan cara meningkatkan laba serta omset penjualan.
2. Mengurangi pengeluaran, ada dua cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mengurangi pengeluarannya yaitu dengan memindahkan produk lebih dekat ke pelanggan, sehingga biaya kirim yang dikeluarkan tidak akan terlalu banyak. Kedua dengan merekrut tenaga penjualan berdasarkan komisi yang diberikan.
Ciri Bisnis Multi Level Marketing (MLM) yang Baik
Berikut beberapa ciri bisnis MLM yang baik di antaranya, 1. Memiliki Produk maupun Jasa untuk Dijual
Ciri-ciri pertama adalah bisnis MLM tersebut harus memiliki produk maupun jasa untuk dijual. Produk yang dijual pun merupakan produk yang memiliki kualitas bagus atau tidak asal-asalan. Apabila ada penawaran bisnis MLM yang hanya mengandalkan uang saja, maka sebaiknya tawaran tersebut tidak diterima sebelum ditelusuri lebih lanjut, karena dapat berindikasi sebagai penipuan.
2. Memiliki Perusahaan yang Terdaftar
Bisnis MLM juga merupakan bisnis yang tidak sembarangan atau asal, sehingga perusahaan yang menerapkan bisnis MLM pasti memiliki perusahaan yang terdaftar dengan jelas. Contohnya seperti perusahaan tersebut terdaftar di Asosiasi Penjual Langsung Indonesia atau APLI.
Selain terdaftar di APLI, perusahaan MLM juga memiliki badan hukum yang jelas seperti Perseroan Terbatas (PT) dan memiliki kantor perwakilannya. Perusahaan MLM pun harus jelas alamatnya maupun nomor telepon yang dapat dihubungi.
3. Harga Produk Masuk Akal
Perusahaan yang menerapkan sistem bisnis MLM pun akan memberikan harga yang wajar untuk produknya dan sesuai dengan kualitas produk tersebut.
Apabila produk yang dijual memiliki kualitas bagus dengan bahan dasar yang berkualitas pula, maka wajar apabila perusahaan memberikan harga yang cukup mahal. Namun, begitu pula sebaliknya apabila harga yang dipatok oleh perusahaan tersebut mahal namun kualitas produk biasa saja maka bisnis MLM tersebut perlu dicurigai.
4. Mendapat Untung yang Sesuai
Sistem dari bisnis MLM ini tidak ditentukan dari siapa orang yang bergabung duluan maupun belakangan bergabung dengan bisnis tersebut. Sehingga yang menentukan hasil keuntungan yang didapat oleh setiap anggota adalah usahanya dalam memasarkan produk maupun menggaet distributor lainnya.
5. Keanggotaan Upline dapat Membimbing Downline
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sistem bisnis MLM memiliki keanggotaan yang dinamakan upline maupun downline. Anggota akan disebut sebagai upline apabila telah berhasil menarik atau mendapatkan distributor lain sebagai anggota baru.
Anggota upline yang mendapatkan anggota downline harus membimbing anggota baru agar dapat menjalankan bisnis MLM seperti yang dilakukan oleh anggota upline. Apabila ada bisnis MLM yang menawarkan untuk bergabung, namun anggota yang lebih dulu bergabung tidak membimbing, maka bisnis MLM tersebut bukanlah bisnis MLM yang baik.
Jenis Multi Level Marketing (MLM)
Menurut Setiawan (2017), terdapat tiga jenis Multi Level Marketing (MLM) di antaranya,1. Sistem binary plan
Sistem ini mengutamakan pengembangan keseimbangan jaringan dengan hanya dua frontline saja. Semakin seimbang jaringan dan omset bisnis dalam perusahaan MLM, maka semakin besar bonus yang diterima. Namun jika tidak seimbang maka bonus akan mengalir deras ke dalam perusahaan.
Biasanya perkembangan jaringan perusahaan yang menggunakan sistem Binary Plan relatif cepat sekali sehingga mitranya juga cepat mendapat bonus besar. Agar terlihat semakin mudah untung, mitra perusahaan akan menerapkan aturan mendapatkan uang sebagai bonus dari perekrutan mitra yang mereka ajak.
Sebetulnya, sistem ini adalah cara halus dari cara memperjualbelikan orang (human trafficking). Sistem ini biasanya memberikan bonus besar di awal karier sebagai iming-iming bahwa menjalankan bisnis MLM dengan sistem binary plan ini sangat mudah. Padahal kenyataannya sistem ini menciptakan kesimpulan bahwa yang diuntungkan adalah mitra yang join di awal saja.
2. Sistem matrix
Sistem matrix ini adalah pengembangan jaringan menggunakan konsep tiga frontline saja dan begitu pula selanjutnya ke bawah. Jenis sistem ini muncul untuk mengakali sistem binary plan yang dianggap permainan uang.
3. Sistem break away
Sistem pengembangan jaringan ini mengutamakan kelebaran, semakin banyak frontline yang bergabung maka semakin besar pula bonus yang diterima. Namun kelemahan dari sistem ini adalah si agen harus mengurus semua sendiri. Sistem ini juga memungkinkan downline untuk melebihi upline-nya. Bonus yang didapat mitranya biasanya kecil di awal, namun besar di peringkat atas.
Dikarenakan bonus member di awal karier yang kecil, maka biasanya perusahaan seperti ini mengandalkan iming-iming bonus perekrutan.
Cara Kerja Multi Level Marketing (MLM)
Bisnis MLM lebih fokus untuk membangun jenjang dan rantai. Tidak seperti bisnis lain yang lebih fokus pada penjualan produk atau jasa. Untuk bergabung menjadi anggota dari bisnis MLM, Anda diwajibkan untuk memiliki kemampuan persuasif untuk mengajak orang dan juga kemampuan untuk berjualan produk kepada orang lain. Jumlah bonus yang Anda dapatkan akan disesuaikan dengan berapa banyak piramida Anda ke bawah serta berapa banyak jumlah produk atau jasa yang Anda jual. Namun tidak hanya banyak, jika Anda memiliki downline cukup banyak. Tetapi mereka tidak ada yang jualan, maka Anda pun tidak bisa mendapatkan bonus dari para downline.
Ketika Anda menjalankan bisnis MLM, setelah merekrut orang lain. Bukan berarti Anda langsung mendapatkan bonus begitu saja. Meskipun ada beberapa bisnis MLM yang memberikan bonus cuma-cuma kepada anggota yang mampu merekrut orang. Tetapi Anda akan memperoleh pendapatan lebih besar ketika bisa mendapatkan orang-orang rajin dan sesuai dengan kriteria yang Anda inginkan.
Ketika orang-orang di bawah Anda berhasil jualan, mereka mendapatkan bonus. Anda juga mendapatkan bonus. Tugas Anda sebagai upline pada bisnis MLM, mengharuskan Anda juga bisa mendidik downline. Karena Anda tidak hanya diminta untuk sekedar merekrut. Namun, Anda harus mengajarkan downline Anda untuk bisa berjualan produk MLM hingga merekrut orang lain lagi.
Kelebihan Multi Level Marketing (MLM)
Bisnis seperti multi level marketing dapat mendatangkan pasif income yang cukup besar, walaupun besarannya tidak selalu sama dan tidak dapat Anda terima secara reguler seperti gaji bulanan. Menjadi distributor dari bisnis MLM dapat mendorong Anda untuk terus melatih kemampuan komunikasi karena Anda harus bertemu banyak orang. Jika Anda memiliki banyak pengalaman menjual produk, Anda juga akan otomatis memiliki skill dalam penjualan. Dengan bertemu banyak orang, Anda dapat memperluas relasi. Semakin luas Anda mencoba mengembangkan jaringan, semakin tinggi juga kemungkinan mendapat relasi dari berbagai industri.
Kekurangan Multi Level Marketing (MLM)
Sayangnya menjadi distributor MLM bukan berarti Anda memiliki bisnis tersebut, melainkan hanya menjadi pengikut dari hierarki yang sudah diciptakan. Sehingga Anda tidak dapat mengembangkan dan memperluas bisnis tersebut dengan kreativitas sendiri. Uang yang berputar pada bisnis MLM tidak memiliki jaminan keamanan dari pemerintah. Sehingga jika terjadi kemungkinan terburuk, uang Anda sebagai distributor atau nasabah tidak akan kembali. MLM memiliki dampak negatif terhadap sektor riil yang dapat membuat orang-orang tidak mau berusaha memutar modal dalam bisnis pada sektor riil yang umumnya membutuhkan modal cukup besar. Berputarnya uang di lingkungan perusahaan saja dapat membuat produktivitas masyarakat dalam bekerja menjadi menurun.
Contoh Bisnis Multi Level Marketing (MLM)
Berikut beberapa contoh dari bisnis MLM yang masih bertahan hingga kini di antaranya,1. Oriflame
Oriflame merupakan sebuah perusahaan kosmetik yang berasal dari Swedia dan berdiri sejak tahun 1967 dengan menerapkan sistem bisnis MLM dan pemasaran produk-produknya. Telah berdiri lebih dari 50 tahun, perusahaan oriflame kini telah memiliki jaringan di lebih dari 60 negara dengan perolehan omset sebesar 1,5 miliar dollar Amerika.
Selain memeroleh omset yang besar, Oriflame juga memiliki lebih dari 3 juta anggota yang berperan sebagai tenaga kerja untuk menjual maupun mempromosikan produk kecantikan satu ini. Oriflame memiliki ciri khas pada setiap produknya, yaitu mengklaim bahwa produknya terbuat dari bahan alami mulai dari produk untuk perawatan kulit hingga produk makeup-nya.
2. Tupperware
Siapa sangka, kotak penyimpanan makanan Tupperware merupakan perusahaan yang menerapkan sistem bisnis MLM. Tupperware sendiri merupakan perusahaan yang terpusat di Orlando, Amerika dan telah berdiri sejak tahun 1948. Tupperware ini menjadi perusahaan besar sejak tahun 1950-an, karena menerapkan sistem penjualan produk dengan potongan harga apabila konsumen menjadi member dari Tupperware.
Dari berbagai sumber
Post a Comment