Load Balancing: Pengertian, Sejarah, Cara Kerja, Jenis, Metode, Kelebihan, dan Kekurangannya

Table of Contents
Pengertian Load Balancing
Load Balancing

Pengertian Load Balancing

Load balancing adalah proses pendistribusian traffic jaringan ke beberapa server guna memastikan salah satu server tidak menanggung terlalu banyak beban permintaan. Dengan kata lain, load balancing merupakan proses pembagian beban traffic sebuah aplikasi atau server. Server website yang kelebihan beban membuat proses muat halaman menjadi lambat, atau bahkan tidak terhubung sama sekali.

Dengan load balancing akan mempercepat waktu respons server dan mencegahnya dari overloading. Dengan begini, kinerja server akan lebih maksimal tidak peduli berapa banyak traffic yang didapatkan. Selain itu, jika satu server mati, maka load balancer akan membantu dengan mengalihkan lalu lintas ke server online yang tersisa. Ketika server baru ditambahkan ke grup server, penyeimbang beban atau load balancer akan secara otomatis mulai mengirim permintaan ke sana.

Baca Juga: Pengertian Website, Sejarah, Unsur, Fungsi, Jenis, dan Manfaatnya

Sejarah Singkat Load Balancing

Dikenal sebagai peralatan perangkat keras mendistribusikan lalu lintas di seluruh jaringan, load balancing telah umum digunakan pada 1990-an. Dari tahun- tahun itu, teknologi internet dan konektivitas meningkat pesat sehingga membuat aplikasi dan web menjadi lebih kompleks di mana tuntutannya melebihi kemampuan server individu.

Kendala tersebut menimbulkan kebutuhan untuk menemukan cara yang lebih baik untuk menerima banyak permintaan untuk sumber daya yang serupa dan mendistribusikannya secara efektif di seluruh server. Jawaban dari ini semua akhirnya bisa dijawab oleh load balancer atau penyeimbang beban yang sesuai namanya telah memungkinkan aplikasi dan situs web untuk menghindari ketergantungan pada server individu.

Hal tersebut juga membantu dalam penskalaan aplikasi ini dengan mudah melampaui apa yang dapat didukung oleh satu server saja. Maka dari menjadi alat penyeimbang, load balancer juga mengembangkan fungsi- fungsi lain termasuk kemampuan untuk memeriksa kesehatan server, distribusi cerdas berdasarkan konten aplikasi dan fungsi khusus lainnya.

Cara Kerja Load Balancing

Halnya polisi lalu lintas, cara kerja load balancing adalah mengatur trafik dan mencegah terjadinya kemacetan ataupun hal-hal tak diinginkan lainnya. Load balancing akan memastikan bahwa jaringan tetap berjalan lancar tanpa hambatan. Berikut gambaran mengenai cara kerja load balancing di antaranya,
1. Pertama, para pengguna melakukan permintaan akses masuk ke suatu server.
2. Kemudian, load balancer menerima trafik jaringan tersebut lalu menyalurkannya ke dalam sejumlah server secara merata.
3. Bila salah satu server down, maka load balancer akan mengalihkan trafik tersebut ke server lainnya yang tersedia.

Baca Juga: Downtime: Pengertian, Penyebab, Jenis, dan Cara Menghindarinya

Jenis Load Balancing

Secara umum, jenis load balancing di antaranya,
1. Software Load Balancer
Salah satu jenis load balancing adalah software load balancer. Untuk menggunakannya, jenis load balancing perangkat lunak perlu diinstal terlebih dahulu pada server Anda. Tipe ini dikenal jauh lebih terjangkau dan fleksibel dibandingkan load balancer lainnya.

2. Hardware Load Balancer
Selain software, jenis lainnya dari load balancing adalah dalam bentuk fisik, yakni perangkat keras. Ya, kebalikan dari tipe sebelumnya, hardware load balancer diketahui bernilai lebih mahal dan kurang fleksibel bila dibandingkan dengan versi perangkat lunak. Contoh load balancing ini ialah barracuda, coyote point, dan cisco system catalyst load balancer.

Metode Load Balancing

Secara teknis, load balancing memiliki beberapa metode yang menggunakan berbagai algoritma berbeda di antaranya,
1. Round Robin
Round Robin adalah metode yang paling banyak digunakan dalam algoritma load balancing. Metode ini cocok untuk server dengan spesifikasi yang sama dan tidak banyak koneksi yang terus menerus. Metode ini merotasi server dengan mengarahkan traffic ke server pertama yang tersedia. Traffic berikutnya akan diarahkan ke server kedua, dan berlaku seterusnya tergantung jumlah server yang tersedia.
 
2. Least Connection
Algoritma Least Connection adalah metode yang mengevaluasi kekurangan Round Robin dalam membaca beban tiap server. Metode Least Connection menjaga distribusi traffic yang merata di semua server yang tersedia. Jika sebuah server memiliki beban koneksi yang besar, permintaan data akan didistribusikan ke server yang lebih luang.

Saat terjadi permintaan, Least Connection berusaha mendistribusikannya ke server dengan jumlah koneksi paling kecil. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan overload pada server karena besarnya traffic yang diterima.

3. Least Response Time
Versi lebih canggih dari metode Least Connection adalah Least Response Time. Metode ini menggunakan dua cara dalam distribusi permintaan data klien. Saat terjadi permintaan data, load balancer mengarahkan traffic ke server dengan koneksi aktif terkecil dan waktu respons paling cepat.

Mengetahui kecepatan respons server membantu pengguna mengetahui beban sebuah server. Selain itu, proses ini dapat menjadi gambaran user experience saat mengakses website.

4. Least Bandwidth
Berikutnya adalah metode Least Bandwidth, salah satu metode load balancing yang cukup sederhana. Metode ini mencari server yang melayani jumlah traffic paling sedikit dalam ukuran megabit per detik (Mbps). Saat terjadi permintaan akses data, load balancer akan mendistribusikannya ke server yang memiliki traffic Mbps paling kecil.

5. IP Hash
Metode terakhir dalam teknik load balancing adalah IP Hash. Dalam metode ini, permintaan akses data ke sebuah server ditentukan lewat berbagai data yang berhubungan dengan IP (incoming packet). Di antaranya alamat IP destinasi, port number, URL, hinggan nama domain. Jadi secara sederhana, alamat IP klien menentukan server mana yang akan mendapatkan permintaan data.

Kelebihan Load Balancing

Load balancing juga memiliki banyak manfaat untuk website dan aplikasi di antaranya,
1. High performance guarantee. Karena beban traffic dari server dan aplikasi Anda akan dibagi ke beberapa resources atau sumber daya, sudah bisa dipastikan bahwa performa dari server atau aplikasi Anda akan tetap tinggi apapun yang terjadi.
2. Minimize downtime. Dengan high performance dan pembagian beban antar server, sudah bisa dipastikan bahwa aplikasi dan situs yang ada di server Anda akan lebih aman dari downtime.
3. Save resources. Pembagian beban juga akan membantu Anda menghemat server resources, server tidak perlu menggunakan banyak sumber dayanya untuk tetap menjalankan aplikasi Anda ketika traffic Anda sedang ramai.
4. More Efficient. Dengan pembagian beban traffic yang rata, Anda akan mendapatkan respons yang lebih cepat dari aplikasi dan server Anda. Hal ini meningkatkan efisiensi dari bisnis Anda.

Kekurangan Load Balancing

Load balancing juga memiliki beberapa kekurangan di antaranya,
1. Membutuhkan Konfigurasi Tambahan
Anda harus melakukan konfigurasi tambahan untuk mempertahankan koneksi terus menerus antara klien dan server. Selain itu, Anda harus melakukan konfigurasi ulang load balancer setiap kali terjadi perubahan susunan di cluster hilir. Misal saat node ditambahkan atau dihapus.

2. Biaya yang Cukup Besar
Hal ini berlaku terutama bagi load balancer yang berupa perangkat keras. Biasanya perangkat keras load balancing menghabiskan biaya yang cukup besar dibanding perangkat lunaknya.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment