Mineral Sekunder: Pengertian, Komposisi, Macam, dan Analisisnya

Table of Contents
Pengertian Mineral Sekunder atau Mineral Liat
Mineral Sekunder

Pengertian Mineral Sekunder

Mineral sekunder (mineral liat) adalah mineral-mineral hasil pembentukan baru atau hasil pelapukan mineral primer yang terjadi selama proses pembentukan tanah yang komposisi maupun strukturnya sudah berbeda dengan mineral yang terlapuk. Mineral sekunder merupakan mineral penting (esensial) untuk perkembangan dan kesuburan tanah.

Komposisi dan struktur mineralnya sudah berbeda dengan mineral yang sudah lapuk. Mineral ini sangat halus dan berukuran kurang dari 2µ, sehingga diperlukan alat bantu untuk mengidentifikasikannya yaitu dengan menggunakan XRD.

Komposisi Mineral Sekunder

Mineral sekunder tersusun atas:
1. Mineral liat berupa aluminosilikat yang lebih penting dari pada tanah, menempati seluruh fraksi mineral tanah liat.
2. Mineral liat Fe (besi) dan alumunium oksidahidrat.

Macam Mineral Sekunder

Berikut macam – macam mineral sekunder di antaranya,
1. Kaolinite
Kaolinite Al2Si2O5(OH)4, Mineral ini menunjukkan warna putih, sistem kristal monoklin, belahan sempurna, kilap mutiara. Terbentuk akibat adanya proses pelapukan dari mineral yang kaya Al dan hasil proses alterasi dari mineral yang kaya Al dapat terbentuk pada daerah danau.

2. Illite
Illite (K,H3O)(Al,Mg,Fe)2(Si,Al)4O10[(OH)2,(H2O)], Mineral ini tidak berwarna (bening), dan sebagian menunjukkan warna putih-abu-abu, sistem kristal monoklin, belahan 1 arah sempurna, kilap lemak, bersifat elastis dan menunjukkan bentuk tabular.

Terbentuk pada suhu 700 – 8000 C, hasil dari proses magmatisme khususnya batuan beku dalam yang kaya akan alumina dan silika (pegmatit dan granit), dapat merupakan hasil proses metamorfik (mudrock sediment) dan hasil alterasi dari feldspar.

3. Laumontite
Laumontite Ca(AlSi2O6)2•4H2O, Mineral ini menunjukkan warna putih – abu-abu – pink, sistem kristal monoklin, belahan 3 arah, pecahan rata, kilap mutiara, cerat putih dan menunjukkan bentuk elongated prismatik. Terbentuk pada suhu 600 – 7000 C, akibat proses hidrotermal yang mengisi rongga-rongga pada batuan beku, batuan sedimen dan metamorf.

4. Montmorillonite
Montmorillonite (Na,Ca)0.33(Al,Mg)2(Si4O10)(OH)2•nH2O, Mineral ini menunjukkan warna putih – abu-abu, sistem kristal monoklin. Terbentuk pada daerah beriklim tropis yang merupakan hasil alterasi dari feldspar pada batuan yang miskin silika. Hasil dari pelapukan glass volkanik dan tuff dari proses hidrotermal.

5. Zeolite
Zeolite Na2Al2Si3O10-2H2O, Mineral ini menunjukkan warna abu-abu – putih, sistem kristal monoklin, belahan sempurna 3 arah, pecahan tidak rata, kilap kaca, cerat putih dan menunjukkan bentuk elongated-prismatik. Terbentuk pada temperatur 600 – 7000 C, akibat proses hidrotermal yang mengisi urat dan rongga pada batuan beku dan proses metamorpisme burial.

6. Gibsit
Gibsit merupakan mineral utama pada tanah-tanah Ultisol dan Oksisol dengan pelapukan lanjut di kawasan tropik dan subtropik, pelapukan awal mika menghasilkan vermikulit kemudian menghasilkan smektit dan melalui proses pedogenik menghasilkan klorit lalu membentuk kaolinit.

Pembentukan kaolinit kemungkinan menghasilkan gibsit. Pembentukan gibsit dapat terjadi dengan cepat pada saat proses pemisahan Si dan Al (Tan, 1991).

7. Alofan
Mineral liat non Kristal alofan merupakan tanah umum pada bahan vulkanik. Alofan secara kolektif menyusun aluminium silikat berair dan imogolit suatu aluminosilikat pada kristal unik mempengaruhi sifat fisik dan kimia suatu tanah dengan kuat, sering bertanggung jawab untuk produktivitas yang rendah dan mempengaruhi kesesuaian dan kualitas tanah sebagai bahan bangunan (Amerijcrx, 1985).

Mineral ini terbentuk dari penyusun tanah liat yang paling umum meliputi selang iklim yang luas. Alofan dan imogolit.

8. Imogolit
Imogolit mempunyai rasio Si dan Al 0.5 dan mempunyai sebuah struktur berbentuk tuba dengan diameter dalam 1 nm dan diameter liatnya 2 nm. Tuba imogolit lebih tampak jelas di bawah mikroskop elektron transmisi daripada unit partikel dari alofan.

Imogolit mempunyai sebuah struktur nesosilikat. Imogolit terbentuk dari tanah abu vulkanik yang bercampur dengan alofan. Imogolit kurang reaktif dengan posfat daripada alofan (Henmi et al, 1982).

9. Montmorillonit
Mineral liat montmorillonit tercatat memiliki sifat liat dan kohesi tinggi, jelas berkerut jika dikeringkan, butirnya berkeping halus dan mudah didispersikan. Hablur montmorillonit memang begitu mudah didispersikan sehingga tanah terolah baik mengandung bahan lempung (Buckman dan Brady, 1982).

10. Dolomite
Dolomite CaMg(CO3)2, Mineral ini menunjukkan warna putih-pink, sistem kristal heksagonal, belahan sempurna, pecahan subkonkoidal, kilap kaca, cerat putih. Terbentuk dari proses hidrotermal pada suhu yang rendah berupa urat, juga dapat terbentuk pada lingkungan laut akibat proses dolomitisasi batugamping dan proses metamorfik (dolostone protoliths).

Analisis Mineral Sekunder

Analisis mineral liat terdiri atas pemisahan fraksi liat dan identifikasi mineral liat. Prinsip dasar pemisahan fraksi liat adalah menghilangkan bahan penyeliput dan penyemen, serta memisahkan fraksi liat dari fraksi debu dan pasir.

Dalam proses pemisahan fraksi ini dapat digunakan contoh yang sama dengan contoh yang digunakan untuk analisis fraksi pasir, sehingga proses destruksi bahan organik, besi, dan karbonat bisa dilakukan sekaligus.

Pemisahan fraksi liat dilakukan dengan cara yang sama seperti pemisahan fraksi untuk tekstur yaitu dengan cara pengendapan yang didasarkan pada hukum Stoke.

Identifikasi mineral liat dilakukan dengan bantuan alat difraktometer sinar X (XRD). Terlebih dahulu dibuat preparatnya dengan mengendapkan fraksi liat pada lempeng kramik, setelah siap, preparat tersebut dijenuhkan dengan Mg2+, Mg2+ + glycerol, K+ dan K+ dipanaskan pada suhu 550oC selama 1 jam.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment