Deforestasi: Pengertian, Penyebab, Dampak, Contoh, Pencegahan, dan Penanggulangannya

Table of Contents
Pengertian Deforestasi
Deforestasi

Pengertian Deforestasi

Deforestasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah penebangan hutan. Secara umum, deforestasi (penggundulan hutan) adalah kegiatan penebangan hutan atau tegakan pohon sehingga lahannya dapat dialihgunakan untuk penggunaan nonhutan, seperti pertanian dan perkebunan, peternakan, atau permukiman.

Deforestasi juga dapat diartikan sebagai hilangnya tutupan hutan. Dalam perspektif ilmu kehutanan, deforestasi dimaknai sebagai situasi hilangnya tutupan hutan beserta atributnya yang berimplikasi pada hilangnya struktur dan fungsi hutan itu sendiri.

Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. P.30/Menhut II/2009 tentang Tata Cara Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD) yang dengan tegas menyebutkan bahwa deforestasi adalah perubahan secara permanen dari areal berhutan menjadi tidak berhutan yang diakibatkan oleh kegiatan manusia.

Penyebab Deforestasi

Deforestasi terjadi karena desakan konversi lahan. Konversi lahan hutan bertujuan untuk penyediaan lahan pemukiman, infrastruktur, atau bahkan lahan industri. Selain itu, deforestasi juga bisa disebabkan oleh kepentingan pembukaan wilayah hutan untuk perkebunan, pertanian, peternakan, hingga pertambangan tanpa melakukan upaya reboisasi atau penanaman kembali.

Berdasarkan catatan WWF atau World Wildlife Fund, faktor utama yang menyebabkan terjadinya deforestasi di antaranya,
1. Konversi Pertanian. Populasi manusia yang terus bertambah mempengaruhi peningkatan kebutuhan dan pasokan bahan pangan. Untuk memenuhi hal tersebut, banyak wilayah hutan yang dirubah fungsinya menjadi lahan perkebunan. Selain itu, permintaan terhadap biofuel sebagai salah satu jenis energi alternatif juga memaksa adanya perluasan wilayah perkebunan kepala sawit secara besar-besaran.
2. Kebakaran Hutan. Setiap tahun, jutaan hektar kawasan hutan lenyap akibat terjadinya kebakaran hutan. Hal ini membuat deforestasi menjadi semakin parah dibandingkan deforestasi yang disebabkan oleh kegiatan konversi pertanian dan lainnya. Kerugian akibat kebakaran hutan juga berpotensi menghilangkan plasma nutfah. Selain itu, kebakaran hutan akan menimbulkan ancaman kesehatan bagi manusia, risiko kehilangan materi, bahkan merenggut nyawa.
3. Illegal Logging. Sekitar 50% pemanenan kayu di hutan-hutan alam termasuk kegiatan Illegal Logging. Pemerintahan di berbagai negara telah mencoba mengawasi praktik pelanggaran ini, mulai dari kegiatan pemanenan hingga perdagangannya. Namun untuk saat ini, Illegal Logging belum bisa diberantas secara efektif. Banyak hutan hujan tropis di wilayah Brazil, Indonesia, Kongo dan Rusia masih menjadi ajang penebangan liar.
4. Penggunaan Kayu Bakar. Sebagian penduduk dunia masih menggunakan kayu sebagai bahan bakar sehari-hari. Hal ini menjadi salah satu penyebab terjadinya deforestasi. Bahkan, setengah dari Illegal Logging didorong oleh permintaan kayu bakar.

Lemahnya pengawasan dan metode yang digunakan dalam mengelola hutan, semakin memperparah konversi lahan hutan untuk kepentingan lainnya.

Alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian atau perkebunan banyak menggunakan cara pembakaran. Sebab, cara ini merupakan cara termurah dan tercepat, serta memberikan manfaat pada unsur-unsur tanah untuk kesuburan tanaman. Selain itu, pembakaran hutan juga efektif menghilangkan gulma dan rumput.

Akan tetapi, pembukaan lahan dengan pembakaran seringkali menyebabkan kebakaran hutan yang tidak terkendali. Akibatnya, ratusan ribu hingga jutaan hektar hutan yang bukan menjadi sasaran ikut habis terbakar.

Perusakan hutan di daerah tropis umumnya juga dilakukan oleh masyarakat melalui kegiatan perladangan berpindah-pindah. Praktik tradisional ini dilakukan dengan membabat lahan kemudian membakarnya untuk ditanami tumbuhan pangan dalam jangka waktu pendek.

Setelah masa panen, lahan akan ditinggalkan agar hutan tumbuh kembali. Ternyata sistem pertanian multikultur berskala kecil ini menjadi penyebab hilangnya 24% tutupan pohon di dunia.

Dampak Deforestasi

Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan deforestasi sangat merugikan. Mulai dari kepunahan, perubahan kondisi iklim, berpindahnya populasi, hingga penggurunan. Kondisi-kondisi tersebut dapat diketahui dari catatan masa lalu melalui fosil.

Tidak hanya itu saja, deforestasi memberikan pengaruh buruk terhadap biosekuestrasi karbon dioksida yang ada di atmosfer, meningkatkan siklus umpan balik negatif yang turut berkontribusi terhadap pemanasan global.

Deforestasi bertanggung jawab terhadap 20% emisi gas rumah kaca dunia. Berdasarkan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim, deforestasi terbesar terjadi di daerah tropis dengan tingkatan hingga 12% dari total emisi karbon dioksida antropogenik.

Efek lanjut dari deforestasi yakni terjadi erosi tanah yang sangat merugikan sehingga nantinya berubah menjadi degradasi dalam bentuk lahan kosong.

Dampak deforestasi juga terjadi pada siklus air. Saat hutan hilang, tidak ada lagi pohon yang menyerap air tanah melalui akarnya kemudian dilepaskan ke atmosfer, sehingga iklim dan tanah berubah menjadi lebih kering. Tanah yang kering mengakibatkan asupan air menjadi rendah untuk dapat diekstraksi oleh pohon.

Dampak deforestasi bagi kesehatan berkaitan dengan penyakit dari hutan, seperti malaria, rabies, virus nipah dan lainnya. Seperti yang diketahui jika banyak hewan tinggal di dalam hutan. Ketika hewan-hewan tersebut kehilangan tempat tinggal, mereka akan berpindah ke tempat lain, salah satunya ke pemukiman penduduk.

Contoh Deforestasi

Contoh dari deforestasi dapat dilihat dari hutan-hutan di Sumatera dan Kalimantan yang telah berubah menjadi perkebunan kelapa sawit. Banyak hutan diubah menjadi perkebunan kepala sawit dalam jumlah yang amat luas dan besar. Hal ini tidak terlepas dari semakin tingginya permintaan minyak kelapa sawit di pasar lokal maupun internasional.

Deforestasi juga dapat ditemukan pada bukit-bukit hutan yang diubah menjadi kawasan pemukiman seperti hotel dan vila. Padahal hal tersebut telah melanggar rencana tata ruang wilayah dan tentunya dapat mengakibatkan terjadinya tanah longsor, erosi tanah, hingga banjir bandang.

Transmigrasi juga menjadi salah satu contoh terjadinya deforestasi. Saat penduduk pindah dari satu tempat ke tempat lain, mereka harus membangun pemukiman baru dengan cara mengubah fungsi hutan menjadi pemukiman dan perkebunan untuk bercocok tanam.

Pencegahan dan Penanggulangan Deforestasi

Deforestasi yang semakin meningkat lajunya dapat dicegah dan dilakukan penanggulangan. Pencegahan bertujuan agar tidak semakin meningkatnya laju deforestasi. Pencegahan dapat dilakukan dengan penebangan sistem tebang pilih. Sistem tebang pilih dapat tetap menjaga keberlangsungan ekosistem hutan dan fungsinya sebagai penyangga kehidupan. Sistem tebang pilih juga harus dilakukan penanaman kembali sehingga kegiatan keduanya tidak menimbulkan kerugian.

Pencegahan deforestasi saat ini lebih banyak digaungkan oleh para pegiat konservasi. Hal ini dilakukan untuk menekan laju hilangnya hutan sehingga mengurangi emisi gas rumah kaca. Pencegahan juga dilakukan dengan melindungi hutan-hutan yang ada dari ancaman berbagai proyek pembangunan yang tidak ramah terhadap lingkungan.

Penanggulangan deforestasi, saat ini dilakukan dengan penanaman kembali dalam bentuk reboisasi atau penghijauan. Reboisasi adalah penanaman kembali hutan di kawasan hutan, sedangkan penghijauan adalah penanaman kembali hutan di kawasan non hutan (kawasan budidaya). Hutan gundul tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Oleh karena itu dilakukan penanaman kembali dengan harapan tumbuhnya hutan yang baru sehingga dapat menjalankan fungsi hutan sebagai penyangga kehidupan.

Deforestasi selalu diartikan sebagai penggundulan hutan untuk mengalihfungsikan menjadi pertanian, peternakan, maupun permukiman. Deforestasi tidak akan menimbulkan kerugian selama dilakukannya pemanfaatan kembali yang efektif. Namun, hal tersebut akan merugikan jika lahan kosong tersebut tidak dilakukannya penanaman kembali sehingga menjadi gersang serta membahayakan saat musim hujan.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment