Batuan Sedimen Klastik: Pengertian, Proses Pembentukan dan Contohnya
Batuan Sedimen Klastik |
Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen klastik adalah jenis batuan sedimen yang dihasilkan dari proses sedimentasi batuan beku atau material padat lain yang mengalami pelapukan mekanik. Kata klastik dari bahasa Yunani yang artinya jatuh. Batuan sedimen klastik terbentuk dari serpihan batuan yang sudah ada. Serpihan batuan itu bisa terbawa ke tempat adanya endapan yang dalam sehingga membentuk batuan sedimen.
Batuan sedimen klastik merupakan batuan yang diperoleh dari perubahan ukuran atau hancurnya batu besar menjadi batu kecil secara mekanik sehingga sifat kimiawi batu tersebut masih sama dengan batuan asalnya. Misalnya pelapukan batuan gunung. Batu gunung yang berukuran besar hancur karena proses pelapukan batuan. Hasil pelapukan tersebut adalah batu- batuan kecil yang kemudian terbawa oleh aliran air sehingga mengendap di sungai sebagai batu pasir.
Proses Pembentukan Batuan
Proses terbentuknya batuan sedimen klastik di awali dengan pelapukan batuan sedimen itu sendiri maupun jenis- jenis batuan lain. Hasil pelapukan berupa fragmen yang terbawa oleh aliran air kemudian diendapkan di sungai, danau atau rawa. Pengendapan tersebut berlangsung secara mekanis yang terbagi menjadi 2 jenis menurut ukuran butiran batu.
Batuan yang memiliki ukuran besar terjadi akibat proses pengendapan langsung setelah peristiwa erupsi gunung berapi. Pengendapan langsung ini terjadi di lingkungan sungai, danau atau laut yang berada di sekitar gunung berapi. Batuan yang terbentuk akan dikategorikan dalam batuan detritus kasar. Sedangkan batuan yang berukuran kecil terbentuk akibat proses pengendapan yang terjadi di zona laut dangkal maupun laut dalam.
Dalam proses pengendapan, batuan sedimen akan mengalami diagenesa. Disebut diagenesa karena proses- proses yang akan terjadi pada material endapan berlangsung pada suhu yang rendah, baik selama litifikasi maupun sesudahnya. Diagenesa ini bertujuan untuk membuat material endapan menjadi batuan yang keras. Tahapan dari diagenesa meliputi di antaranya,
1. Kompaksi sedimen. Material sedimen akan dimampatkan satu dengan yang lain. Pemampatan tersebut terjadi akibat adanya tekanan berupa beban berat yang berasal dari atas material sedimen. Setelah dimampatkan, volume material sedimen akan menurun, sedangkan kerapatan antar butiran menjadi semakin tinggi.
2. Sementasi. Material yang berada di antara rongga butir sedimen akan mengendap dan mengikat butiran sedimen yang lain.
3. Rekristalisasi. Merupakan proses pengkristalan ulang suatu mineral. Mineral tersebut diperoleh dari proses pelarutan material sedimen sebelum maupun sesudah diagenesa.
4. Autigenesis. Dibentuk mineral yang merupakan partikel baru pada suatu sedimen. Mineral tersebut berupa silika, karbonat, gypsum, klorita dan lain sebagaimya.
5. Metasomatisme. Bergantinya material sedimen tanpa disertai penurunan volume material asalnya.
Contoh Batuan Sedimen Klastik
Terdapat banyak contoh batuan sedimen klastik baik yang berukuran besar maupun berukuran kecil di antaranya,
1. Konglomerat
Batu ini memiliki struktur butiran yang kasar dengan ukuran fragmen berkisar antara 2 – 256 mm. Bentuk fragmen konglomerat yaitu kebulat- bulatan. Bentuk tersebut merupakan akibat dari adanya proses transport pada mineral- mineral penyusunnya. Konglomerat tersusun dari beberapa mineral seperti granit, rijang, kuarsa dan lain- lain. Mineral- mineral penyusun konglomerat tersebut bisa saja hanya sejenis, dan bisa juga campuran.
2. Breksi
Butiran pada batu breksi bersifat coarse. Hal tersebut karena mineral- mineral penyusunnya terdiri dari kuarsa, kuarsit, granit, rijang dan batu gamping. Ukuran fragmen breksi hampir sama dengan ukuran fragmen konglomerat, yakni dikelompokkan dalam ukuran batu kasar.
Hanya saja, fragmen breksi berbentuk runcing dan memiliki sudut, sedangkan konglomerat berbentuk bulat. Fragmen breksi berasal dari akumulasi fragmen yang terkumpul dan mengendap pada dasar lereng. Fragmen tersebut juga bisa diperoleh dari hasil material longsoran yang mengalami litifikasi.
3. Batu pasir
Batu pasir (standstone) termasuk batu dengan ukuran butiran kecil, yakni ukuran matriksnya hanya berkisar antara 0,1 – 2 mm. Komposisi batu pasir bermacam- macam. Ada yang tersusun dari bijih besi, pecahan batu sabak, klorit, riolit dan batu basal. Ada juga yang tersusun dari mineral kuarsa dan feldspar yang keberadaannya mudah ditemui di lapisan kulit bumi.
Batu pasir didominasi oleh warna gelap seperti abu- abu, coklat dan merah. Tetapi ada juga yang berwarna terang, misalnya batu pasir berwarna putih atau kuning. Batu pasir biasanya banyak ditemukan di daerah ekosistem pantai. Batu- batu tersebut terbawa arus gelombang laut dan hembusan angin laut.
4. Batu serpih
Batu serpih (shale) mempunyai ukuran butiran yang kecil (matriks) bahkan sangat halus. Begitu halusnya hingga mineral penyusunnya sulit untuk diteliti. Meski demikian, para ahli dapat mengidentifikasi beberapa mineral yang ada pada batu serpih, di antaranya adalah kaolit, smektit, illite, oksida besi, karbonat, kuarsa, sulfida dan bahan organik.
Bahan organik yang menyusun batu serpih mempengaruhi warna batu tersebut. Batu serpih yang mengandung bahan organik akan berwarna gelap yakni dari abu- abu hingga hitam. Selain itu, batu serpih juga ada yang berwarna terang seperti merah dan kuning. Warna cerah tersebut dikarenakan batu serpih terbentuk di tempat yang banyak mengandung oksigen.
5. Batu lempung
Batu ini tersusun dari mineral silika, alumina, kaolin, vermikulit, haloisit dan lain- lain. Ukuran mineralnya juga sangat kecil seperti batu serpih, yakni kurang dari 2 mm. Terdapat dua jenis batu lempung yakni lempung residu dan lempung letakan. Batu lempung banyak dimanfaatkan untuk pembuatan keramik, gerabah, genteng dan juga sebagai bahan baku pembuatan semen portland.
Dari berbagai sumber
Post a Comment