Angin Katabatik: Pengertian, Penyebab, Faktor, Proses, dan Dampaknya
Angin Katabatik (Angin Gunung) |
Pengertian Angin Katabatik
Angin katabatik (angin gunung) adalah jenis angin yang bergerak dari gunung menuju lembah. Istilah katabatik berasal dari bahasa Yunani yakni katabasis (turun). Angin katabatik (Katabatic Wind) merupakan angin gunung yang berada di lereng bawah.
Angin katabatik adalah angin yang membawa udara dengan kepadatan tinggi dari ketinggian yang lebih tinggi ke bagian lereng. Angin katabatik disebut juga sebagai angin jatuh yang terbentuk saat permukaan gunung menjadi lebih dingin daripada udara di sekitarnya. Akibatnya memaksa angin untuk segera menuruni lereng, bahkan saat dalam kondisi badai kecepatan angin dapat mencapai 80 mil per jam.
Penting untuk dicatat bahwa tidak semua angin lereng adalah angin katabatik. Beberapa angin seperti angin fohn, chinook, dan bergwind lebih merupakan angin bayangan hujan yang terbentuk ketika udara lembab didorong ke atas lereng di sisi angin turun, serta di sisi angin bawah sebagai angin hangat dan kering.
Penyebab Terjadinya Angin Katabatik
Angin katabatik merupakan angin yang berasal dari proses pendinginan udara di puncak gunung, gletser, dataran tinggi, atau bukit, karena adanya kerapatan udara yang berbanding terbalik dengan tekanan di atas, udara akan dipaksa mengalir ke bawah dan memanas dalam proses penurunan.
Selain itu suhu udara juga ditentukan oleh adanya tingkat laju penurunan ketinggian dan suhu absolut di wilayah sumber. Terkadang angin menjadi panas saat telah mencapai permukaan air laut. Perlu diketahui semakin besar perbedaan suhu udara, maka semakin kuat angin yang dihasilkan nantinya.
Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Angin Katabatik
Faktor yang mempengaruhi terbentuknya angin katabatik di antaranya,
1. Tingkat pendinginan yang terjadi di sepanjang lereng. Semakin dingin permukaan lereng maka potensi untuk terbentuknya angin semakin besar.
2. Kekasaran lereng juga mempengaruhi terbentuknya angin katabatik sebab semakin halus suatu lereng, maka potensi terbentuknya angin semakin besar dan kuat sebab tidak ada yang menghalanginya..
3. Tingkat kecuraman lereng menjadi pengaruh terbentuknya angin katabatik. Semakin curam suatu lereng, maka semakin besar pula kemungkinan terbentuknya angin gunung dan bercampur dengan udara netral yang berada di sekitarnya.
Proses Terjadinya Angin Katabatik
Pada sore hari dan malam hari, di wilayah lembah, suhu udaranya masih relatif tinggi dibandingkan gunung atau pegunungan. Hal ini menyebabkan tekanan udara di lembah lebih rendah (minimum). Akibatnya, berembuslah angin dari arah gunung menuju lembah. Itulah yang dinamakan angin gunung. Suasana kedua angin ini akan sangat terasa jika Anda berada di wilayah kaki gunung atau pegunungan.
Pada malam hari, daratan tinggi (puncak gunung/di atas lereng gunung)menjadi dingin secara cepat akibat kehilangan radiasi. Oleh sebab itu, di puncak gunung bertekanan lebih tinggi dibandingkan dengan di lembah. Udara yang lebih dingin memiliki densitas (kerapatan udara) yang lebih besar kemudian akan mengalirkan udara ke lembah hal berikut ini juga sering disebut juga arus Katabatik (catabatic flows).
Dampak Terjadinya Angin Katabatik
Angin Katabatik paling umum bertiup dari lapisan es di daerah Greenland dan Antartika. Udara dingin berkepadatan tinggi yang menumpuk di atas lapisan es dan peningkatan lapisan es di sana akan meningkatkan gaya gravitasi.
Ketika angin terkonsentrasi di area terbatas, angin akan bertiup dengan kecepatan badai, mencapai 190 mil per jam. Di Greenland, tempat angin ini disebut piteraq. Angin tersebut akan bergerak paling kuat saat di daerah bertekanan rendah yang mendekati pantai.
Di beberapa daerah, terutama di Antartika, salju dapat disapu oleh kekuatan angin, yang pada akhirnya mengarah pada pembentukan oasis Antartika. Di sana, Angin katabatik yang bergerak memiliki kelembaban relatif yang lebih rendah.
Dari berbagai sumber
Post a Comment