Wilayah Fungsional: Pengertian, Ciri, Contoh, dan Perbedaannya dengan Wilayah Formal

Table of Contents
Pengertian Wilayah Fungsional
Wilayah Fungsional

Pengertian Wilayah Fungsional

Wilayah fungsional adalah wilayah yang dalam banyak hal diatur oleh beberapa pusat kegiatan yang saling berkaitan. Wilayah ini ditandai dengan adanya hubungan timbal balik yang sangat erat dengan wilayah yang berada di sekitarnya sehingga kerap dianggap sebagai suatu kesatuan.

Wilayah fungsional didasarkan atas konsep heterogenitas (perbedaan peran dan fungsi masing-masing daerah). Wilayah fungsional merupakan suatu wilayah yang dinamis, aktif, dan terbentuk secara terus-menerus oleh tenaga yang mengubahnya. Oleh karena itu, wilayah ini juga sering disebut wilayah organik.

Wilayah Fungsional Menurut Para Ahli
1. Science Struck, wilayah fungsional adalah area yang diorganisasikan di sekitar hubungan pusat atau titik fokus. Tempat-tempat di sekitarnya tergantung pada hubungan pusat oleh ikatan politik, sosial, dan ekonomi, seperti rute perdagangan, jaringan radio dan televisi, konektivitas internet, dan transportasi. Agar dapat diklasifikasikan sebagai wilayah fungsional, seluruh area harus mempunyai satu aktivitas sebagai karakteristik umum.
2. Science Trends, wilayah fungsional dibedakan oleh pusat kegiatan yang terpusat dengan area dan struktur di sekitarnya yang berhubungan dengan aktivitas umum. Misalnya, rute perdagangan, pusat transportasi, atau pusat perbelanjaan semuanya akan dianggap sebagai wilayah fungsional.

Ciri Wilayah Fungsional

Karakteristik merupakan suatu hal yang melekat pada objek tertentu. Fungsi kawasan terbagi atas ciri-ciri yang menandakan perbedaan kegunaan wilayah. Misalnya, pasar adalah tempat bertemunya pedagang dan pembeli yang menyediakan barang atau jasa sebagai alat pemenuhan kebutuhan. Pasar memiliki ciri-ciri adanya interaksi antara pedagang dan pembeli tersebut.

Berikut ciri-ciri wilayah fungsional.
1. Dinamis
Dinamis mengandung arti berubah-ubah. Wilayah fungsional selalu berubah-ubah seiring berjalannya waktu. Pada zaman dahulu, pasar yang terdapat di masyarakat hanyalah pasar tradisional.

Keunggulan pasar tradisional adalah harganya yang bisa menjadi murah karena adanya proses tawar menawar pada pedagang dan pembeli. Kelemahan pasar tradisional adalah tidak terjaganya kehigienisan barang akibat terpapar udara luar dalam jangka waktu lama.

Maka dari itu untuk mengkover pasar tradisional pada pembeli dengan level material menengah ke atas terbitlah suatu pasar modern. Pusat perbelanjaan modern bisa kita temukan pada supermarket dan minimarket terdekat. Keunggulan pasar modern adalah kebersihan yang terjaga serta harga barang yang cenderung statis. Kelemahannya adalah harga yang ditawarkan jauh lebih tinggi dari pada pasar tradisional.

Kembali pada karakteristik wilayah fungsional yang bersifat dinamis. Kedinamisan wilayah fungsional mengacu pada ketertarikan penggunanya.

Sebagai contoh, perumahan cluster di daerah X ditawarkan dengan harga yang di bawah pasaran property pada umumnya karena masih baru berdiri. Harga yang murah menarik banyak pembeli yang menginginkan kepemilikan rumah di kawasan tersebut.

Hukum ekonomi mengatakan bahwa semakin naik permintaan maka harga juga akan semakin menjulan tinggi. Pengusaha property memanfaat prinsip ekonomi tersebut sebagai dasar untuk mencari untung setinggi-tingginya. Lalu mereka menaikkan harga perumahan cluster tersebut. Harga yang naik membuat calon pembeli baru mengurungkan niat untuk mencari rumah baru di kawasan tersebut.

Akibatnya harga perumahan daerah X tadi kembali turun seperti sedia kala. Itulah yang disebut dinamis pada wilayah fungsional. Sebenarnya kedinamisan ini bisa dicegah dengan cara peningkatan kualitas wilayah fungsional. Orang yang benar-benar butuh akan suatu barang dan jasa akan mencari kualitas yang terbaik tidak memandang berapa pun harganya. Hal ini bisa menghilangkan sifat dinamis pada wilayah fungsional.

2. Penanggulangan Bencana
Pada umumnya, bencana terbagi atas 3 macam antara lain bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial. Bencana alam contohnya adalah tsunami, erupsi gunungapi, tanah longsor, banjir, dan lain-lain. Bencana non alam contohnya kekeringan, busung lapar, dan lain sebagainya. Bencana sosial contohnya perang antar suku, kesalahpahaman partai politik, dan lain-lain.

Wilayah fungsional dibentuk untuk menanggulangi dari ketiga bencana tersebut. Misalnya wilayah konservasi, wilayah konservasi dibentuk untuk melindungi flora dan fauna dari kepunahan. Wilayah konservasi fokus untuk membudidayakan dan melestarikan suatu flora dan fauna yang sudah menjadi endemik daerah tersebut. Selain itu pembangunan wilayah konservasi juga dapat bertujuan untuk mencegah bencana.

Yaitu wilayah konservasi berupa penanaman mangrove. Penanaman mangrove dibuat di pesisir pantai. Mangrove berisi tanaman bakau yang sengaja ditanam pada pesisir sungai untuk mencegah terjadinya abrasi. Abrasi adalah pengikisan tanah oleh air laut.

Pada kasus nyata, bisa diperhatikan pada pantai utara Pulau Jawa. Garis pantainya seiring berjalannya waktu makin mundur hingga lambat laun mengikis perluasan Pulau Jawa bagian utara.

Dengan adanya penanaman mangrove hutan bakau, abrasi menjadi semakin ditekan. Penekanan abrasi ini dimanfaatkan oleh pemerintah untuk membuat reklamasi. Reklamasi adalah pembuatan daratan baru di pesisir pantai agar tidak terjadi abrasi. Pembuatan reklamasi tentunya menuai banyak pro dan kontra di masyarakat. Karena pembuatan reklamasi atas dasar pencegahan abrasi hanya alibi yang digunakan para investor untuk membangun bisnis.

Pengertian reklamasi yang dibuat tentunya tidak hanya menguruk tanah baru di pesisir pantai. Urukan tersebut nantinya akan dibangun suatu bangunan yang memiliki nilai jual tinggi. Bayangkan saja, orang-orang yang memiliki uang berlebih akan mudah mengeluarkan dana 5x lebih banyak untuk sepiring nasi goreng yang dimakan di tempat mewah di pesisir pantai. Hal itu menjadi suatu faktor penarik para investor untuk membangun bisnis di kawasan reklamasi.

Penanggulangan bencana yang lain dari wilayah fungsional adalah terdapatnya daerah resapan. Banyaknya kawasan yang sudah terlapisi dengan aspal membuat berkurangnya tempat-tempat yang sejatinya secara alami berfungsi sebagai daerah resapan. Hal ini mengakibatkan daerah dengan ketinggian yang rendah seperti DKI Jakarta akan mudah tergenang air saat musim penghujan tiba.

Untuk menanggulangi hal tersebut maka dibuatlah daerah resapan di sekitaran DKI Jakarta. Daerah resapan yang dimaksud adalah hutan dengan pohon-pohon besar untuk menampung air tanah saat musim penghujan tiba. Selain berfungsi sebagai daerah resapan, pohon-pohon tersebut juga berfungsi untuk paru-paru dunia. Pohon besar memiliki sifat alami yaitu melakukan proses fotosintesis.

Semakin banyaknya jumlah pohon maka kadar oksigen di bumi akan semakin besar. Hal ini berdampak pada berkurangnya efek pemanasan global.

Pemanasan global bisa mengakibatkan mencairnya es yang ada di kutub. Jika es mencair maka volume air laut akan bertambah. Jika ini terjadi maka wilayah yang rendah seperti DKI Jakarta akan selalu tergenang air sepanjang tahun. Maka ada baiknya selalu menanam pohon demi mencegah terjadinya pemanasan global.

Contoh Wilayah Fungsional

Berikut ini adalah beberapa contoh wilayah yang dikategorikan sebagai wilayah fungsional beserta penjelasannya mengapa wilayah tersebut tergolong sebagai wilayah fungsional.
1. Kawasan metropolitan seperti Jabodetabek atau Tokyo Metropolitan Area. Kawasan ini terdiri dari berbagai wilayah yang berbeda, pedesaan, perkotaan, kampung kota, hingga kawasan pesisir. Namun, mereka disatukan oleh hubungan erat, umumnya ekonomi, antar bagian wilayahnya.
2. Kawasan kota dan pedesaan di sekitarnya juga dianggap sebagai wilayah fungsional. Hal ini terjadi karena terdapat hubungan yang sangat erat antara daerah pusat dengan hinterlandnya yaitu pedesaan.
3. Kawasan rute jalan besar seperti PANTURA atau Road 66 di Amerika Serikat juga dapat dianggap sebagai wilayah fungsional. Hal ini terjadi karena terdapat interaksi yang sangat intens antara tiap-tiap wilayah di daerah ini. Barang dan manusia berpergian antara kota-kota dan desa-desa yang ada pada jalur transportasi utama ini setiap hari.
4. Kawasan agropolitan juga dapat dianggap sebagai wilayah fungsional. Hal ini terjadi karena agropolitan sendiri terdiri dari kawasan desa dan kota yang terintegrasi dalam sebuah node skala menengah. Umumnya, kawasan ini berfokus pada sektor pertanian dibandingkan dengan perdagangan atau jasa.
5. Kawasan Strategis dapat dianggap sebagai salah satu wilayah fungsional. Hal ini terjadi karena dalam suatu kawasan strategis, ada banyak jenis bentang alam yang saling terkait. Di Indonesia, kawasan strategis ini umumnya direncanakan dalam RTR Kawasan Strategis Nasional
6. Kawasan Ekonomi Khusus juga dapat dianggap sebagai sebuah wilayah fungsional. Daerah-daerah KEK pariwisata tentu saja akan memiliki banyak variasi bentang alamnya, mulai dari kota, desa, hutan, hingga pantai. Sedangkan, KEK industri mungkin akan meliputi desa, kota, kawasan industri, dan pelabuhan/stasiun.

Perbedaan Antara Wilayah Fungsional dan Formal

Berikut beberapa perbedaan antara wilayah fungsional dan formal di antaranya,
1. Homogenitas dan Heterogenitas. Wilayah formal umumnya memiliki wilayah yang homogen sedangkan wilayah fungsional umumnya memiliki wilayah yang heterogen.
2. Apakah Cirinya Terlihat. Wilayah formal memiliki ciri fisik atau sosial yang sangat terlihat sedangkan wilayah fungsional memiliki ciri hubungan yang lebih tidak terlihat dan berupa alur-alur perpindahan orang dan barang.
3. Batas yang jelas atau tidak. Wilayah formal umumnya memiliki batas yang jelas karena dibatasi oleh ciri-ciri fisik dan sosial yang terlihat, sedangkan wilayah fungsional umumnya lebih tidak terlihat batas-batasannya. Selain itu, wilayah fungsional juga lebih fleksibel batasnya karena dapat berubah-ubah seiring dengan berubahnya skema kerjasama yang ada.
 

Dari berbagai sumber

Baca Juga: Wilayah Formal: Pengertian, Ciri, Contoh, dan Perbedaannya dengan Wilayah Fungsional

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment