Teori Bintang Kembar: Pengertian, Sejarah, Kontroversi, Kelebihan dan Kekurangannya
Teori Bintang Kembar |
Pengertian Teori Bintang Kembar
Teori bintang kembar adalah teori pembentukan tata surya yang menjelaskan bahwa tata surya pada mulanya berawal dari dua buah bintang besar yang kembar. Kedua bintang tersebut memiliki ukuran sangat besar, hingga salah satu dari bintang besar tersebut meledak lalu menghasilkan serpihan maupun debu-debu yang bertebaran di angkasa.
Debu tersebut kemudian diyakini pada satu waktu akhirnya membentuk planet. Sementara bintang lain yang tidak meledak disebut sebagai matahari. Teori bintang kembar ini dikemukakan oleh RA Lyttleton, seorang astronom berkebangsaan Inggris pada tahun 1965. Ada alasan yang dikemukakan oleh Lyttleton, teori ini mengacu pada penemuannya yang terdahulu.
Sejarah Teori Bintang Kembar
Orang yang pertama kali mengemukakan teori bintang kembar ini adalah seorang astronom yang berasal dari Inggris, Raymond Arthur Lyttleton pada tahun 1930. Lyttleton menjelaskan di dalam teorinya, bahwa pada awalnya tata surya memiliki 2 bintang. Akan tetapi, salah satu dari bintang tersebut meledak.
Beberapa orang menyebut jika ledakan tersebut akibat dari tabrakan dengan meteor atau planet yang berukuran lebih besar dari bintang yang meledak. Hasil dari ledakan bintang yang berupa batuan, gas, debu dan berbagai macam material, mengelilingi bintang lain yang tidak meledak. Seiring berjalannya waktu, batuan dan material lain tersebut berubah menjadi planet-planet dan segala macam isinya.
Alasan utama Lyttleton dapat mengemukakan teori ini yaitu berdasarkan hasil penelitian sebelumnya. Penelitian tersebut mengatakan jika terdapat tata surya lain yang juga memiliki bintang kembar. Oleh karena itu, Lyttleton berpendapat jika tata surya yang sekarang kita huni berasal dari hasil ledakan bintang kembar juga.
Penemu teori bintang kembar selanjutnya yaitu Fred Hoyle pada tahun 1956. Fred Hoyle mengatakan jika dahulu tata surya berasal dari 2 bintang yang berukuran sama dan saling berdekatan satu dengan yang lainnya. Namun, salah satu bintang meledak dan menyisakan serpihan-serpihan kecil di angkasa. Serpihan tersebut tertarik dan terperangkap pada gaya gravitasi yang dimiliki bintang yang tidak meledak. Serpihan itu juga mulai mengelilingi bintang yang tidak meledak tersebut dalam sebuah orbit.
Alasan yang sama diutarakan oleh Fred Hoyle mengenai pembentukan tata surya. Ia beranggapan bahwa setelah ada penelitian lain terhadap tata surya, ditemukan jika terdapat bintang kembar yang juga dimiliki oleh tata surya lain. Oleh karena itu, Fred Hoyle bisa memberikan pendapat jika tata surya kita saat ini berasal dari proses ledakan dari salah satu bintang kembar.
Proses Pembentukan Tata Surya
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Fred Hoyle. Proses pembentukan tata surya berawal dari 2 bintang yaitu matahari dan bintang kembarannya. Bintang kembaran yang lain berada pada kondisi yang tidak stabil. Seiring berjalannya waktu, bintang kembaran tersebut mengalami ledakan-ledakan kecil. Hingga pada suatu saat bintang tersebut mengalami ledakan yang besar hingga menjadi serpihan-serpihan kecil beserta debu yang bertebaran di angkasa.
Serpihan – serpihan dan debu tersebut akhirnya terjebak di dalam gaya gravitasi yang dimiliki oleh matahari. Namun gaya gravitasi tersebut tidak terlalu kuat untuk menarik serpihan dan debu masuk ke dalam matahari. Seiring berjalanya waktu, serpihan-serpihan tersebut berubah bentuk menjadi jalur atau sabuk asteroid yang memisahkan antara planet dalam dengan planet luar. Sedangkan debu-debu yang bertebaran mulai berkumpul menjadi satu menjadi planet yang kita kenal saat ini.
Kontroversi Teori Bintang Kembar
Teori bintang kembar tidak begitu saja dapat diterima, terutama di kalangan para astronomer (ahli astronomi) dan penemu. Kontroversi teori bintang kembar bermula pada anggapan bahwa teori ini dianggap terlalu simpel dan tidak sempurna.
Banyak perdebatan di kalangan para ahli astronomi tentang teori ini, banyak di antara mereka yang percaya tentang penjelasan dari Lyttleton sebagai penemu dari teori ini. Namun tidak sedikit pula yang menyangkal tentang pemikiran Lyttleton terkait penelitiannya tersebut. Terutama karena pendapat yang dikemukakan oleh Lyttleton tidak begitu banyak berlandaskan pada fakta yang ada, dan dianggap lemah.
Pendapat Lyttleton yang mengacu pada penelitian pendahulunya dianggap tidak konkret dan masih kurang sempurna. Meskipun beberapa ahli setuju dengan pendapat Lyttleton, dan yakin akan kemungkinan terbentuknya tata surya dengan meledaknya satu dari bintang kembar, sebagaimana telah dijelaskan oleh Lyttleton.
Kelebihan Teori Bintang Kembar
Para ahli astronomi dan ilmuwan yang menyetujui pendapat yang dikemukakan oleh Lyttleton mengemukakan bahwa teori bintang kembar memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan teori bintang kembar tersebut yang membuatnya diterima oleh banyak dari ilmuwan dan juga para ahli astronomi. Faktanya, pada beberapa penelitian termutakhir, ilmuwan banyak menemukan keberadaan bintang ganda atau bintang kembar atau disebut pula sebagai bintang ekor, di sistem tata surya.
Berdasarkan eksistensi dari bintang ganda yang sudah ditemukan tersebut, memberikan spekulasi bahwa ada kemungkinan teori yang dikemukakan oleh Lyttleton ada benarnya. Singkatnya, kemungkinan adanya bintang ganda atau bintang kembar juga terdapat mulai dari jutaan tahun lalu, sebelum planet dan sistem tata surya terbentuk.
Kekurangan Teori Bintang Kembar
Faktanya, bintang ganda yang ditemukan oleh para ilmuwan berbentuk tidak terlalu besar seperti matahari. Sehingga kemungkinan adanya dua matahari kembar dalam teori bintang kembar tidak dapat meyakinkan para peneliti lainnya. Bintang ganda yang telah ditemukan oleh para ilmuwan dan para ahli astronomi tersebut memiliki ukuran paling besar seperti planet.
Ukuran bintang seluas matahari masih tidak dapat ditemukan, sehingga keakuratan teori bintang kembar masih dipertanyakan. Intinya, memang benar keberadaan bintang ganda itu nyata dalam sistem tata surya, namun untuk yang seukuran matahari belum dapat dibuktikan. Kelemahan lainnya adalah menurut para ahli, momentum anguler yang bila dihitung secara matematis, tidak memungkinkan terbentuknya sistem tata surya akibat dari tabrakan dua bintang raksasa.
Perhitungan seperti bagaimana seluruh planet berbentuk bulat (meski tidak sempurna), tidak dapat disatukan dengan kemungkinan terbentuk dari pecahan bintang yang panas. Selain itu, benda panas yang meskipun berukuran besar sekalipun, bila telah terpecah menjadi kecil maka akan segera membeku dan mengeras, dan tidak memungkinkan untuk membentuk bulat hampir sempurna dan seutuhnya.
Selain itu, teori bintang kembar dianggap tidak sempurna bila melihat dari formasi, bentuk, dan komponen yang ada di bumi. Seperti kita ketahui bahwa bumi kita memiliki banyak komponen mulai dari daratan, gunung, sungai, dan lautan. Dengan teori ini, memungkinkan terjadinya daratan dan gunungan, akibat dari pecahan partikel bintang yang berbentuk tidak rata, sehingga membuat permukaan bumi juga tidak rata dengan adanya dataran rendah, dataran tinggi, dan pegunungan.
Namun lalu bagaimana dengan lautan? Bila lautan terbentuk akibat hujan yang terjadi di bumi akibat iklim, hal tersebut tentu membutuhkan waktu berjuta-juta tahun karena ukuran laut di bumi yang sangat luas bahkan dua pertiga bumi semua adalah lautan. Selain itu, meski hujan di seluruh permukaan bumi terjadi, lautan tidak akan dengan mudahnya terbentuk, karena siklus air akan terserap lebih dahulu kedalam tanah. Ketidakcocokan ini yang menjadikan teori ini lemah.
Dari berbagai sumber
Post a Comment