Teori Bid Rent: Pengertian, Asumsi, dan Aktor Utamanya
Teori Bid Rent |
Pengertian Teori Bid Rent
Bid rent adalah model geografi ekonomi yang menjelaskan mengenai biaya sewa dan permintaan akan tanah yang berubah sesuai dengan jarak dari CBD (Central Business District). Bid rent merupakan konsep geografi ekonomi yang mendasari model von Thunen. Pada perkembangannya, konsep ini dikembangkan lebih jauh oleh Alonso untuk menjelaskan persebaran lokasi usaha di perkotaan.
Asumsi Teori Bid Rent
Teori bid rent menyatakan bahwa pengguna tanah akan berkompetisi satu dengan yang lain untuk mendapatkan lokasi yang paling optimal untuk menunjang usaha mereka. Semakin dekat dengan pusat kota, semakin tinggi penawaran sewa tanah mereka (bid rent).
Hal ini berdasarkan asumsi bahwa semakin dekat dengan CBD maka akan ada semakin banyak pelanggan, dan semakin banyak pelanggan akan membuat suatu usaha semakin untung. Demikian, Pengguna lahan berkompetisi untuk mendapatkan lahan yang memiliki aksesibilitas paling tinggi di dalam zona CBD tersebut.
Kompetisi ini menyebabkan terjadinya pola konsentrik penggunaan lahan seperti pada model konsentrik Burgess. Menurut teori ini, golongan paling bawah akan berada di paling pinggir kota-kota karena hanya dapat membeli tanah di lokasi itu. Di zaman modern seperti sekarang, asumsi ini menjadi kurang tepat.
Orang golongan bawah cenderung tinggal di dekat pusat kota karena biaya transportasi yang lebih murah. Sementara orang-orang yang cenderung lebih kaya berpindah ke pinggir kota dan daerah suburban karena mereka ingin mendapatkan kondisi hidup yang lebih tenang dan ingin membangun rumah yang lebih luas.
Aktor Utama Teori Bid Rent
Dalam teori bid rent, terdapat tiga aktor utama yang berkompetisi dalam mendapatkan harga serta lokasi tanah yang optimal di antaranya,
1. Commerce (Perdagangan & Jasa)
Sektor perdagangan umumnya bersedia membayar harga yang mahal untuk mendapatkan lahan di pusat kota. Sektor perdagangan umumnya memerlukan jumlah penduduk yang banyak untuk menghasilkan untung, oleh karena itu, daerah pusat kota yang memiliki akesibilitas tinggi menjadi pilihan utama.
2. Manufaktur & Industri
Sektor manufaktur umumnya lebih memilik untuk berada di inti kota bagian luar karena harga tanah yang lebih murah memungkinkan mereka untuk membuat pabrik yang lebih besar. Inti kota bagian luar ini tetap mempunyai kelebihan-kelebihan dari inti kota secara umum yaitu aksesibilitas dan kedekatan dengan pasar.
Semakin jauh dari daerah inti, sektor manufaktur semakin merugi karena walaupun harga tanah menjadi sangat murah, kemudahan transportasi dan kedekatan dengan pasar yang terdapat di zona inti tidak dapat dinikmati.
3. Residential (Perumahan)
Perumahan selalu ada pada perkotaan, baik itu dekat dengan pusat kota atau jauh di daerah pinggiran kota, yang membedakan hanya jenis dan kepadatannya saja. Semakin dekat dengan pusat kota, daerah perumahan semakin padat penduduknya, hal ini disebabkan oleh harga tanah yang mahal sehingga pembangunan umumnya terjadi secara vertikal.
Contoh perumahan yang ada di dekat pusat kota adalah apartemen, rusun, dan kondominium. Di daerah pinggiran kota, karena harga tanah relatif murah, mayoritas perumahan memiliki kepadatan penduduk yang rendah, contoh perumahan yang ada di pinggir kota adalah landed house (rumah tapak) dan detached house (rumah tunggal yang terpisah dari rumah lainnya).
Dari berbagai sumber
Post a Comment