Pithecanthropus Erectus: Pengertian, Penemu, Sejarah, Ciri, Pola Hidup, dan Hasil Kebudayaannya
Pithecanthropus Erectus |
Pengertian Pithecanthropus Erectus
Pithecanthropus erectus adalah fosil manusia purba yang ditemukan oleh Eugene Dubois pada 1890 di Trinil, tepi Sungai Bengawan Solo, Ngawi, Jawa Timur. Kata Pithecanthropus erectus berasal dari bahasa Yunani, fithkos yang artinya kera, anthropus berarti manusia, dan erectus berarti tegak. Pithecanthropus erectus berarti manusia kera yang berjalan tegak.
Pada awalnya, Eugene Dubois memberi nama temuannya ini sebagai Anthropopithecus erectus. Nama Pithecanthropus erectus kemudian ditetapkan karena fosil-fosil yang ditemukan membentuk kerangka manusia yang menyerupai kera. Saat ditemukan, fosil ini diperkirakan berusia antara 700.000 hingga satu juta tahun.
Manusia purba ini ditemukan di Lembah Sungai Bengawan Solo daerah Trinil sekitar tahun 1891 dengan bentuk potongan fosil tulang, rahang, paha kiri, tengkorak atas, rahang, dan juga dua graham. Pithecanthropus Erectus diduga hidup pada zaman batu tua atau zaman paleolitikum.
Pithecanthropus erectus merupakan fosil manusia purba yang paling terkenal dan paling awal ditemukan di Indonesia.
Penemu Pithecanthropus Erectus
Fosil jenis Pithecanthropus erectus merupakan fosil manusia purba pertama yang ditemukan di Indonesia. Fosil tersebut ditemukan pada 1890 oleh Eugene Dubois di lembah Sungai Bengawan Solo daerah Trinil, Jawa Timur.
Eugene Dubois sendiri merupakan seorang petugas tenaga medis pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Di Desa Trinil, Dubois pada saat itu tercatat telah menemukan fosil gigi (diberi label Tr-1), sebuah fosil tempurung kepala (diberi label Tr-2) pada 1891, dan fosil tulang paha (diberi label Tr-3) pada 1892.
Sejarah Pithecanthropus Erectus
Sejarah awal dari penemuan homo sapiens jenis ini bermula saat seorang bernama Eugene Dubois pada tahun 1887 ditugaskan sebagai tenaga medis datang ke Indonesia. Pada Mulanya Eugene melakukan penggalian pada beberapa gua yang ada di daerah Sumatera, namun tidak mendapatkan hasil. Akhirnya, memilih untuk mencari ke tempat lain dan berlabuh di Pulau Jawa.
Kedatangannya merupakan respons atas informasi mengenai penemuan fosil yang ditemukan di sekitaran wilayah Tulungagung yang dikenal dengan sebutan Wajakensis ditemukan oleh D.B Van Rietsholthen. Peristiwa tersebut memacu niatnya untuk terus menggali dan mencari kemungkinan penemuan jejak peradaban prasejarah di daerah Jawa.
Penggalian pertamanya kemudian dilakukan di Desa Kedungbrubus dan tidak mendapatkan hasil. Tidak putus asa, dilanjutkan menuju ke Trinil, di sekitaran lembah Sungai Bengawan Solo akhirnya pencariannya mendapatkan hasil.
Potongan tubuh berupa gigi (Tr-1), dan juga tempurung Kepala didapatkannya pada tahun 1981 yang diberi label Tr-2. Pada tahun berikutnya ditemukan pecahan lainnya berupa tulang paha atau Tr-3 sebagai pelengkap.
Pengamatan dan pencocokan antara kepala yang ditemukan dengan bentuk morfologi kepala sapiens modern. Setelah itu ditemukan sebuah perbedaan yang jelas pada Pithecanthropus Erectus. Bentuk dari tempurung Pithecanthropus Erectus diyakininya sebagai sebuah keunikan yang merupakan hasil percampuran bentuk yang dimiliki oleh Kera besar.
Keadaan ini menjadikannya ingat akan satu hal yang perlu dicari kembali dan masih belum lengkap. Terus mencari dan mencari hubungan yang bisa menyatukan bukti yang didapatkan dengan keadaan fisik orang saat ini. Disimpulkan bahwa makhluk yang ditemukan ini telah memiliki kemampuan berjalan yang menyerupai kebanyakan orang pada masa modern.
Sedangkan, Koenigwald menyatakan bahwa jenis ini sedikit berbeda atau bisa dikatakan primitif. Pada akhirnya diberikan sebuah nama Pithecanthropus Erectus. Banyak babak kehidupan yang telah dilalui, mulai dari nomaden hingga menetap, kemudian berburu lalu bercocok tanam. Keraguan masih banyak terjadi di kalangan masyarakat mengenai keberadaan dalam sejarahnya.
Namun, jejak-jejak kehidupan prasejarah telah menunjukkan sebuah kebenaran akan keberadaannya. Setalah penemuan ini, banyak ilmuwan yang kemudian termotivasi untuk mencari di tempat lainnya. Seperti yang dilakukan oleh Van Koenigswald pada tahun 1939 di Mojokerto.
Penelitian-penelitian ini kemudian mendapatkan hasil berupa fosil Pithecanthroupus Mojeketensis. Diperkirakan masih berusia 6 tahun saat ditemukan. Namun, sayangnya keadaan kerangkanya hancur saat proses penggalian.
Upaya pencarian lain juga akhirnya bermunculan merespons keberhasilan sebelumnya. Mulai dari wilayah Flores Nusa Tenggara Timur yang bernama Homo Florensiensis dengan perkiraan usia 12 tahun. Juga Windenreich yang mendapati penemuannya di daerah Mojokerto juga.
Ciri Pithecanthropus Erectus
Terdapat beberapa ciri dari manusia purba jenis Pithecanthropus Erectus di antaranya,
1. Pithecanthropus erectus mempunyai volume otak sekitar 900 cm.
2. Mempunyai tinggi badan sekitar 165 sampai 180 cm.
3. Berat badannya sekitar 80 kg sampai dengan 110 kg.
4. Mempunyai bentuk wajah yang hampir menyerupai monyet.
5. Mempunyai bentuk dagu yang lebih kecil, sementara mulutnya menjulur.
6. Memakan tumbuh – tumbuhan dan bergantung dengan alam.
7. Mempunyai bentuk ubun – ubun yang lebih datar.
8. Pada bagian belakang kepala mempunyai bentuk yang lebih menonjol.
9. Ada tonjolan tepat pada bagian kening yang melintang di sepanjang pelipis.
10. Mempunyai bentuk tulang pipi yang cukup tebal.
11. Mempunyai bentuk tubuh yang tegap.
12. Ada gigi dan juga rahang yang besar serta kuat.
13. Manusia purba jenis ini mempunyai hidung yang cukup besar.
Pola Hidup Pithecanthropus Erectus
Sebagai salah satu manusia purba yang masih awal, Pithecanthropus Erectus menjalani kehidupan secara nomaden atau bisa dikatakan berpindah-pindah dan tidak menetap di satu wilayah dalam kurun waktu yang lama. Salah satu tempat tinggal mereka sementara adalah gua-gua yang kita kenal sebagai abris sous roche.
Selain itu, mereka juga sering menetap lama di daerah-daerah yang dekat dengan sumber air. Selain karena semua manusia membutuhkan air, ternyata hewan-hewan buruan mereka juga banyak ditemukan di dekat sumber air.
Berburu hewan dan mengambil makanan dari alam adalah cara utama untuk bertahan hidup. Oleh karena itulah banyak ditemukan peninggalan berupa kapak gengam, alat penetak, batu penggiling, hingga kapak perimbas.
Kehidupan pada zaman tersebut belum mengenal tulisan dan kesenian sederhana. Manusia hanya mengenal mengolah makanan dan mencari tempat berteduh. Oleh karena itu, periode hidup dari manusia purba ini kerap disebut sebagai zaman pra aksara, atau zaman sebelum sejarah.
Seiring dengan berjalannya waktu, manusia purba ini mulai hidup menetap di suatu tempat dan mulai mengenal cocok tanam serta peternakan sederhana. Kemajuan pesat ini disebabkan oleh kapasitas otak Pithecanthropus Erectus yang cukup besar, sehingga daya kreasinya juga tinggi.
Hasil Kebudayaan Pithecanthropus Erectus
Beberapa jenis alat kebudayaan yang dimiliki oleh manusia purba jenis pithecanthropus erectus di antaranya,
1. Kapak Genggam
Bentuk dari kapak ini tidak besar, tapi mempunyai ukuran yang lebih kecil dari jenis kapak lainnya. Kapak genggam sudah tersebar ke beberapa wilayah di Nusantara dan masih dikembangkan sampai pada zaman yang modern ini. Awalnya, kapak genggam adalah buatan manusia purba memakai bahan-bahan yang sederhana, dengan cara penggunaannya yang digenggam pada ujung.
2. Pahat Genggam
Alat ini bentuknya kecil dipakai buat kegiatan bercocok tanam, buat memanfaatkan hasil alam yang lebih dan buat menggemburkan tanah. Selain itu, pahat genggam juga dimanfaatkan buat mencari ubi atau hal lainnya, karena pahat genggam ini sangat tajam.
3. Kapak Perimbas
Kapak perimbas punya bentuk yang sedikit cembung dan sering dipakai dalam kebutuhan buat memangkas suatu benda. Kapak perimbas ditemukan di oleh seorang ilmuan pada tahun 1935 dengan fungsinya sebagai alat pemotong atau penetak. Selain di Indonesia, kapak perimbas ini juga banyak sekali ditemukan di berbagai negara lainnya.
4. Alat Serpih
Ada seseorang yang bernama Von Koenigswald menemukan alat serpih pada tahun 1934. Alat ini banyak ditemukan di gua – gua, di mana manusia purba tersebut dahulu tinggal di sana. Ukuran alat serpih sendiri umumnya sangat kecil dan cuma sekitar 11 sampai 20 cm saja. Alat serpih banyak dipakai buat pisau, mata panah dan juga alat pemotong lainnya.
5. Kapak Penetak
Alat penetak ini disebut juga sebagai kapak, tapi bentuknya terlihat lebih besar dan cuma bisa dipakai buat memotong benda tertentu saja. Umumnya, alat penetak ini dipakai oleh manusia purba tepatnya pithecanthropus buat memotong kayu, pohon sebagainya. Alat penetak ini bisa kalian temui dengan mudah di seluruh wilayah Nusantara.
6. Benda Tajam (Dapat Berupa Tulang Hewan)
Ada banyak pisau yang dipakai oleh manusia purba buat berbagai hal, ada juga alat yang dipakai ini berasal dari tulang hewan. Selain itu, banyaknya benda tajam lainnya seperti pisau, belati, tombak dan sebagainya yang biasa dipakai oleh pithecanthropus. Daerah yang banyak ditemukan alat ini yaitu Ngawi, Jawa Timur.
7. Batu Penggiling
Manusia purba juga memakai batu sebagai media buat menggiling sesuatu dan banyak ditemukan di sekitar gua-gua atau hutan. Ukuran batu penggiling ini, sangat beragam dan biasanya sesuai dengan genggaman tangan. Hasil kebudayaan ini masih dikembangkan dan masih tetap dipakai buat kebutuhan alat dapur saat memasak.
Dari berbagai sumber
Post a Comment