Perjanjian Saragosa: Sejarah, Latar Belakang, Tujuan, Isi, dan Akibatnya
Perjanjian Zaragoza |
Sejarah Perjanjian Saragosa
Perjanjian Saragosa (Perjanjian Zaragoza) atau disebut juga kapitulasi Zaragoza adalah perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 22 April 1529, yang secara garis besar berisi pembagian wilayah dunia di luar Eropa untuk Spanyol dan Portugis. Perjanjian ini berupaya untuk menemukan titik tengah dan menjalin perdamaian antara kerajaan Spanyol dan Portugal. Perjanjian ini merupakan salah satu perjanjian yang cukup penting dalam konteks sejarah Indonesia dan sejarah penjajahan Asia Tenggara.
Dari Meksiko ke arah barat hingga Kepulauan Filipina menjadi milik Spanyol. Sementara Portugis mendapatkan wilayah dari Brasil ke timur sampai Kepulauan Maluku. Sebagai konsekuensi dari Perjanjian Saragosa, maka Spanyol harus segera meninggalkan Kepulauan Maluku dan kembali fokus di Filipina. Sedangkan Portugis diperkenankan tetap melakukan aktivitasnya di Kepulauan Maluku, termasuk memonopoli perdagangan rempah-rempah.
Latar Belakang Perjanjian Saragosa
Perjanjian Saragosa merupakan kelanjutan dari Perjanjian Tordesillas yang telah ditandatangani oleh Portugis dan Spanyol pada 1494. Dalam perjanjian tersebut, garis lurus ditarik dari Kutub Utara ke Kutub Selatan di Kepulauan Tanjung Harapan, Afrika.
Berdasarkan hasil perjanjian ini, pelaut Portugis berlayar ke timur, mengitari pantai barat Afrika. Sedangkan Spanyol berkuasa di sisi barat. Pelayaran Portugis mengantarkan mereka ke India. Pendaratan di India akhirnya membawa Portugis ke Nusantara.
Pada 1512, para pelaut Portugis menurunkan jangkarnya di Maluku. Menurut Tome Pires dalam Suma Oriental, penduduk Ternate menjadi sekutu terdekat Portugis. Hambatan besar mulai dirasakan saat mereka mencoba menguasai Tidore. Tidore yang telah lama berselisih dengan Ternate tidak menyambut baik kedatangan Bangsa Portugis.
Portugis pun menggempur Tidore. Ini memaksa Tidore untuk meminta bantuan. Pada 1521, pelaut Spanyol tiba di Tidore. Dengan bekerja sama dengan penduduk Tidore, Spanyol memiliki kesempatan untuk merebut kekuasaan atas rempah-rempah dari tangan Portugis.
Spanyol dan Portugis pun saling menuduh bahwa lawannya melanggar isi perjanjian Tordessilas. Selama hampir satu dekade, keduanya berperang.
Kemudian pada 22 April 1529 di Saragosa, Spanyol, ditandatangani Perjanjian Saragosa yang berisi pernyataan damai Spanyol dan Portugis. Perjanjian ini sekaligus menyelesaikan sengketa Kepulauan Maluku di antara kedua bangsa ini.
Tujuan Perjanjian Saragosa
Tujuan utama dari perjanjian Saragosa adalah untuk menentukan siapa yang menjadi penguasa wilayah Maluku. Namun, dari latar belakangnya, perjanjian ini memiliki beberapa tujuan lain di antaranya,
1. Raja Charles V ingin berfokus di Eropa dan tidak ingin terlalu banyak disita waktunya oleh permasalahan koloni
2. Melanjutkan itikad baik dari pernikahan keluarga raja Jose dan raja Charles V
3. Menyelesaikan sengketa kepulauan Maluku yang diperebutkan oleh Portugal dan Spanyol dengan damai dan menguntungkan kedua belah pihak
Isi Perjanjian Saragosa
Pada 22 April 1529, disepakati Perjanjian Saragosa. Melalui perjanjian ini, Portugis berkuasa atas seluruh benua dan laut di Asia dan kepulauan yang ditemukan. Spanyol mendapatkan wilayah Samudera Pasifik dan Filipina. Isi perjanjian tersebut di antaranya,
1. Spanyol harus meninggalkan Maluku dan memusatkan kolonialismenya di Filipina
2. Portugis tetap melakukan aktivitas perdagangan di Maluku.
Akibat Perjanjian Saragosa
Secara umum, perjanjian Saragosa memiliki beberapa dampak di antaranya,
1. Perdagangan Rempah Asia
Dampak perjanjian Saragosa pada perdagangan rempah Asia pada dasarnya cukup baik. Hal ini terjadi karena sekarang terdapat kekuatan barat yang dapat mengontrol secara langsung jalur perdagangan rempah Asia, yaitu Portugal.
Selain itu, Portugal juga cenderung lebih banyak berdagang dibandingkan dengan Spanyol yang berorientasi pada pembaptisan dan konversi ke agama katolik. Atau, bahkan Belanda yang berorientasi pada pengerukan keuntungan sebesar-besarnya.
Masyarakat lokal di kepulauan Maluku pun menjadi terekspos kepada perdagangan rempah global secara umum. Sehingga, mereka nantinya dapat mengembangkan perkebunan rempah-rempahnya. Meskipun begitu, di masa depan, justru kebun-kebun ini akan dihancurkan dan dikontrol secara ketat oleh Belanda lewat kebijakan pelayaran Hongi nya.
2. Geopolitik Eropa
Dampak perjanjian pada geopolitik Eropa adalah kerajaan Spanyol di bawah Charles V dapat berfokus pada konfliknya dengan raja Francis I dari Prancis. Konflik ini dikenal sebagai peperangan liga Cognac yang mengadu dua kerajaan besar di Benua Eropa beserta segenap sekutu-sekutunya.
Perjanjian ini membuat Spanyol tidak perlu menyibukkan dirinya dengan kepulauan Maluku dan Portugal di Asia Tenggara. Sehingga, negara ini dapat memusatkan kekuatan dan perhatiannya di benua Eropa dan konflik liga Cognac.
Hal ini pun menyebabkan Portugal bisa secara penuh berfokus pada usaha-usaha kolonisasinya di Asia Tenggara, Amerika Selatan, dan Afrika. Negara ini tidak lagi harus bersusah payah untuk memperkuat perbatasannya dengan Spanyol jika terjadi konflik.
3. Geopolitik Asia Tenggara
Dengan adanya perjanjian Saragosa, Portugal dapat memusatkan sumber daya dan perhatiannya pada koloni-koloninya di Asia. Oleh karena itu, aktivitas kolonialisme Portugal pun meningkat dan hegemoni perdagangannya di Asia pun menjadi semakin kuat.
Hal ini berhasil menjadikan Portugal sebagai salah satu negara dengan kekuatan militer dan ekonomi paling kuat di dunia pada awal abad 15 dan awal abad ke 16.
Namun, seperti yang kita ketahui, dominasi Portugal di Asia Tenggara ini nantinya akan dikalahkan oleh Belanda dan Inggris Raya. Belanda akan menguasai Nusantara sedangkan India dan Malaka akan dikuasai oleh Inggris.
Dari berbagai sumber
Post a Comment