Lahan Basah: Pengertian, Ciri, Jenis, Ekosistem, dan Fungsinya
Lahan Basah (Wetland) |
Pengertian Lahan Basah
Lahan basah (wetland) adalah wilayah-wilayah di mana tanahnya jenuh dengan air, baik bersifat permanen (menetap) atau musiman. Wilayah-wilayah itu sebagian atau seluruhnya kadang-kadang tergenangi oleh lapisan air yang dangkal.
Lahan basah merupakan wilayah yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan dengan kebanyakan ekosistem. Selain itu, banyak kawasan lahan basah yang merupakan lahan yang subur, sehingga kerap dibuka, dikeringkan dan dikonversi menjadi lahan-lahan pertanian.
Lahan Basah Menurut Para Ahli
Maltby (1986)
Lahan basah adalah salah satu istilah ekosistem yang terbentuk oleh dominasi air dan ciri serta prosesnya dikendalikan oleh air. Maltby juga menambahkan bahwa wetland merupakan tempat yang cukup basah dalam jangka waktu panjang untuk perkembangan vegetasi serta organisme yang harus beradaptasi secara khusus. Menurutnya, lahan basah diartikan berdasarkan parameter, antara lain vegetasi hidrofitik, hidrologi, serta tanah hidrik.
Konvensi Ramsar (1971)
Lahan basah berarti sebagai wilayah lahan gambut, rawa, dan air yang terbentuk secara alami atau buatan dan memiliki sifat sementara atau permanen, tidak mengalir (diam) atau mengalir dengan sifat payau, asin atau tawar, serta mencakup wilayah air marin yang ketika surut tidak lebih dari enam meter.
Konvensi Ramsar membagi lahan berair berdasarkan ciri fisik dan biologi menjadi 9 kategori buatan dan 30 kategori alami. Lahan tersebut merupakan kawasan penting untuk menyimpan air, pengendalian kualitas air, serta habitat flora dan fauna.
Ciri Lahan Basah
Lahan basah mempunyai ciri- ciri yang khusus dan berbeda dengan jenis lain di antaranya,
1. Tanahnya jenuh akan air. Ciri yang paling melekat dimiliki oleh lahan basah adalah tanahnya jenuh akan air. Kemungkinan nama lahan basah sendiri inilah mencerminkan keadaan tanah yang digenangi oleh air.
2. Air yang menggenangi bersifat permanen maupun musiman. Lahan basah digenangi oleh air, dan air yang menggenangi ini dapat bersifat permanen atau tetap maupun bersifat musiman. Maksudnya permanen adalah lahan tersebut selalu digenangi oleh air di setiap waktu, dan maksudnya musiman adalah bahwa air hanya menggenangi ketika musim tertentu saja, misalnya musim penghujan.
3. Sebagian atau seluruh wilayahnya digenangi lapisan air yang dangkal. Air yang menggenangi lahan basah merupakan lapisan air yang dangkal. Lapisan air dangkal ini bisa menggenangi sebagian atau bahkan seluruh permukaan dari tanah. Meski demikian, terkadang kita menemukan juga ada lapisan perairan yang dalam pada suatu lahan basah
4. Memiliki keanekaragaman hayati tinggi. Biasanya makhluk hidup, baik manusia, binatang dan bahkan tumbuhan akan memilih untuk tinggal di lahan yang menyimpan banyak cadangan air. Maka dari itulah biasanya lahan yang banyak airnya maka akan subur. Dan kondisi ini pula yang terjadi pada lahan basah. Maka dari itulah lahan basah memiliki beraneka ragam hayati, tidak hanya tanaman saja namun juga binatang.
5. Merupakan lahan yang bersifat subur. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwasannya tanah yang banyak mengandung air biasanya merupakan tanah yang subur. Dan lahan basah merupakan lahan yang subur sehingga keberadaannya sering dibuka sebagai lahan pertanian. Dan jenis tanaman yang dapat tumbuh di lahan basah ada bermacam- macam.
Jenis Lahan Basah
1. Kawasan Rawa
Rawa adalah daerah yang hampir selalu tergenang air sepanjang tahun. Ketinggian air di daerah ini dapat bervariasi, mulai dari sangat dangkal hingga cukup dalam. Umumnya rawa-rawa tergenang air sebagai dampak dari sistem drainase yang mengalami hambatan. Termasuk di dalamnya yaitu area rawa gambut yang banyak dijumpai di sekitar pulau Jawa, terutama di daerah sekitar pantai.
2. Kawasan Payau
Lahan payau merupakan lahan yang luas seperti lapangan dan tergenang air sepanjang waktu. Banyak orang yang menyebut area ini sebagai rawa dangkal karena genangan airnya tidak begitu dalam dan dapat dilalui. Umumnya genangan air di area ini meliputi air tawar, payau maupun air asin.
3. Kawasan Gambut
Lahan gambut adalah lahan tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa tumbuhan dengan kondisi setengah membusuk. Lahan ini memiliki kandungan organik yang cukup tinggi, sehingga karakter tanahnya subur dan cocok untuk perkebunan.
4. Kawasan Riparian
Riparian adalah kawasan peralihan antara daratan dengan sungai. Wilayah ini masuk kedalam wilayah dengan karakteristik yang khas karena berupa paduan antara daratan dan perairan. Wilayah riparian mempunyai posisi penting dalam ekologi, pengelolaan lingkungan dan rekayasa sipil.
5. Lahan Basah Buatan
Lahan basah buatan adalah wilayah hasil rancangan manusia yang tersusun atas air, tanaman, dan hewan. Kawasan ini mirip dengan rawa alami yang dapat dimanfaatkan manusia. Umumnya dirancang untuk pemurnian air tercemar dengan mengoptimalkan proses, biologi, fisika dan kimia yang saling terintegrasi.
6. Lahan Basah Mineral
Lahan basah mineral terdiri dari Marsh, yaitu suatu ekosistem yang mempunyai kandungan mineral kurang baik dan sebagian besar ditumbuhi rerumputan. Ekosistem ini biasanya ditemukan di pinggiran sungai, terutama di wilayah yang mengalami pembentukan delta. Tumbuhan di kawasan ini dapat menurunkan laju air dan meningkatkan nutrisi akibat sedimentasi sehingga terbentuklah Marsh.
Jenis lainnya adalah Swamp (rawa), yakni jenis lahan dengan drainasi buruk dan minim kandungan mineral dalam tanah. Kawasan ini didominasi oleh semak dan tumbuhan kayu. Lahan rawa dapat ditemukan di seluruh dunia pada daerah dataran rendah sekitar sungai. Rawa dapat terbentuk dari Marsh yang mengisi bagian cekung kawasan.
7. Lahan Basah Organik
Lahan basah organik tersusun atas Bog, yaitu ekosistem dengan karakteristik drainase yang buruk, basah dan sebagian besar tersusun dari tumbuhan bunga dan lumut. Kandungan air wilayah ini cukup asam dan berasal dari air hujan. Jenis lainnya adalah Fen, yaitu ekosistem kawasan basah yang cirinya didominasi oleh rumput dan alang-alang dengan tekstur tanah lunak. Airnya memiliki tingkat pH basa yang berasal dari aliran air di atas tanah.
Ekosistem Lahan Basah
Secara Tipologi ekosistem lahan basah dapat terdiri dari ekosistem air tawar dan ekosistem estuari. Ekosistem air tawar terdiri dari air yang tenang seperti: empang, rawa, kolam dan air mengalir seperti: sungai, sumber air. Sedangkan ekosistem estuari terpengaruh adanya pasang surut air laut, seperti payau, mangrove, rumput laut, dan laguna.
William E. Nearing dan para pakar lingkungan telah mengelompokkan lahan basah menjadi 5 sistem di antaranya,
1. Marine
2. Estuarine
3. Lacustrine
4. Riverine
5. Palustrine
Lahan basah pada ekosistem marine dan estuarine contohnya ada lahan basah pantai seperti rawa pasang surut, mangrove (hutan bakau), sedangkan ekosistem lacustrine, riverine, dan palustrine merupakan ekosistem air tawar.
Contoh dari lacustrine yaitu perairan danau. Contoh dari riverine yaitu kali, sungai kecil. Contoh dari palustrine yaitu rawa-rawa, payau, tanah berlumpur atau daerah yang sejenis lainnya.
Fungsi Lahan Basah
Lahan basah memiliki peran dalam aspek kehidupan makhluk hidup di antaranya,
1. Kesejahteraan Masyarakat Lokal
Lahan basah mempunyai potensi sebagai penyokong ekonomi lokal. Dengan menggunakan lahan basah secara bijaksana dengan memanfaatkan lahan basah sebagai sumber mata pencaharian seperti bernelayan dan bertani . Hal ini dapat mensejahterakan masyarakat lokal sekaligus mengurangi kemiskinan.
2. Sumber Air
Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi berimbas pada pemenuhan kebutuhan air yang semakin meningkat. Adanya lahan basah membantu pengadaan air bersih bagi masyarakat sekitar. Sebab, lahan basah berfungsi sebagai tempat penampung air hujan yang sewaktu-waktu dapat digunakan ketika musim kemarau panjang.
Keberadaan lahan basah dapat menyerap limbah yang berbahaya dan membantu proses penyaringan alami. Sehingga hasil akhir yang didapat adalah air tanah yang layak untuk dikonsumsi. Lahan basah juga berperan sebagai penyeimbang dalam berbagai siklus kehidupan dan komponen lainnya, terutama menjadi penyediaan air yang sangat krusial bagi kebutuhan makhluk hidup.
3. Meredam Risiko Bencana
Lahan basah berfungsi melindungi masyarakat lokal dari berbagai bencana yang kerap terjadi, seperti banjir maupun abrasi. Hal ini terjadi karena lahan basah mampu mengelola dan menyerap air hujan secara maksimal.
4. Penyimpan Karbon
Lahan basah mampu menyerap karbon dan menjadi salah satu penyimpan karbon permukaan (top carbon) bumi. Adanya pelestarian dan pemulihan lahan basah sehingga dapat mengurangi emisi karbon dan meningkatkan kemampuan makhluk hidup untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim.
5. Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati yang berlimpah sehingga bermanfaat untuk menjaga kelestarian ekosistem yang ada di dalamnya. Selain melimpah tapi juga unik, karena adanya perpaduan antara ekosistem perairan dan daratan. Yang menjadi tempat hidup untuk flora dan fauna yang tidak dapat ditemukan di tempat lain.
Dari berbagai sumber
Post a Comment