Hutan Mangrove: Pengertian, Ciri, Ekosistem, Fungsi, Pelestarian, dan Hutan Mangrove di Indonesia
Hutan Mangrove |
Pengertian Hutan Mangrove
Hutan mangrove (hutan bakau) adalah hutan yang tumbuh di air payau, dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
Ciri Hutan Mangrove
Terdapat beberapa ciri yang dimiliki oleh hutan mangrove di antaranya,
1. Didominasi oleh tumbuhan mangrove atau tumbuhan bakau, yakni tumbuhan yang mempunyai akar mencuat ke permukaan
2. Tumbuh di kawasan perairan payau, yakni perairan yang terdiri atas campuran air tawar dan air asin
3. Sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut
4. Keberadaannya terutama di daerah yang mengalami pelumpuran dan juga terjadi akumulasi bahan organik
Ekosistem Hutan Mangrove
Beberapa hal yang khas yang dimiliki oleh ekosistem hutan mangrove ini di antaranya adanya pelumpuran yang mengakibatkan hal-hal sebagai berikut di antaranya,
1. Kurangnya abrasi tanah
2. Salinitas tanah yang tinggi
3. Mengalami daur penggenangan oleh pasang surut air laut
4. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang dapat hidup
5. Jenis tumbuhan yang dapat tumbuh bersifat khas karena telah melewati proses adaptasi dan juga evolusi
Flora Hutan Mangrove
Hutan mangrove merupakan jenis hutan yang tidak hanya ditumbuhi oleh satu macam tanaman saja, yakni tanaman mangrove. Namun, hutan mangrove juga ditumbuhi oleh jenis tumbuhan yang lainnya. Jenis tumbuhan yang mampu tumbuh di hutan mangrove ini berbeda- berbeda satu dengan yang lainnya, hal ini karena bereaksi terhadap variasi atau perubahan faktor lingkungan fisik tertentu, sehingga menimbulkan zona- zona vegetasi tertentu.
Beberapa faktor lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi jenis tanaman yang tumbuh di antaranya,
1. Jenis tanah
Faktor lingkungan fisik yang pertama mempengaruhi jenis tanaman yang tumbuh adalah jenis tanah. Sebagai tempat pengendapan, substrat yang ada di wilayah pesisir pantai bisa sangat berbeda dengan daerah lainnya. Pada umumnya, hutan bakau ini berada di wilayah yang tanahnya berupa lumpur tanah liat dan bercampur dengan bahan- bahan organik.
Namun ada beberapa wilayah yang memiliki bahan organik dengan porsi yang berlebihan, bahkan berupa lahan gambut. Selain itu juga ada substrat yang berupa lumpur mengandung pasir yang tinggi, bahkan dominan pecahan- pecahan karang.
Hal seperti ini terjadi di pantai- pantai yang dekat dengan kawasan terumbu karang. Dengan kondisi substrat yang demikian, maka jenis tumbuhan yang dapat tumbuh di hutan mangrove ini harus bisa beradaptasi dengan keadaan substrat yang demikian.
2. Terpaan ombak
Selain jenis tanah, faktor selanjutnya yang akan mempengaruhi jenis tanaman di hutan mangrove adalah terpaan ombak. Bagian luar dari hutan mangrove ini berhadapan langsung dengan laut lepas, hal ini tentu saja akan membuat bagian depan hutan ini selalu diterpa oleh ombak yang keras juga aliran air yang kuat. Sementara di bagian dalam hutan lebih tenang daripada bagian luarnya.
Hutan mangrove ada kemiripan dengan hutan yang lainnya, yakni di bagian hutan yang berhadapan langsung dengan muara sungai. Melihat kenyataan keadaan di hutan mangrove ini, terlebih berkaitan dengan terpaan ombak, maka sudah bisa dipastikan bahwa tanaman yang berada di luar dan berada di dalam berbeda.
Jenis tanaman yang berada di luar tentunya lebih kuat daripada yang ada di dalam karena harus berhadapan langsung dengan ombak dan aliran air yang keras. Jenis mangrove yang tumbuh di bagian luar dan sering digempur ombak adalah mangrove Rhizophora spp. Jenis mangrove yang ada di bagian dalam di mana air lebih tenang adalah jenis api-api hitam atau Avicennia alba.
3. Penggenangan oleh air
Faktor fisik yang ketiga yang mempengaruhi jenis tumbuhan di hutan bakau adalah tentang genangan air. Di hutan mangrove yang mana bagian luarnya selalu terkena terpaan ombak, maka akan mengalami genangan air yakni genangan air ombak maupun air pasang. Terkadang genangan ini akan merendam dalam waktu yang lama daripada di bagian lainnya. Sehingga dapat dipastikan bahwa di hutan mangrove akan terbentuk variasi kondisi lingkungan, di mana bagian luar akan sangat basah, bagian tengah lembap, dan bagian dalam yang relatif lebih kering.
Dengan adanya perbedaan kondisi yang demikian ini maka akan tercipta zonasi vegetasi mangrove yang berlapis-lapis secara alami, dan jenis mangrove yang tumbuh pun berbeda- beda di setiap zona nya. Di bagian yang lebih dalam, di mana banyak terdapat air yang tergenang ditumbuhi R. mucronata dengan jenis kendeka atau Bruguiera spp, kaboa atau Aegiceras corniculata, dan lain sebagainya.
Di dekat sungai, di mana terdapat air tawar, hidup nipah atau Nypa fruticans, pipada atau Sonneratiacaseolaris, dan bintaro atau Cerbera spp. Sementara di bagian yang paling dalam, di mana keadaannya kering, tumbuh nirih atau Xylocarpus spp, teruntum atau Lumnitzera racemosa, dungun kecil atau Heritiera littoralis, dan kayu buta- buta atau Exoceria agallocha.
Adaptasi Hutan Mangrove
Berbagai spesies mangrove memiliki strategi dalam menghadapi kondisi ekstrem lingkungan hidupnya. Spesies mangrove tertentu memiliki kemampuan menghindari penyerapan garam dari tempat tumbuhnya, sementara spesies lain memiliki kemampuan mengeluarkan garam dari kelenjar khusus daunnya (Noor et al. 1999).
Hempasan gelombang dan kondisi tempat tumbuh yang tidak stabil membuat vegetasi hutan mangrove melakukan adaptasi pada sistem perakarannya. Vegetasi mangrove memiliki perakaran khas misalnya akar pasak atau akar nafas (pneumatophore), akar lutut, akar papan, akar tunjang, dan akar gantung. Beberapa spesies bahkan memiliki buah yang berkecambah meski masih menempel di pohon induknya seperti spesies Kandelia, Bruguiera, Ceriops, dan Rhizophora. Sehingga pada saat buah jatuh ke substrat, buah dapat lebih cepat berkembang.
Fungsi Hutan Mangrove
Hutan mangrove merupakan kelompok tumbuhan yang hidup di daerah dengan mempunyai kadar garam yang tinggi. Hutan mangrove ini biasanya lebih di dominasi dengan tumbuhan berkayu serta tumbuh di daerah subtropis dan di sepanjang pinggir pantai.
Biasanya tumbuhan yang hidup di hutan mangrove mempunyai akar yang terlihat pada permukaan tanah serta bisa hidup di tanah dengan kadar oksigen yang tidak terbatas. Fungsi hutan mangrove berperan penting terhadap kehidupan manusia.
1. Fungsi Kimia
Fungsi Hutan Mangrove tidak hanya pada fisik saja melainkan juga punya fungsi secara kimia yang berhubungan dengan peran hutan mangrove dalam penghasil oksigen dan penyerap karbondioksida karena tumbuhan yang ada di dalam hutan mangrove ini mengandung bahan organik yang tidak membusuk. Selain itu dari hasil fotosintesis hutan mangrove mamu menyerap karbondioksida daripada hutan lainnya.
Tumbuhan yang ada di dalam hutan mangrove pada umumnya merupakan tumbuhan yang mempunyai banyak daun sehingga mampu untuk menghirup karbondioksida dengan jumlah yang banyak. Hutan mangrove juga mampu menyerap dan mengelola limbah hasil industri yang bisa mencemari air laut. Dengan adanya hutan mangrove ini bisa mencegah limbah industri tidak mencemari air laut.
2. Fungsi Biologi
Fungsi hutan mangrove dalam kehidupan manusia juga sangat berkaitan erat dengan pembentukan sumber makanan. Hutan mangrove mampu untuk membuat makanan bagi hewan-hewan karena hutan mangrove ini merupakan salah satu bahan pelapukan yang bisa menjadi sumber makanan.
Selain itu hutan mangrove juga berfungsi untuk nursery ground yang di gunakan untuk hewan asuhan atau pemijahan untuk berkembang biak. Disisi lain fungsi hutan mangrove sebagai kawasan persinggahan dan habitat satwa langka serta sebagai plasma nutfah.
3. Fungsi Ekonomi
Fungsi Hutan Mangrove juga dapat menunjang perekonomian di mana kayu–kayu yang ada di dalam hutan mangrove dapat dimanfaatkan untuk sebagai bahan yang bisa memperoleh pemasukan keuangan manusia serta sebagai kayu bakar yang menjadi alternatif bahan bakar fosil.
Selain itu kayu hutan mangrove juga bisa di manfaatkan sebagai bahan kertas. Hutan mangrove juga mempunyai fungsi sebagai penghasil bibit hewan karena hutan mangrove mempunyai kondisi yang baik sehingga sangat cocok untuk di gunakan sebagai penghasil bibit hewan yang sangat baik.
4. Fungsi Fisik
secara fisik, Hutan Mangrove mempunyai fungsi yang sangat penting yaitu menjaga kestabilan garis pantai karena jika garis pantai tidak di jaga dengan baik maka garis pantai akan terkikis oleh gelombang laut yang bisa membuat dataran laut menyempit. Disisi lain hutan mangrove mempunyai fungsi untuk melindungi pantai dari abrasi dan sendimen.
Pengikisan pada pantai sering terjadi yang mampu membuat pinggiran pantai akan terkikis habis yang perlu untuk di cegah sehingga dengan adanya hutan mangrove ini mampu membantu pencegahan pengikisan pada pinggiran pantai. Selain itu dengan adanya hutan mangrove yang mampu membantu untuk memberikan batasan sehingga dapat memecahkan gelombang air asin ke dalam pori-pori tanah atau daratan dapat di perkecil sehingga kelangkaan air tawar tidak akan terjadi. Selain itu fungsi hutan jenis ini juga bisa digunakan sebagai area wisata.
Hutan Mangrove mempunyai banyak manfaat terhadap kehidupan manusia dan hewan yang berada di sekitarnya. Hutan mangrov mampu membantu kehidupan manusia dimana hutan mangrove bisa membantu manusia dan hewan untuk dapat bertahan hidup.
Cara Melestarikan Hutan Mangrove
Mengingat betapa pentingnya hutan mangrove bagi kehidupan, sudah seharusnya kita menjaga kelestariannya agar tetap terjaga. Adapun beberapa cara melestaraikan hutan mangrove di antaranya,
1. Pembibitan Tanaman Mangrove
Salah satu cara melestarikan hutan mangrove adalah melakukan pembibitan tanaman mangrove. Pembibitan ini adalah penanaman bibit di lahan pembibitan mangrove dengan bibit yang didapatkan dari hasil budidaya. Dengan melakukan pembibitan tanaman, dapat mempercepat proses regenerasi tanaman mangrove.
2. Restorasi Hutan Mangrove
Cara melestarikan hutan mangrove selanjutnya, yaitu restorasi hutan mangrove. Upaya restorasi ini sepenuhnya bergantung pada alam dan kemampuan hutan mangrove untuk mengembalikan kondisinya seperti semula. Tentu saja, proses restorasi ini membutuhkan waktu yang cenderung lebih lama.
3. Memperbaiki Lingkungan di Sekitar Hutan
Salah satu kerusakan hutan mangrove yaitu disebabkan karena pencemaran atau polusi air maupun polusi tanah yang kebanyakan berasal dari manusia. Polusi air dan tanah bisa merusak ekosistem hewan darat maupun laut. Untuk itu, perbaikan lingkungan di sekitar hutan dibutuhkan untuk mengatasi polusi yang menyebabkan kerusakan tersebut.
Kondisi Hutan Mangrove Indonesia
Indonesia memiliki luas hutan mangrove di dunia. Menurut data FAO pada tahun 2007, luas hutan bakau Indonesia adalah 3.062.300 hektar atau 19% dari keseluruhan di dunia. Jumlah ini melebihi Australia sekitar 10% dan Brazil sekitar 7%.
Sedangkan menurut Arobaya dan Wanma, Indonesia memiliki 27% bagian hutan mangrove dunia atau sekitar 4,25 juta hektar. Data dari dalam negeri juga menyatakan kemiripan, yakni 4,3 juta hektar (Kementrian Kehutanan, 2006).
Namun, kerusakan hutan bakau di Indonesia dari tahun ke tahun semakin parah. Deforestasi kawasan bakau mencapai 42% dalam keadaan rusak berat, 29% keadaan rusak, hutan bakau dalam kondisi baik kurang dari 23% serta 6% yang kondisinya sangat baik.
Kerusakan hutan mangrove lebih cepat dibanding jenis hutan lainnya. Pasalnya, banyak hutan bakau di rubah fungsinya untuk pembangunan kota dan pusat pariwisata. Selain itu, penggunaan lahan bakau untuk persawahan, ladang dan tambak udang semakin memperparah keadaan ini.
Dari berbagai sumber
Post a Comment