Historiografi: Pengertian, Sejarah, Tujuan, Fungsi, Prinsip, dan Jenisnya

Table of Contents
Pengertian Historiografi
Historiografi

Pengertian Historiografi

Historiografi dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBBI) adalah penulisan sejarah. Historiografi adalah kajian mengenai metode sejarawan dalam pengembangan sejarah sebagai disiplin ilmiah. Bentuknya berupa setiap karya sejarah mengenai topik tertentu. Historiografi tentang topik khusus melingkupi cara kerja sejarawan dalam mengkaji topik tersebut dengan menggunakan sumber, teknik, dan pendekatan teoretis tertentu.

Historiografi berasal dari bahasa Yunani Historia (sejarah) dan Graphe (tulisan atau naskah). Secara umum, historiografi dapat dikatakan sebagai karya atau tulisan sejarah maupun proses penulisan itu sendiri. Historiografi sendiri merupakan bagian terakhir dari metode sejarah setelah interpretasi sumber-sumber sejarah dan merupakan bagian yang penting.

Dikarenakan historiografi adalah ujung tombak tentang bagaimana sebuah peristiwa sejarah dapat diceritakan dengan baik sehingga dipahami oleh pembaca.

Historiografi Menurut Para Ahli
1. Louis Gottschalk, historiografi tak jauh-jauh dari tulisan mengenai sejarah. Singkatnya, ia menyebut historiografi sebagai bentuk publikasi, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan mengenai peristiwa atau kombinasi peristiwa-peristiwa di masa lampau.
2. Dr. Helius Sjamsudin, M.A., historiografi adalah suatu sintesis oleh para sejarawan dari semua hasil penelitian atau penemuannya dalam naskah lengkap (Sjamsuddin, 2007).

Sejarah Historiografi

Diungkapkan oleh Kuntowijoyo dalam Pengantar Ilmu Sejarah bahwa penulisan sejarah pertama ditemukan di Yunani, seperti tulisan Homer yang menceritakan Perang Troya pada tahun 1200 SM. Tulisan awal ini ditemukan berbentuk puisi atau syair, sementara penulisan yang lebih objektif dibuat oleh Herodotus yang menulis The Histories yang menceritakan perang Yunani-Persia pada 478 SM.

Karya sejarah berikutnya ditulis oleh Thucydides dengan judul The Peloponnesian War yang mengisahkan tentang perang antara Sparta dan Athena sampai dengan 411 SM.

Historiografi berkembang pada umumnya mengikuti kebudayaan dan kondisi politik masing-masing. Leopold van Ranke memperkenalkan konsep penulisan sejarah yang bertanggungjawab pada sumber pada abad ke-19. Membuat historiografi sejarah yang semula banyak dikritik karena tidak objektif, menjadi sebuah tulisan yang lebih ilmiah dibandingkan kebanyakan ilmu sosial yang empiris.

Tujuan Historiografi

Historiografi atau penulisan karya sejarah tentunya memiliki tujuan yang perlu dicapai. Hal ini tentunya berkaitan pula dengan sejarah sebagai ilmu yang harus memiliki tujuan dan kegunaan bagi masyarakat ataupun keilmuan itu sendiri. Tujuan historiografi di antara,
1. Memahami dengan jelas latar belakang peristiwa yang terjadi di masa lalu dan dampaknya yang mungkin terasa sampai hari ini
2. Membentuk periodisasi sejarah dengan menyusun karya-karya sejarah sesuai dengan kurun waktunya
3. Upaya menyatukan informasi mengenai peristiwa sejarah yang tidak utuh agar dapat dipahami oleh generasi mendatang
4. Menjadi sumber pembelajaran dan pengetahuan bagi masyarakat
5. Menjadi sumber penulisan bagi naskah-naskah sejarah yang akan ditulis di kemudian hari
6. Memunculkan atau menguatkan identitas, nasionalisme, dan integrasi atas komunitas karena persamaan sejarah.

Fungsi Historiografi

Fungsi-fungsi historiografi di antaranya,
1. Fungsi Genetis
Fungsi ini berarti bahwa historiografi salah satunya memiliki fungsi untuk menjelaskan bagaimana asal-usul dari sebuah peristiwa. Misalnya kitab-kitab yang menerangkan tentang Singhasari-Majapahit seperti Pararaton dan Negarakrtagama.

2. Fungsi Didaktis
Fungsi didaktis berarti historiografi berfungsi untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan. Setiap karya historiografi seharusnya memuat pembelajaran dalam setiap kesimpulan yang diambil, sehingga pembaca dapat memperoleh manfaat dari karya-karya sejarah tersebut.

3. Fungsi Pragmatis
Fungsi pragmatis berarti historiografi memiliki fungsi sebagai alat untuk legitimasi kekuasaan. Misalnya penulisan buku besar Sejarah Nasional Indonesia, yang historiografinya ditujukan untuk meningkatkan nasionalisme dan integrasi bangsa Indonesia.

Prinsip Historiografi

Historiografi memiliki prinsip-prinsip yang harus diketahui oleh pihak-pihak yang melakukan penulisan sejarah. Prinsip semacam ini dimiliki berkaitan dengan ilmu sejarah yang mendasarkan diri pada metode ilmiah, sehingga prinsip ini berfungsi untuk menjadi standar kualitas dan keilmiahan historiografi itu sendiri. Prinsip-prinsip historiografi di antara,
1. Peristiwa diceritakan secara kronologis, dimulai dari yang terjadi pertama sampai dengan yang terakhir
2. Terdapatnya fakta kausal atau sebab akibat
3. Melakukan periodisasi sejarah atas kriteria tertentu
4. Melakukan seleksi atas peristiwa yang terjadi, menyesuaikan rumusan masalah yang ingin diselesaikan dalam penulisan tersebut
5. Dapat berupa potongan-potongan penelitian yang terpisah
6. Bersifat deskriptif analitis, yang artinya hasil analisa fakta-fakta yang ditemukan diceritakan kembali dalam bentuk cerita atau kisah.

Jenis Historiografi

Pembagian jenis historiografi di Indonesia dibagi berdasarkan ciri dan karakteristiknya di antaranya,
1. Historiografi Tradisional
Historiografi tradisional merupakan penulisan sejarah yang umumnya dilakukan oleh para sastrawan atau pujangga keraton dan bangsawan kerajaan. Sedangkan dari segi karakteristiknya, historiografi tradisional bersifat kultural dan politis, serta belum menggunakan metode ilmiah dalam penyusunannya, sehingga unsur subjektivitasnya tinggi.

Ciri-ciri historiografi tradisional
a. Sudut pandang penulisannya berbentuk Istanasentris
b. Tujuan penulisannya sebagai alat legitimasi raja
c. Terdapat rasa anakronis atau ketidakpastian keterangan waktu
d. Banyak mengandung unsur mitos
e. Bersifat Regio-sentris atau kaya akan unsur kedaerahan

Historiografi Tradisional berkembang sejak masa Kerajaan Hindu dan Buddha sekitar abad ke-14 M hingga masa Kerajaan Islam pada awal abad ke-20 M. Ciri-ciri historiografi tradisional masa Hindu dan Buddha di antaranya,
a. Karya yang dihasilkan berupa terjemahan dari naskah-naskah dari India.
b. Bersifat religio magis.
c. Bersifat istanasentris.

Contoh historiografi masa Hindu dan Buddha adalah Kitab Mahabarata dan Ramayana, Kitab Pararaton, Kitab Negarakertagama, Babad Arya Tabanan, Babad Tanah Jawi, dan lain sebagainya.

Ciri-ciri historiografi tradisional masa Islam
a. Masih mengandung unsur mitos.
b. Sudah mengenal unsur kronologi.
c. Bersifat etnosentris.

Contoh historiografi masa Islam adalah Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Aceh, Babad Demak, Babad Tanah Jawi, dan Babad Giyanti.

2. Historiografi Kolonial
Historiografi Kolonial adalah penulisan sejarah yang berkembang pada masa Kolonial Belanda sejak abad ke-17 M hingga Pemerintahan Hindia Belanda pada abad ke-20 M. Fokus utama historiografi kolonial adalah kehidupan warga Belanda (Eropa) di Hindia Belanda karena ditulis oleh orang-orang Belanda atau Eropa. Tujuan penulisannya untuk memperkuat kedudukan mereka di Indonesia.

Ciri-ciri historiografi masa kolonial di antaranya,
a. Sudut pandang penulisannya adalah Neerdelandosentris atau Eropasentris
b. Tulisannya bersifat subjektif pemerintah kolonial
c. Dalam penyusunannya cenderung mengabaikan sumber lokal
d. Mengisahkan sejarah dari orang-orang besar, misalnya Daendels dan Raffles
e. Tulisannya bersifat diskriminatif terhadap rakyat Hindia Belanda

Karakteristik historiografi kolonial berfokus pada kajian penguasaan Belanda atau Eropa di Hindia Belanda, sedangkan kondisi rakyat Hindia Belanda (Indonesia) yang terjajah tidak mendapat perhatian. Contoh historiografi masa kolonial di antaranya,
a. Beknopt Leerboek Geschiedenis van Nederlandsch Oost-Indie karya A.J. Eijkman dan F.W. Stapel.
b. Schets eener Economische Geschiedenis van Nederlands-Indie karya G. Gonggrijp.
c. Geschiedenis van den Indischen Archipel karya B.H.M. Vlekke.
d. Geschiedenis van Indonesie karya H. J. de Graaf.
e. History of Java (1817) karya Thomas S. Raffles.

3. Historiografi Nasional
Selanjutnya, yakni historiografi nasional. Ialah penulisan sejarah dengan bangsa Indonesia sebagai subjek utama. Model historiografi ini mulai marak setelah bangsa ini merdeka pada Agustus 1945. Penulisannya bersifat Indonesiasentris, dengan tujuan untuk kepentingan menanamkan rasa nasionalisme kepada seluruh rakyat Indonesia.

Sementara ciri dari historiografi nasional antara lain menggunakan perspektif nasionalisme Indonesia. Dari karakteristiknya, penulisan sejarah memiliki tujuan untuk kepentingan bangsa Indonesia. Tulisan sejarah sengaja dibuat berdasarkan perspektif bangsa Indonesia.

Contoh historiografi nasional
a. 6000 Tahun Sang Merah Putih karya Muhammad Yamin
b. Gadjah Mada: Pahlawan Persatuan Nusantara Karya Muhammad Yamin
c. Atjeh Sepintas Lalu Karya SM Amin

4. Historiografi Modern
Historiografi modern muncul akibat tuntutan ketepatan teknik untuk mendapatkan fakta-fakta sejarah. Fakta sejarah didapat melalui penetapan metode penelitian, memakai ilmu-ilmu bantu, adanya teknik pengarsipan, dan rekonstruksi melalui sejarah lisan.

Masa ini dimulai dengan munculnya studi sejarah kritis, yang menggunakan prinsip-prinsip metode penelitian sejarah. Contoh historiografi modern adalah Pemberontakan Petani Banten 1888 karya Sartono Kartodirdjo dan Revolusi Pemuda karya Benedict Anderson.

Historiografi modern tentunya berkembang sesuai dengan zaman. Historiografi masa kini sudah semakin objektif dan kritis terhadap satu peristiwa sejarah. Ciri-ciri historiografi modern di antaranya,
a. Bersifat metodologis: sejarawan diwajibkan menggunakan kaidah-kaidah ilmiah.
b. Bersifat kritis historis: artinya dalam penelitian sejarah menggunakan pendekatan multidimensional.
c. Sebagai kritik terhadap historiografi nasional: lahir sebagai kritik terhadap historiografi nasional yang dianggap memiliki kecenderungan menghilangkan unsur asing dalam proses pembentukan keindonesiaan.
d. Munculnya peran-peran rakyat kecil.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment