Gerakan Non-Blok: Pengertian, Latar Belakang, Pendiri, Tujuan, Anggota, dan Peran Indonesia
Gerakan Non-Blok (GNB) |
Pengertian Gerakan Non-Blok
Gerakan Non-Blok (GNB) adalah suatu organisasi internasional yang terdiri lebih dari 100 negara-negara yang menganggap dirinya tidak beraliansi dengan kekuatan besar apa pun. Gerakan ini lahir pada 1 September 1962, setelah dilaksanakannya Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung, Indonesia.
Tujuan gerakan Non-Blok ini untuk memupuk solidaritas dan kerjasama di antara anggotanya, memperjuangkan negara berkembang untuk mencapai persamaan kemerdekaan dan kemakmuran, serta membantu terciptanya perdamaian dunia dengan meredakan ketegangan antara negara adikuasa.
Pergolakan dalam perang Dunia I dan II memunculkan gerakan dari negara-negara ketiga yang mayoritas beranggotakan negara-negara berkembang yang tidak memiliki kepentingan atau keberpihakan secara langsung kepada negara adikuasa yang saling berseteru. Dengan semangat yang sama, untuk memupuk solidaritas dan perdamaian dunia.
Gerakan Non-Blok merepresentasikan 55 persen penduduk dunia dan hampir 2/3 keanggotaan PBB. Negara-negara yang telah menyelenggarakan konferensi tingkat tinggi (KTT) Non-Blok termasuk Yugoslavia, Mesir, Zambia, Aljazair, Sri Lanka, Kuba, India, Zimbabwe, Indonesia, Kolombia, Afrika Selatan dan Malaysia.
Latar Belakang
GNB bermula dari sebuah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Afrika atau Konferensi Asia-Afrika (KAA), sebuah konferensi yang diadakan di Bandung, tahun 1955. Konferensi ini dihadiri oleh pemimpin negara dari 29 negara berkembang di Asia-Afrika.
Konferensi ini mendiskusikan tentang masalah-masalah yang dihadapi negara-negara bekas koloni Barat yang baru saja berkembang. Namun KAA saja tidak cukup. Karena ada negara berkembang yang baru merdeka juga, yaitu Yugoslavia yang berada di luar Asia-Afrika.
Maka setelah KAA Bandung, pada 1956 ada pula Deklarasi Brijuni yang digelar di Pulau Brijuni, Yugoslavia. Deklarasi tersebut ditandatangani Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito, Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru, dan Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser.
Setelah Perang Dunia II, AS dan Uni Soviet mengalami Perang Dingin. Perang Dingin adalah ketegangan politik yang terjadi antara Barat (AS dan Sekutu NATO) dengan Uni Soviet dan negara satelitnya. Yang menjadi sasaran adalah negara-negara berkembang yang baru merdeka, seperti Indonesia dan India.
Kondisi inilah yang kemudian membuat Jawaharlal Nehru, Perdana Menteri India, dan pemimpin dunia lainnya mencetus GNB. GNB terbentuk melalui Konferensi Beograd yang digelar pada 1961. Di sana, para negara yang tidak berpihak pada blok tertentu mendeklarasikan keinginan mereka untuk tidak terlibat dalam konfrontasi ideologi Barat-Timur.
Lahirnya GNB ini dilatarbelakangi oleh kekhawatiran para pemimpin negara dunia terutama dari Asia-Afrika terhadap munculnya ketegangan dunia karena adanya persaingan antara Blok Barat (Amerika) dan Blok Timur (Uni Soviet/Rusia).
Pendiri GNB
Pendiri atau Tokoh dari Gerakan Non Blok ini terdiri dari 5 pemimpin dunia di antaranya,
1. Josip Broz Tito, Presiden Yugoslavia
2. Soekarno, Presiden Indonesia
3. Pandit Jawaharlal Nehru, Perdana Menteri India
4. Gamal Abdul, Nasser Presiden Mesir
5. Kwame Nkrumah, dari Ghana
Tujuan GNB
Tujuan GNB pada awalnya difokuskan pada upaya dukungan bagi hak menentukan nasib sendiri, kemerdekaan nasional, kedaulatan, dan integritas nasional negara-negara anggota. Tujuan GNB yang penting lain di antaranya,
1. Penentangan terhadap apartheid
2. Tidak memihak pada pakta militer multilateral
3. Perjuangan menentang segala bentuk dan manifestasi imperialisme
4. Perjuangan menentang kolonialisme, neo-kolonialisme, rasisme, pendudukan, dan dominasi asing
5. Perlucutan senjata
6. Tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain dan hidup berdampingan secara damai
7. Penolakan terhadap penggunaan atau ancaman kekuatan dalam hubungan internasional
8. Pembangunan ekonomi-sosial dan restrukturisasi sistem perekonomian internasional; serta
9. Kerja sama internasional berdasarkan persamaan hak.
Sejak pertengahan 1970-an, isu-isu ekonomi mulai menjadi perhatian utama negara-negara anggota GNB. Untuk itu, GNB dan Kelompok 77 (Group of 77/G-77) telah mengadakan serangkaian pertemuan guna membahas masalah-masalah ekonomi dunia dan pembentukan Tata Ekonomi Dunia Baru (New International Economic Order).
Anggota Gerakan Non Blok
Anggota Gerakan Non Blok atau GNB ini sangatlah banyak, di setiap negara benua Afrika terkecuali Sudan Selatan dan Sahara Barat merupakan anggota dari GNB. Total ada 53 negara yang tergabung. Sedangkan di Asia mencapai 37 negara yang mana Indonesia termasuk ke dalamnya.
Semua negara anggota ASEAN juga bergabung ke GNB, untuk benua Amerika ada 26 negara. Sedangkan dari Eropa hanya 1 negara diikuti dengan Oceania hanya 3 negara. Total ada 120 negara, ini tentunya mewakili 50% penduduk dunia dan 2/3 negara yang tergabung di PBB.
Peran Indonesia
Peran Indonesia sendiri dalam gerakan Non-Blok bukan hanya menjadi anggota, tetapi juga menjadi salah satu negara penggagas gerakan ini yang saat itu diwakili oleh Presiden Soekarno bersama dengan 4 negara lainnya.
Bagi Indonesia gerakan Non-Blok ini penting, karena prinsip dan tujuannya merupakan refleksi dari perjuangan dan tujuan kebangsaan Indonesia sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Dasar (UUD) 1945.
Selaku ketua gerakan Non-Blok saat itu, Indonesia juga menghidupkan kembali dialog konstruktif Utara-Selatan berdasarkan saling ketergantungan yang setara (genuinde interdependence), kesamaan kepentingan dan manfaat, serta tanggung jawab bersama.
Selain itu, Indonesia juga mengupayakan penyelesaian masalah utang luar negeri negara-negara berkembang miskin yang terpadu, berkesinambungan dan komprehensif. Selain itu, berbagai peran serta Indonesia dalam Gerakan Non Blok di antaranya,
1. Sebagai salah satu negara pemrakarsa, Hal tersebut karena Gerakan Non Blok sendiri bermula dari sebuah Konferensi Asia Afrika yang digelar di Bandung, pada tahun 1955.
2. Sebagai salah satu negara pengundang pada Konferensi Tingkat Tinggi GNB yang pertama, Hal ini karena Indonesia merupakan salah satu pendiri GNB dan berperan besar mengundang / mengajak negara lain untuk bergabung ke dalam GNB.
3. Pernah menjadi ketua GNB pada tahun 1992 - 1995. Pada saat itu (1-6 September 1992) Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggara KTT X GNB di Jakarta. Peserta yang menghadiri KTT X GNB berjumlah 106 negara.
4. Indonesia juga turut memecahkan masalah-masalah dunia berdasarkan perdamaian dunia, memperjuangkan HAM, dan tata ekonomi dunia yang berdasarkan pada asas keadilan. Indonesia memandang GNB sebagai wadah yang tepat bagi negara-negara berkembang untuk memperjuangkan cita-citanya. Sikap ini secara konsekuen diaktualisasikan Indonesia dalam kiprahnya di GNB.
Dari berbagai sumber
Post a Comment