Geografi: Pengertian, Sejarah, dan Perkembangannya
Geografi |
Pengertian Geografi
Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta persamaan, dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik, serta manusia di atas permukaan bumi. Secara harfiah, ilmu yang menggambarkan tentang bumi. Dari asal kaya bahasa Yunani kuno, geo (s) dan graphien. Geo(s) artinya bumi, graphien artinya menggambarkan, mendeskripsikan ataupun mencitrakan.
Istilah geografi pertama kali digunakan oleh Eratosthenes, seorang ilmuan Yunani, dalam bukunya yang berjudul Geographica. Sepanjang sejarah manusia, sebagian besar masyarakat berusaha memahami sesuatu tentang tempat mereka tinggal atau lingkungan, juga orang-orang serta lingkungan di sekitar mereka. Ahli geografi Yunani kuno sangat berpengaruh dalam pembuatan peta.
Sejarah dan Perkembangan Geografi
Sebagai ilmu pengetahuan, geografi berkembang dari masa ke masa, yang kemudian dikategorikan ke dalam 5 tahap perkembangan. Sejarah geografi itu dimulai dari geografi klasik yang berkembang di sekitar abad VI – I SM; geografi abad pertengahan dan renaissance; geografi modern; geografi akhir abad XIX dan awal abad XX; dan geografi mutakhir.
1. Geografi Klasik
Geografi sudah dikenal sejak zaman Yunani Kuno di mana pada saat itu pengetahuan dipengaruhi oleh mitologi. Barulah setelah abad ke-6 sebelum Masehi pengetahuan tentang bumi mulai mempunyai dasar ilmu alam, ilmu pasti dan proses penyelidikan tentang bumi dilakukan dengan memakai logika.
Pada masa sebelum Masehi, pandangan dan paham geografi banyak dipengaruhi oleh paham filsafat dan sejarah. Uraian geografi bersifat sejarah, sedangkan uraian sejarah bersifat geografi. Pada masa ini juga sudah mulai dikenal adanya peta bumi dan atau lukisan fisis daerah tertentu. Pemikir utama pada awal perkembangan ilmu geografi zaman klasik di antaranya,
a. Thales dari Miletus (640 - 546 SM), banyak menggali informasi tentang geografi. Thales beranggapan bahwa bumi berbentuk keping silender yang terapung di atas air dengan separuh bola hampa di atasnya.
b. Anaximandros (550 SM), seperti halnya Thales, ia juga beranggapan bumi berbentuk silender.
c. Herodotus dari Messana (485 - 425 SM), Herodatus lebih dikenal sebagai bapak ilmu sejarah. Namun begitu, hasil karyanya juga memberikan sumbangan bagi geografi dan etnografi. Salah satu sumbangan karyanya dalam geografi adalah catatan laporan geografi sekitar wilayah Timur Tengah.
d. Plato (428 - 348 SM), memberikan ide dan gagasan buat perkembangan geografi.
e. Aristoteles (382 - 322 SM), sama halnya dengan Plato, ide dan gagasannya memberikan sumbangan yang besar buat perkembangan geografi.
f. Heraclides (320 SM), berpendapat bahwa bumi berputar pada sumbunya dari barat ke timur.
g. Erasthothenes (276 - 194 SM), orang pertama yang memperkenalkan istilah geografi, yang berasal dari kata 'Geographika'. Erasthothenes juga membuktikan bahwa bumi berbentuk seperti bola. Hal tersebut dibuktikan melalui pengukuran pada saat matahari berada di belahan bumi utara tepatnya di kota Aswan (Seyne) dengan membuat sumur sehingga sinar matahari tepat tegak lurus di atas sumur tersebut.
Pembuktian ini dilanjutkan dengan membandingkan sudut datang sinar matahari di kota Iskandariyah sehingga diperoleh hasil bahwa keliling bumi berjarak 252.000 stadia (1 stadia = 157 meter). Hasil pengukuran tersebut sama dengan keliling bumi yang sebenarnya.
h. Crates (150 SM), orang yang mengembangkan hasil pengukuran Erasthothenes menjadi sebuah globe pertama dalam bentuk yang sederhana. Crates membuat tiga benua tambahan sebagai penyeimbang globe yang dibuatnya. Pandangan Crates melahirkan konsep Antipoda atau benua selatan yang besar dan dikenal dengan nama Terra Australis.
i. Strabo (64 - 20 SM), dalam bukunya yang berjudul Geografica menjelaskan bahwa studi geografi tidak hanya mempelajari bentuk dan dimensi wilayah, tetapi juga tentang lokasinya, selain itu juga mempelajari korelasi antara manusia dan lingkungan alamnya.
j. Claudius Ptolomaeus, dianggap sebagai peletak dasar geografi yang pertama. Dalam bukunya yang berjudul Geographike Unphegesis, Ptolomaeus memberikan batasan tentang geografi. Geografi merupakan suatu penyajian dengan peta dari sebagian permukaan bumi yang menampakkan berbagai penampakan umum yang melekat padanya.
Menurut Ptolomaeus geografi berbeda dengan Chorografi, karena chorografi lebih mengutamakan ketampakan asli dari suatu wilayah, bukan terletak pada ukurannya (bersifat kualitatif), sedangkan geografi lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat kuantitatif. Sumbangan Ptolomaeus yang berharga bagi perkembangan ilmu geografi yaitu dalam hal pemetaan, termasuk teknik pembuatan peta (kartografi).
2. Geografi Abad Pertengahan
Pada akhir abad pertengahan, penjelasan-penjelasan tentang geografi masih berupa hasil laporan perjalanan. Laporan ini terbagi menjadi laporan perjalanan darat dan laporan perjalanan laut. Pengetahuan tentang geografi diperoleh dari catatan perjalanan dari para pedagang yang melakukan perdagangan antarnegara dan antarbenua.
Selain itu, pengetahuan geografi juga diperoleh melalui para pasukan perang yang melakukan ekspansi ke wilayah negara atau kerajaan lain. Catatan perjalanan darat yang cukup memberikan banyak informasi tentang geografi adalah catatan perjalanan Via Appia. Catatan ini menjelaskan tentang jalur perjalanan darat antara Roma dan Capua pada tahun 950 M.
Catatan lain yang juga memberi informasi tentang geografi adalah catatan perjalanan Jalur Sutra. Catatan ini menjelaskan tentang jalur perjalanan darat dari Tiongkok hingga ke Timur Tengah pada masa abad pertengahan. Catatan-catatan perjalanan ini kemudian disebarluaskan ke berbagai negara atau kerajaan, sehingga terjadi berbagai kegiatan yang bertujuan untuk menemukan wilayah baru yang belum dikenal sama sekali.
3. Geografi Masa Renaisans
Pada masa renaisans, pengetahuan geografi mengalami perkembangan pesat karena adanya gerakan pembaharuan di bidang seni dan filsafat. Munculnya paham Protestanisme juga menjadi penyebab berkembangnya pengetahuan geografi yang berhubungan dengan humanisme dalam agama. Para sarjana memperoleh keleluasaan dalam mengemukakan pendapatnya tentang keadaan dunia.
Para pelancong sudah tidak lagi hanya ingin mengetahui keadaan geografi secara fisik, tetapi memiliki tujuan-tujuan tertentu di dalam perjalanannya. Para pelancong mencoba untuk menemukan daerah baru yang dapat memberikan sumber keuntungan secara ekonomi. Pencarian keuntungan ini dilakukan dengan membentuk daerah koloni atau melakukan perdagangan.
Para pelancong juga memiliki tujuan yang berkaitan dengan keagamaan. Sambil berdagang atau membentuk koloni, mereka juga menyebarkan agama yang diyakininya kepada daerah-daerah baru. Tujuan ini dianggap sebagai tugas suci dalam rangka pengembangan ajaran agama. Selain itu, pengetahuan tentang wilayah baru juga dapat diperoleh karena adanya peperangan.
Keinginan untuk mencari keuntungan ekonomi dan penyebaran agama dapat menimbulkan konflik sosial pada berbagai kepentingan-kepentingan yang berbeda. Perbedaan kepentingan ini kemudian menimbulkan konflik yang memicu terjadinya peperangan untuk memperebutkan pengaruh kekuasaan.
Sifat penulisan geografi masih bersifat deskriptif meskipun penemuan geografi telah dilakukan dengan tujuan-tujuan ekonomi, agama, dan kekuasaan. Selain itu, penjelasan-penjelasan yang diberikan belum ditulis dengan memperhatikan gejala yang teramati. Para pelancong juga melakukan perjalanan menjelajahi daerah baru untuk dijadikan sebagai petualangan. Hasil petualangan tersebut kemudian digunakan untuk menambah pengetahuan tentang bumi.
Pada masa ini juga terjadi perkembangan pesat tentang konsep geografi yang bersifat matematis. Para sarjana mulai memperoleh keleluasaan karena pengaruh gereja mulai berkurang. Para sarjana di bidang ilmu alam mulai memperoleh penemuan-penemuan yang bertentangan dengan tafsiran gereja terhadap Alkitab. Pengetahuan geografi mulai dipelajari secara mendalam sejak adanya penemuan-penemuan oleh para sarjana ilmu alam abad ke-17 M.
Tokoh-tokoh yang berpengaruh yaitu Isaac Newton (1629-1695), Robert Boyle (1627-1691), dan Christiaan Huygens (1629-1695). Masyarakat mulai mempelajari gejala-gejala yang berhubungan dengan gunung dan pegunungan, arus laut, dan angin. Geografi masih dikaitkan dengan sejarah dan astronomi hingga abad ke-18 M. Selain itu, pemaknaan geografi masih bersifat sederhana dan hanya diartikan sebagai pengetahuan tentang bumi.
4. Geografi Akhir Abad Ke-19 - Abad Ke-20.
Pusat perhatian geografi pada abad ke-19 adalah iklim, tumbuhan, hewan, serta terhadap bentang alam. Kebanyakan ahli geografi pada abad ke-19 lebih banyak memperdalam ilmu geologi. Sedangkan geografi manusia pada abad ke-19 mengalami kemunduran. Hal tersebut disebabkan sejak kematian Ritter sebagai tokoh geografi pada tahun 1859, tidak ada yang menggantikannya dalam waktu yang lama.
Tokoh-tokoh geografi abad ke-19 di antaranya,
a. Frederich Ratzel (1844 - 1904). Ajarannya dikenal dengan 'Anthropogeographie', suatu paham fisis determinis atau geografi determinis yang menyatakan dengan tegas bahwa alam menentukan kehidupan manusia.
b. Ellen C. Semple. Tokoh yang merubah paham fisis determinis Retzel menjadi geographic control (pengawasan geografi).
c. Paul Vidal de la Blache (1845 - 1919), seorang ahli geografi dari Prancis yang juga dikenal sebagai Bapak Geografi Sosial Modern yang sangat menentang pendapat dari Frederich Ratzel. Menurutnya, manusia dapat berperan aktif untuk mengolah unsur-unsur alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Paul Vidal de la Blache merupakan pelopor aliran possibilisme, yang mengatakan bahwa alam hanya menawarkan beberapa kemungkinan terhadap manusia dan manusia sendiri yang memilih kemungkinan-kemungkinan tersebut. Manusia mempunyai akan dan pikiran untuk memperbaiki kehidupannya melalui kemungkinan yang ditawarkan oleh alam.
d. Elsworth Huntington (1876). Seorang ahli geografi dari Universitas Yale Amerika Serikat, pemikiran geografinya sangat dipengaruhi oleh ajaran geografi Ratzel. Menurutnya kondisi iklim suatu wilayah sangat menentukan tingkat kemajuan sosial budaya penduduknya.
e. Ferdinan von Richthofen (1833 - 1905). Memberikan rumusan konsep geografi yang merupakan sintesa dari pandangan Ritter dan Humboldt.
f. Alfred Hettner (1859 - 1941). Seorang ahli geografi Jerman yang berhasil menyatukan pendapat dan pengertian tentang konsep dasar ilmu geografi di Jerman.
Ilmu geografi selama abad ke-20 di Eropa melewati empat fase utama di antaranya,
a. Determinisme lingkungan, suatu teori yang menyatakan bahwa karakteristik manusia dan budayanya disebabkan oleh lingkungan alamnya.
b. Geografi regional, yang memfokuskan pada pengumpulan informasi deskriptif tentang suatu tempat, juga metode yang sesuai untuk membagi bumi menjadi beberapa wilayah atau region.
c. Revolusi kuantitatif, usaha geografi untuk mengukuhkan dirinya sebagai ilmu (sains), pada masa kebangkitan interes pada sains dengan mengadopsi filosofi positivisme dari ilmu alam dan dengan menggunakan matematika (khususnya statistika) sebagai cara untuk menguji hipotesis.
d. Geografi kritis, muncul sebagai kritik atas positivisme dengan latar belakang filosofi eksistensialisme dan fenomenologi.
5. Geografi Mutakhir
Pada pertengahan abad ke-20 M. para ilmuwan geografi mulai meneliti geografi dengan menggunakan analisis spasial. Pusat kajian geografi berada dalam ranah deskripsi dan sintesis aspek fisik dan sosial suatu wilayah. Para ahli geografi kemudian menggunakan pemahaman matematis hubungan spasial untuk memperoleh wawasan baru tentang geografi. khususnya lokasi geografis kota dan interaksinya.
Selain itu, terjadi perkembangan dalam geografi manusia. Penyelidikan tentang geografi manusia sudah tidak memiliki tujuan tertentu melainkan menggunakan penelitian ilmiah. Pendekatan yang digunakan dalam meneliti ialah teori-teori ekonomi neoklasik dengan konsep marxisme, feminisme, pascakolonialisme dan post-modernisme.
Pada masa ini, geografi telah digunakan untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi oleh manusia. Geografi sebagai bidang keilmuan kemudian mulai digabungkan dengan berbagai disiplin ilmiah lainnya. Selain itu, penelitian geografi juga telah mempergunakan metode statistik dan metode kuantitatif serta memanfaatkan penggunaan piranti komputer untuk mengolah dan menganalisa data.
Pengadaan data geografi juga telah menggunakan citra satelit sehingga informasi yang diperoleh menjadi lebih tepat dan akurat. Penggunaan citra satelit dalam kajian penelitian geografi dipelopori oleh para geograf Amerika Serikat dan Swedia pada tahun 1960 dengan menerapkan metode kuantitatif. Citra satelit digunakan pada geografi fisik dan cabang geografi lainnya dengan bantuan piranti komputer. Penggunaan citra satelit ini kemudian diterapkan di berbagai negara maju.
Dari berbagai sumber
Post a Comment