ENSO: Pengertian dan Karakteristiknya
ENSO (El Nino–Southern Oscillation) |
Pengertian ENSO
ENSO (El Nino–Southern Oscillation) adalah variasi angin dan suhu permukaan laut di wilayah tropis belahan timur Samudra Pasifik yang ireguler dan berkala. ENSO berpengaruh terhadap cuaca di sebagian besar wilayah tropis dan subtropis Bumi. Periode panasnya disebut sebagai El Nino sementara periode dinginnya disebut La Nina.
Perubahan suhu ini berkisar 10 hingga 30°C dari keadaan normal. Selain itu, ENSO juga menyebabkan adanya pola tekanan udara pada permukaan laut di bagian selatan Samudera Pasifik antara Tahiti dan Darwin, Australia. El Nino dan La Nina merupakan fase ekstrem dalam siklus ENSO di mana antara dua fase tersebut terdapat fase Neutral.
Karakteristik Fase ENSO
Evolusi ENSO memiliki tiga fase yaitu El Nino, La Nina dan Netral. Ketiga fase berkaitan dengan fluktuasi suhu muka laut dan interaksinya dengan atmosfer di atasnya. Karenanya ENSO disebut juga kopling dari suhu muka laut dan atmosfer.
1. ENSO - Fase Netral
Pada fase netral disebut juga kondisi normal dari ENSO, di mana tidak terjadi El Nino maupun La Nina. Pada fase ENSO netral atau normal, suhu muka laut, pola hujan kawasan tropis dan sirkulasi atmosfer berada dalam kondisi rata-ratanya.
Selama fase normal Enso, angin pasat berhembus secara konstan ke arah barat dari kawasan Pasifik timur sepanjang ekuator. Hembusan angin pasat yang dikenal juga sebagai sirkulasi Walker timuran ini menghasilkan juga arus laut yang mengarah ke barat.
Desakan angin dan arus laut ini menyebabkan muka laut di sekitar Indonesia naik sekitar 50 cm lebih tinggi dibanding muka laut di wilayah Peru. Pada fase netral, dinamika atmosfer akan dikendalikan oleh faktor iklim yang lain.
Selama fase Enso Netral, suhu muka laut di barat Pasifik akan selalu lebih hangat dari bagian timur Pasifik. Umumnya suhu laut yang relatif lebih dingin di Pasifik Timur menyebabkan iklim yang lebih kering di kawasan tersebut.
Pada fase enso netral ini upwelling atau naiknya air laut kaya nutrisi terjadi di pantai Pasifik utara Amerika Selatan. Upwelling mendukung ekosistem laut yang sehat dan mendorong peningkatan produksi perikanan di kawasan Pasifik timur.
2. ENSO - Fase La Nina
Fase La Nina disebut fase Enso dingin (cold phase). Ada juga yang menyebut La Nina sebagai fase Enso normal yang diperkuat. Hal ini karena pada fase La Nina hembusan angin pasat dari Pasifik timur ke arah barat sepanjang ekuator menjadi lebih kuat dari biasanya.
Dengan menguatnya angin pasat yang mendorong massa air laut ke arah barat, maka di Pasifik timur suhu muka laut menjadi lebih dingin.
Hal ini karena kekosongan massa air laut yang berpindah ke barat, diisi oleh massa air laut yang lebih dingin dari bagian bawah lautan Pasifik timur. Dengannya maka episode La Nina disebut juga fase dingin dari Enso tersebut.
La Nina umumnya memberi dampak berupa peningkatan curah hujan di kawasan ekuator barat Pasifik termasuk Indonesia dan potensi kekeringan di kawasan ekuator timur Pasifik. Peningkatan curah hujan di bagian barat Pasifik karena adanya peningkatan sistem konvektif.
Peningkatan sistem konvektif karena desakan dari pasat timuran yang menggeser sistem konvektif yang biasanya ada di ekuator tengah Pasifik ke arah barat Pasifik hingga wilayah perairan Indonesia bagian tengah dan timur.
3. ENSO - Fase El Nino
Fase El Nino disebut juga sebagai fase Enso hangat. Fase El Nino ini merupakan anomali iklim dari kondisi normal. Angin pasat yang biasa berhembus dari timur ke barat melemah. Pelemahan ini dikaitkan dengan meluasnya suhu muka laut yang hangat di timur dan tengah Pasifik.
Naiknya suhu muka laut di Pasifik Timur menyebabkan perubahan pada sirkulasi atmosfer. Hingga saat ini masih belum terjawab penyebabnya meningkatnya suhu muka laut di kawasan ekuator bagian timur Pasifik
Perubahan sirkulasi atmosfer pada fase El Nino dipicu menurunnya tekanan udara di timur Pasifik dan sebaliknya di barat Pasifik tekanan udara justru meningkat. Pusat konvektif bergeser ke Pasifik tengah karena Walker timuran melemah dan Walker barat menguat menuju wilayah konvektif.
Karena perubahan sirkulasi atmosfer karenanya fase El Nino disebut juga fase kebalikan dari kondisi Enso Netral dan juga La Nina. Di Indonesia kemunculan El Nino dikaitkan dengan terjadinya kemarau panjang sebagaimana yang terjadi pada tahun 1997 dan 2015. Sebaliknya di wilayah Amerika Selatan terjadi peningkatan curah hujan.
Dari berbagai sumber
Post a Comment