Batu Rijang: Pengertian, Proses Pembentukan, Komposisi, dan Kegunaannya
Batu Rijang (flintstone) |
Pengertian Batu Rijang
Rijang atau batu api (flint atau flintstone) adalah batuan endapan silikat kriptokristalin yang tersusun atas silikon dioksida dengan permukaan licin (glassy). Disebut batu api karena jika diadu dengan baja atau batu lain akan memercikkan bunga api yang dapat membakar bahan kering.
Rijang biasanya berwarna kelabu tua, biru, hitam, atau coklat tua. Rijang terutama ditemukan dalam bentuk nodul pada batuan endapan seperti kapur atau gamping. Salah satu jenis batu rijang yang biasa disebut Batu rijang merah atau jasper saat ini banyak dicari oleh pemburu batu akik untuk digunakan sebagai ornamen atau perhiasan.
Serpihan rijang dengan pecahan konkoidal sering menghasilkan bentuk yang tajam sehingga manusia pada zaman dahulu memanfaatkan batu rijang sebagai alat pemotong bahkan sebagai asesoris senjata tradisional. Sejak Zaman Batu, rijang banyak dipergunakan untuk membuat senjata dan peralatan seperti pedang, mata anak panah, pisau, kapak, dan lain-lain.
Proses Pembentukan Batu Rijang
Proses pembentukan rijang belum jelas atau disepakati, tetapi secara umum dianggap bahwa batuan ini terbentuk sebagai hasil perubahan kimiawi pada pembentukan batuan endapan terkompresi, pada proses diagenesis. Ada teori yang menyebutkan bahwa bahan serupa gelatin yang mengisi rongga pada sedimen, misalnya lubang yang digali oleh mollusca, yang kemudian akan berubah menjadi silikat.
Rijang dapat terbentuk ketika mikrokristal silikon dioksida (SiO2) tumbuh dalam sedimen lunak yang akan menjadi batu kapur. Dalam sedimen tersebut, jumlah yang sangat besar dari mikrokristal silikon dioksida akan tumbuh menjadi nodul yang berbentuk tidak teratur atau konkresi silika terlarut terangkut oleh air ke sebuah lingkungan pengendapan.
Jika nodul-nodul atau konkresi tersebut bergabung dalam jumlah yang besar maka akan membentuk lapisan rijang dalam suatu massa sedimen. Rijang yang terbentuk dengan cara seperti ini biasa disebut sebagai batuan sedimen kimia. Beberapa silikon dioksida dalam rijang diperkirakan memiliki asal biologis.
Di beberapa tempat, baik itu di lingkungan pengendapan laut dalam maupun laut dangkal, di mana di lingkungan tersebut terdapat diatom dan radiolaria yang hidup di air. Organisme ini memiliki cangkang kaca silika yang licin (glassy silica skeleton).
Beberapa spons juga menghasilkan "spikula" yang terdiri dari silika. Ketika organisme ini mati, skeleton silika mereka akan terlepas, larut, mengkristal, dan kemudian menjadi bagian dari nodul rijang atau lapisan rijang. Rijang yang terbentuk dengan cara ini bisa dianggap sebagai batuan sedimen biologis.
Komposisi Batu Rijang
Rijang sebagai nodul atau konkresi akan tumbuh dalam massa sedimen di mana pertumbuhan mereka dapat menggabungkan sejumlah besar sedimen di sekitarnya sebagai inklusi. Inklusi ini dapat memberikan warna khas pada rijang tersebut.
Rijang terbentuk dalam berbagai macam warna. Gradien warnanya berada di antara putih dan hitam atau antara krim dan cokelat. Rijang berwarna hijau, kuning dan merah juga cukup umum dijumpai. Rijang yang berwarna gelap dapat dihasilkan dari inklusi sedimen atau bahan organik.
Nama "Flint" sering digunakan dalam referensi untuk batu rijang yang berwarna lebih gelap. Nama "Jasper" merupakan batu rijang yang berwarna kemerahan atau merah kecokelatan yang disebabkan oleh subsitusi oksida besi.
Kegunaan Batu Rijang
Pada masa lalu rijang memiliki 2 sifat yang membuatnya sangat berguna di antaranya,
1. Sifat serpihannya yang berbentuk konkoidal dapat membentuk benda yang sangat tajam, dan
2. Sifat kekerasannya yang berada pada 7 Skala Mohs.
Serpihan rijang yang patah akan cenderung mempertahankan ketajamannya karena rijang merukan batuan yang sangat keras, resisten, dan tahan lama.
Ribuan tahun yang lalu orang-orang telah menemukan sifat-sifat rijang tersebut dan menjadikannya sebagai sebuah peralatan bantu seperti pisau, panah, pencakar, dan kepala kapak. Berton-ton fragmen rijang ada di sekitar lokasi peninggalan sejarah di mana benda-benda seperti pisau, panah, pencakar, dan kepala kapak ditemukan.
Hal ini menandakan terjadinya suatu kegiatan manufaktur pertama dalam sejarah peradaban. Rijang sangat sulit ditemukan sehingga menyebabkan batuan ini merupakan komoditas yang berharga. Orang-orang pada masa lalu mengangkut dan menjual batu rijang dari sebuah lokasi yang sangat jauh.
Pada awal 8000 SM, orang-orang Inggris dan Perancis menggali lubang hingga 300 kaki jauh ke dalam lapisan batu kapur untuk menambang nodul rijang. Ini merupakan kegiatan penambangan tertua yang pernah ditemukan.
Batu rijang merah atau biasa disebut jasper memiliki banyak sekali variasi warna, dan motif. Hal ini menyebabkan jasper saat ini banyak diburu oleh para penggemar batu mulia untuk dijadikan ornament atau perhiasan. Rijang merupakan bahan yang sangat keras yang dapat menghasilkan percikan ketika dipukul terhadap baja. Panas dari hasil percikan ini digunakan untuk membuat api.
Beberapa jenis rijang yang termetamorfosa yang dikenal sebagai "novaculite", memiliki pori dan tekstur yang membuatnya berguna sebagai batu asah. Formasi "Arkansas Novaculite" merupakan formasi terkenal sebagai sumber batu asah kualitas tinggi dan produk "novaculite abrasif" terbaik di dunia.
Dari berbagai sumber
Post a Comment