Batu Basalt: Pengertian, Ciri, Proses Pembentukan, Jenis, dan Manfaatnya

Table of Contents
Pengertian Batu Basalt atau Basal
Batu Basalt (Basal)

Pengertian Batu Basalt

Basalt (Basal) adalah batuan beku yang ekstrusif, yang dibentuk dari solidifikasi magma yang terjadi di permukaan Bumi. Batuan basal (basalt) adalah batuan yang berwarna gelap, berbutir halus, dan merupakan contoh batuan beku yang utamanya tersusun atas mineral piroksen dan plagioklas.

Basalt adalah salah satu batuan yang paling sering terbentuk sebagai batuan beku ekstrusif (aliran lava). Akan tetapi, batu basalt sering juga terbentuk sebagai intrusi kecil dalam bentuk dike maupun sill. Batu basalt memiliki komposisi yang mirip dengan gabro. Perbedaan keduanya ada pada ukuran butir mineralnya. Pada batu basal ukuran butirnya lebih halus dibandingkan dengan batu gabro yang berbutir kasar.

Ciri Batu Basal

Batu basalt memiliki warna yang gelap cenderung hitam dan memiliki butiran halus yang terdiri dari kristal-kristal yang berukuran sangat kecil. Memiliki permukaan yang keras dan padat. Batu basalt memiliki tekstur yang terdiri dari mineral piroksin, amfibol, plagioklas dan gelas vulkanis. Mineral gelas vulkanis hanya ditemukan pada batu basalt.

Proses Terbentuknya Batu Basalt

Sebagian besar batuan basal yang ditemukan di Bumi dihasilkan pada tiga lingkungan pembentukan di antaranya,
1. Pembentukan Batu Basal di Batas Divergen Oceanic
Sebagian besar basalt di bumi dihasilkan pada batas lempeng divergen pada sistem "mid-ocean ridges" (pematang tengah samudra). Arus konveksi dari dalam mantel menghasilkan peluruhan/melting pada batuan yang ada sebelumnya. Hasil ini akan terbentuk sebagai batas divergen yang tertarik/terpisah dan meletus di dasar laut (letusan submarine fissure), dan letusan ini sering menghasilkan basal bantal (pillow basalts).

Pegunungan aktif di tengah laut merupakan tubuh (host) dari letusan celah (fissure) yang terjadi berulang-ulang. Sebagian besar pegunungan aktif dasar laut terbentuk pada batas-batas konvergen yang berada di bawah permukaan air pada kedalaman yang maksimum. Di daerah ini setiap uap, abu, ataupun gas yang dihasilkan dari letusan akan diserap oleh kolom air sehingga tidak sempat mencapai permukaan.

Aktivitas gempa adalah satu-satunya indikasi yang banyak berasal dari letusan di pematang (ridge) samudra. Islandia adalah contoh pegunungan dasar laut, namun telah terangkat ke permukaan sehingga kita dapat mengamati langsung aktivitas gunung berapi-nya.

2. Pembentukan Batu Basal di Hotspot Oceanic
Hotspots dapat tersebar tidak teratur, tetapi juga nonrandom. Hotspot sering tersebar di dekat batas lempeng divergen (mid-ocean ridges), dan biasanya menghilang dari wilayah-wilayah di dekat batas lempeng konvergen (subduction zones).

Hotspot Oceanik merupakan lokasi lainnya di mana sejumlah besar basalt juga dapat ditemukan. Ini merupakan lokasi di mana plume-plume kecil batuan yang mengalami "melting" naik melalui mantel bumi dari hotspot pada inti bumi. Kepulauan Hawaii adalah contoh di mana gunung api telah terbentuk di atas sebuah hotspot oceanik.

Batuan basalt yang dihasilkan di lingkungan tersebut diawali dengan letusan di dasar laut. Jika hotspot tersebut tertopang (sustained), letusan yang terjadi akan berulang-ulang dan dapat menghasilkan kerucut vulkanik yang lebih besar. Ini akan terus membesar hingga membentuk sebuah pulau. Itulah mengapa semua gugusan Pulau Hawaii dibangun dari letusan basal di dasar laut.

3. Pembentukan Batu Basalt di Mantel Plume dan Hotspot Kerak Benua
Pembentukan batuan basalt yang ketiga ada pada lingkungan kerak benua, di mana mantel plume atau hotspot menyalurkan sejumlah besar lava basaltik melalui kerak benua sampai pada permukaan bumi. Letusan akibat aktivitas tersebut dapat terjadi melalui vein ataupun celah batuan.

Aktivitas tersebut dapat menghasilkan lava flows terbesar di kerak benua. Letusan yang ditimbulkan dapat terjadi berulang kali selama jutaan tahun, yang menghasilkan lapisan demi lapisan batu basal yang tertumpuk secara vertikal.

"Columbia River Flood basalt" di Washington, Oregon dan Idaho merupakan contoh dari basal flood yang luas. Contoh lainnya adalah Emeishan Traps di China, Deccan Traps di India, Etendeka Basalts di Namibia, Karroo Basalts di Afrika Selatan, dan Siberian Traps di Rusia.

Jenis Batu Basalt

Jenis-jenis batuan ini dapat dikelompokkan menjadi 2 berdasarkan komposisi kimianya di antaranya,
1. Batu basal alkali
Batu basal jenis alkali memiliki kandungan Na2O dan K2O yang lebih besar dari batu basal tholeitik. Basal alkali juga mengandung titanium augit, fenokris olivin, oksida besi, nephelin dan plagioklas-Ca. Batu basal akali bersifat underaturated.

Batuan ini banyak ditemukan di rifted continental crust atau daerah kerak benua yang mengalami rifting. Selain itu, batu basal juga dapat dijumpai di updomed continental crust atau kerak benua berbentuk kubah yang terangkat, dan juga pulau- pulau oceanic.

2. Batu basal tholeitik
Kadar Na2O dan K2O pada batu basal tholeitik jauh lebih sedikit dari pada batu basal alkali. Basal tholeitik bersifat oversaturated dan memiliki kandungan pigeonit, augit subklasik, dan interstitial glass. Batu basal tholeitik dapat ditemukan sebagai lava atau magma esktrusi yang sangat besar.

Begitu besarnya volume magma tersebut sehingga membentuk plato di kerak benua. Hal tersebut dapat dilihat di Deccan Trap, India. Selain itu, batu basal tholeitik juga dapat ditemukan di lantai samudera.

Manfaat Batu Basalt

Batu basal digunakan untuk berbagai macam keperluan. Kegunaan batu basalt lebih sering terlihat di bidang konstruksi bangunan maupun infrastruktur. Batuan ini sering dihancurkan untuk digunakan sebagai agregat dalam proyek konstruksi.

Selain itu, batu basalt juga dapat dimanfaatkan sebagai pondasi jalan (landasan), agregat beton, agregat aspal/trotoar, dan ballast kereta api. Batuan basal juga dapat dipotong dan dipoles menjadi sebuah batu ornamen bangunan seperti ubin lantai dan monumen/tugu.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment