Uni Soviet: Pengertian, Sejarah, dan Penyebab Runtuhnya Uni Soviet
Uni Soviet |
Pengertian Uni Soviet
Uni Soviet adalah kesatuan dari beberapa negara Soviet dengan ibu kota Moskow, Rusia. Uni Soviet berdiri usai terjadinya Revolusi Rusia dan memiliki nama resmi Union of Soviet Socialst Republics (USSR). USSR terdiri dari konfederasi Rusia, Belarusia, Ukraina, dan Federasi Transkaukasus. Kemudian Federasi Transkaukasus terpecah pada 1936 dan memunculkan Georgia, Azerbaijan, dan Republik Armenia.
Uni Soviet sendiri menjadi negara pertama di dunia yang memiliki paham sosialisme Marxis. Awal berdirinya Uni Soviet dimulai ketika Partai Bolshevik pimpinan Vladimir Lenin mendominasi pasukan Soviet di Revolusi Rusia pada 1917 dan Perang Sipil Rusia. Pasukan Soviet terdiri dari koalisi para pekerja dan tentara yang menyerukan pembentukan sebuah negara sosialis di wilayah bekas Kekaisaran Rusia.
Pada 30 Desember 1922, Uni Soviet secara resmi berdiri. Di sana, semua tingkat pengendalian pemerintahan jatuh ke tangan Partai Komunis dan Politbiro yang secara efektif memimpin Soviet. Politbiro atau Politicheskoye Buro adalah Biro Politik Komite Pusat Partai Komunis Uni Soviet yang berfungsi sebagai pembuat kebijakan pusat dan badan pelaksana di Partai Komunis.
Dalam bidang ekonomi, industri-industri di Uni Soviet sepenuhnya dimiliki dan dikelola oleh negara, sedangkan lahan pertanian dibagi menjadi kolektif yang juga dikelola oleh negara. Uni Soviet sendiri dibubarkan pada 1991 usai pemerintah komunis di sana runtuh.
Sejarah Uni Soviet
Terbentuknya Uni Soviet
Meletusnya Revolusi Rusia atau Revolusi Oktober pada tanggal 25 Oktober 1917 merupakan awal dari terbentuknya Uni Soviet. Revolusi Rusia merupakan puncak kekecewaan warga negara Rusia atas pemerintahan Tsar Nicholas II yang dianggap korup dan sewenang-wenang. Selain itu, revolusi ini juga dilatarbelakangi kaum Bolshevik atas keterlibatan Rusia dalam Perang Dunia I.
Kaum Bolshevik dipimpin oleh seorang Marxis bernama Vladimir Ilyich Lenin (1870-1924). Ekspansi wilayah dilakukan Lenin sejak ia mengambil alih tangkup kepemimpinan Rusia. Pada tanggal 30 Desember 1922, Lenin membentuk sebuah federasi bernama Uni Soviet.
Federasi ini beranggotakan Rusia, Armenia, Azerbaijan, Belarusia, Estonia, Georgia, Kazakhstan, Kirghistan, Latvia, Lithuania, Moldovia, Tajikistan, Turkmenistan, Ukraina, dan Uzbekistan. Lenin menjadi pemimpin pertama Uni Soviet sampai ia wafat pada tahun 1924 dan digantikan oleh Joseph Stalin (1878-1953).
Era Joseph Stalin
Ketika Stalin naik menjadi pemimpin Uni Soviet ia menerapkan pengawasan secara total atas perekonomian Uni Soviet dengan mengendalikan aktivitas industri dan membangun sistem pertanian kolektif. Kebijakan ini mengalami kegagalan dan menyebabkan banyak rakyat mati kelaparan. Stalin juga mengendalikan kehidupan politik dan sosial Uni Soviet.
Orang-orang yang menentang kebijakannya ditangkap dan dikirimkan ke kamp-kamp kerja paksa atau bahkan dieksekusi. Tokoh politik maupun militer yang berpengaruh pada era Lenin dilenyapkan. Pembersihan Massal (Great Purge) yang dilakukannya sejak 1937 terhadap lawan politiknya menjadi sejarah kelam Uni Soviet.
Pasca Perang Dunia II, Stalin berusaha membangun kembali ekonomi Uni Soviet yang hancur sambil menjalankan kebijakan lamanya, yaitu membangun industri berat dan kebijakan militeristik. Kepiawaiannya dalam berpolitik membentuknya menjadi seorang diktator yang mengantarkan Uni Soviet sebagai negara komunis terkuat. Stalin meninggal pada tahun 1953 dan digantikan Nikita Khrushchev.
Era Khrushchev
Joseph Stalin wafat pada tahun 1953 yang selanjutnya digantikan oleh Nikita Khrushchev (1894-1971) berdasarkan kongres ke-20 Partai Komunis yang diadakan pada tahun 1956. Ia mengganti kebijakan – kebijakan Stalin yang dianggap kejam. Proses politik ini disebut destalinisasi.
Maksud dari proses ini adalah menghilangkan segala hal berbau Stalin dalam kehidupan berpolitik di Uni Soviet. Sebagai bagian dari proses destalinisasi, ada dua hal pokok yang dilakukan di antaranya,
1. Segala sesuatu yang dianggap sebagai kegagalan dan kesalahan, termasuk brutalitas dan kultus individu terhadap Stalin, disingkapkan dan dikecam secara publik
2. Doktrin Marxisme-Leninisme yang dikembangkan Stalin ditinjau ulang dalam upaya penyesuaian diri terhadap perkembangan sosio-politik, baik yang terjadi di luar negeri maupun di dalam negeri.
Di dalam negeri misalnya, muncul generasi baru yang terdiri atas manajer, usahawan, dan cendekiawan. Sesuatu yang sebetulnya tidak dimungkinkan oleh sistem komunisme. Di sisi lain, di luar negeri muncul perkembangan baru yang harus mendapat perhatian yaitu penemuan bom nuklir.
Khruschev berusaha meredam ketegangan dengan Barat. Ia mencetuskan beberapa gagasan yang sebenarnya menyimpang dari ajaran Karl Marx dan Stalin di antaranya,
1. Mengemukakan bahwa perang dapat dihindari dan bukan lagi tak terelakkan
2. Membuka kemungkinan hidup berdampingan dengan negara lain yang berbeda sistem sosial politiknya atau suatu keadaan yang disebut peaceful co-existence
Meski demikian, persaingan dengan Barat masih ada seperti pada bidang penerbangan ruang angkasa dan senjata nuklir dengan Amerika. Pada perkembangannya, proses destalinisasi memberikan pengaruh yang besar kepada negara-negara komunis lain. Pemimpin Moskwa yang pada masa pemerintahan Stalin disegani terutama di Eropa Timur, perlahan-lahan luntur.
Disisi lain mulai berkembang gagasan polisentrisme atau pusat komunisme tidak hanya terbatas pada satu tempat, Moskwa, melainkan berbagai negara komunis. Khruschev diturunkan dari jabatannya pada tahun 1964 setelah Krisis Rudal Kuba yang terjadi pada 1963. Krisis Rudal Kuba nyaris memicu perang nuklir dengan Amerika Serikat.
Posisi Khruschev kemudian digantikan oleh Leonid Brezhnev, seorang pengagum Stalin. Pada masa pemerintahan Brezhnev, ia menghentikan proses destalinisasi dan memulihkan nama Stalin di panggung politik Uni Soviet.
Era Leonid Brezhnev
Pada tahun 1970, Brezhnev secara resmi menjadi pemimpin tunggal Uni Soviet. Setelah Stalin wafat, Uni Soviet sempat dipimpin secara bersama oleh Leonid Brezhnev sebagai Sekretaris Jenderal, Alexei Kosygin sebagai perdana Menteri, dan Nikolai Podgrny sebagai ketua presidium. Pada masa pemerintahan Brezhnev, Uni Soviet dan negara-negara Pakta Warsawa lainnya menginvasi Cekoslovakia guna mencegah meluasnya reformasi Musim Semi Praha.
Di sisi lain, pengawasan politik terhadap masyarakat diperkuat. Meningkatnya ketegangan dengan Amerika Serikat membuat Brezhnev memusatkan pengembangan pada bidang pertahanan dan angkatan bersenjata. Era Brezhnev juga dikenal sebagai “masa stagnasi”. Pasalnya, pengaturan ekonomi yang ketat serta birokrasi Soviet yang kaku merintangi inovasi dan pembaruan dalam segala bidang.
Pada bidang politik luar negeri, Brezhnev mulai menggunakan politik détente (relaksasi) dengan Barat guna meredakan ketegangan dengan Barat. Meski demikian, ia tetap mengembangkan pengaruh Uni Soviet dengan mendukung negara-negara berpaham komunisme, sosialisme dan anti Barat.
Sebagai contoh dia mendukung Viet Cong dan Tentara Rakyat Vietnam dalam Perang Vietnam. Disisi lain, pada tahun 1980, Perang Soviet-Afganistan pecah. Dalam perang ini, Amerika Serikat mendukung para mujahidin Afganistan untuk berperang melawan Uni Soviet. Perang ini juga mengakhiri politik détente Brezhnev di Uni Soviet.
Era Mikhail Gorbachev
Pada tahun 1982, Brezhnev wafat dan posisinya digantikan oleh Yuri Andropov dan Konstantin Chernenko. Namun, pada tahun 1984 Andropov wafat dan menyusul Chernenko pada tahun 1985. Setelah itu, politbiro mengangkat Mikail Gorbachev pada bulan Maret 1985 dan menjabat hingga 1991.
Diangkatnya Gorbachev menandai lahirnya generasi dan tonggak kepemimpinan baru. Gorbachev memberi kebebasan bagi liberalisasi politik dan ekonomi, serta mengembangkan hubungan yang lebih baik dengan Barat.
Guna memperbaiki kondisi ekonomi di Uni Soviet, Gorbachev memperkenalkan dua model kebijakan, yaitu glasnost dan perestroika. Glasnost berarti keterbukaan politik dengan menghilangkan jejak – jejak Stalin, seperti pelarangan buku dan penyebaran polisi rahasia, serta memberi kebebasan baru bagi warga negara Uni Soviet.
Para tahanan politik dibebaskan. Majalah dan surat kabar dapat mengkritik kebijakan pemerintahan. Selain itu, untuk pertama kalinya, partai – partai lain selain Partai Komunis dapat berpartisipasi dalam pemilihan umum.
Perestroika berarti restrukturisasi ekonomi yang dimaksudkan untuk menghidupkan perekonomian Uni Soviet. Gorbachev yakin dengan kebijakan perestroika, para swasta akan berlomba – lomba dalam inovasi dan diberi kelonggaran.
Sebetulnya, sudah ada sedikit toleransi swasta untuk mengembangkan usahanya pada pemerintahan Lenin melalui kebijakan ekonomi baru (New Economic Policy/NEP). Pekerja diberi hak mogok untuk mendapatkan upah dan kondisi yang lebih baik. Disisi lain, Gorbachev juga mendorong investasi asing di Uni Soviet.
Runtuhnya Uni Soviet
Usaha Gorbachev dalam merampingkan sistem komunisme membawa harapan baru. Namun, ketidakmampuan dalam mengendalikan kondisi politik jalannya pembaruan melahirkan serangkaian peristiwa yang bermuara pada bubarnya Uni Soviet. Glasnost dan perestroika yang awalnya ditujukan untuk pemulihan ekonomi malah memunculkan dampak-dampak yang tidak diinginkan.
Pada akhir 1980-an, arus keterbukaan yang dilancarkan tidak bisa membendung tumbuhnya nasionalisme di negara-negara bagian yang menginginkan haknya untuk lepas dari Uni Soviet. Nasionalisme tersebut berusaha merubah tatanan dari komunisme menjadi demokrasi ala Barat.
Akhirnya, satu persatu negara-negara bagian melepaskan diri dan mendirikan negara yang berdaulat. Hal tersebut dimungkinkan melalui Pasal 72 Konstitusi Uni Soviet yang berbunyi, “Negara bagian memiliki kebebasan untuk melepaskan diri.”
Dalam perkembangannya, reformasi yang dikeluarkan Gorbacev tidak berhasil memperbaiki perekonomian Uni Soviet. Kekuasaan Gorbachev semakin melemah dan sentimen anti komunis di negara-negara Baltik (Estonia, Latvia, dan Lithuania) semakin menguat.
Pada tanggal 8 Desember 1991, Presiden RSFS Rusia, RSS Ukraina, dan RSS Belarusia menandatangani Perjanjian Belavezha yang menandakan pembubaran kesatuan (Uni) dan digantikan Persemakmuran Negara-negara Merdeka (CIS). Gorbachev meletakkan jabatannya sebagai Presiden Uni Soviet pada tanggal 25 Desember 1991 dan memberikan kekuasaannya kepada Boris Yeltsin.
Pada tanggal 26 Desember 1991, Majelis Agung membubarkan diri dan sekaligus menandakan pembubaran atas Uni Soviet sebagai suatu federasi. Hal ini hanya terpaut empat hari sebelum hari jadinya yang ke 69.
Penyebab Runtuhnya Uni Soviet
Terdapat beberapa faktor yang mendorong runtuhnya Uni Soviet berdasarkan uraian di atas di antaranya,
1. Rakyat yang tidak memiliki rasa nasionalisme yang tinggi
Uni Soviet memiliki wilayah yang sangat luas serta membawahi 15 negara berbentuk republik. Ini menjadikan Uni Soviet pernah menjadi salah satu negara terbesar di dunia. Karena luasnya wilayah Uni Soviet inilah yang menyebabkan Uni Soviet memiliki keragaman budaya.
Namun keragaman budaya inilah justru yang menyebabkan negara Uni Soviet tidak memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Beberapa negara bagian yang tidak suka dengan kinerja pemerintahan pusat Uni Soviet melakukan gerakan sporadis yang menyerang pemerintah pusat. Hal inilah yang menyebabkan internal negara Uni Soviet mulai goyah.
2. Pemerintahan yang totaliter
Sejatinya, Uni Soviet merupakan negara komunis terbesar pada masanya. Namun Uni Soviet menjalankan pemerintahannya dengan cara yang totaliter. Tujuan dari Uni Soviet adalah untuk menciptakan keteraturan dalam sebuah negara sehingga rakyat harus tunduk kepada kebijakan pemerintah.
Rakyat Uni Soviet harus hidup dengan bergantung kepada negara. Dengan pemerintahan yang totaliter membuat rakyat tidak dapat menyampaikan pendapatnya secara bebas. Segala bentuk kebebasan berpendapat akan dikekang oleh pemerintah. Karena pemerintahan yang totaliter inilah kemudian timbul konflik yang terjadi di Uni Soviet.
3. Kemiskinan melanda Uni Soviet
Pemerintahan Uni Soviet yang totaliter menyebabkan rakyatnya hidup dalam kemiskinan. Perekonomian Uni Soviet menganut paham sosialisme yang menyebabkan segala hal yang berurusan dengan perekonomian harus dilakukan dengan melibatkan pemerintah. Sehingga menyebabkan ekonomi Uni Soviet tidak maju karena tidak adanya kreativitas.
Kemudian pengelolaan kas negara Uni Soviet lebih difokuskan untuk negara lain sebagai pendukung di Internasional daripada untuk kesejahteraan rakyat. Kondisi ekonomi ini berbanding dengan Amerika Serikat yang merupakan musuh beratnya.
Kondisi di Amerika Serikat memiliki taraf hidup yang lebih baik dibandingkan dengan Uni Soviet. Kemiskinan di Uni Soviet inilah yang menjadi salah satu penyebab runtuhnya Uni Soviet.
4. Kebijakan Gorbachev
Di saat kondisi Uni Soviet yang sudah mulai kacau balau, kemudian muncul pemimpin baru bagi Uni Soviet yang bernama Mikhail Gorbachev. Ia yang saat itu berhasil menduduki kursi Partai Komunis Uni Soviet memiliki kebijakan untuk mereformasi sistem dari negara Uni Soviet yang disebut "percepatan ekonomi".
Namun nyatanya perekonomian Uni Soviet malah semakin memburuk akibat kebijakan Gorbachev karena kebijakannya itu dinilai tidak efektif dan justru malah melemahkan negara Uni Soviet. Memang sistem negara Uni Soviet sudah mulai memburuk tetapi dengan kebijakan Gorbachev inilah membuat sistem negara seolah-olah mati.
5. Bubarnya Pakta Warsawa
Pakta Warsawa merupakan perjanjian internasional untuk membentuk aliansi militer negara-negara Blok Timur di Eropa Timur. Pakta Warsawa dibentuk untuk mempersiapkan diri melawan pasukan dari Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Salah satu anggota dari Pakta Warsawa adalah Uni Soviet.
Pakta Warsawa pada akhirnya runtuh akibat dari Uni Soviet itu sendiri. Akibat kebijakan Gorbachev tentang reformasi pada Uni Soviet perlahan melemahkan pakta tersebut. Dengan runtuhnya Uni Soviet pada tanggal 26 Desember 1991 membuat pakta ini akhirnya juga ikut bubar.
Dari berbagai sumber
Post a Comment