Revolusi Kuba: Pengertian, Sejarah, Latar Belakang, Proses, dan Akhir Jalannya Revolusi Kuba
Revolusi Kuba |
Pengertian Revolusi Kuba
Revolusi Kuba adalah pemberontakan bersenjata melawan diktator Kuba Fulgencio Batista y Zaldívar yang ditunggangi Amerika Serikat pada tanggal 1 Januari 1959. Pemberontakan ini dimotori oleh Movimiento 26 de Julio atau Gerakan 26 Juli.
Movimiento 26 de Julio atau Gerakan 26 Juli merupakan organisasi revolusioner yang dinamai berdasarkan aksi pertamanya terhadap pemberontakan melawan Batista pada 26 Juli 1953 dengan pemimpin organisasi tersebut Fidel Alejandro Castro Ruz.
Sejarah Revolusi Kuba
Kuba memperoleh kemerdekaan pada tanggal 20 Mei 1902. Kemerdekaan Kuba diperoleh setelah mampu mengalahkan penjajahan Spanyol. Kemenangan Kuba mengusir Spanyol didapat setelah adanya bantuan dari Amerika Serikat. Walaupun sudah merdeka, tapi Kuba tidak memiliki kebebasan mengatur negaranya sendiri.
Hal tersebut disebabkan oleh pihak Amerika Serikat yang memberikan syarat kepada Kuba bahwa Amandemen Platt harus dimasukkan ke dalam konstitusi sebagai balas jasa karena membantu mengalahkan Spanyol. Akibatnya, Amerika Serikat dengan leluasa dapat melakukan intervensi terhadap Kuba.
Amandemen Platt adalah syarat-syarat yang diberikan Amerika Serikat terhadap Kuba. Syarat tersebut antara lain, Pemerintah Kuba sepakat memberikan hak kepada Amerika Serikat untuk melakukan intervensi dengan tujuan melindungi kemerdekaan Kuba dan menciptakan pemerintahan yang layak untuk melindungi kehidupan, hak milik dan kebebasan tiap individu.
Pada tanggal 20 Mei 1902, Tomas Estrada Palma diangkat sebagai presiden pertama Kuba dan penguasa militer Amerika serikat menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepadanya. Pada saat pemerintahan Tomas Estrada Palma, pemerintahan Kuba mengalami kemajuan. Program untuk memperbanyak jumlah guru dibandingkan dengan tentara memberikan dampak positif terhadap kemajuan Kuba.
Terpilihnya kembali Tomas Estrada Palma sebagai Presiden Kuba pada tahun 1906, memicu pergolakan rakyat Kuba. Pergolakan ini berlangsung selama tiga tahun. Pemerintahan Tomas Estrada Palma dilengserkan dan digantikan oleh presiden yang baru, Miguel Gomez, pada tahun 1909.
Hingga tahun 1933 siklus pemerintahan Kuba tidak berubah. Pemimpin yang berkuasa bertindak tidak sesuai aturan dan digantikan dengan pemerintahan yang baru. Begitu juga dengan presiden Fulqencio Batista yang menjalankan pemerintahan Kuba secara diktator. Pada masa pemerintahannya banyak terjadi tindakan korupsi.
Oknum polisi juga melakukan tindakan korupsi dengan menerima suap dari perjudian ilegal, narkoba dan pelacuran. Selain itu, kebijakan Fulgencio Batista untuk membuka perjudian kasino di Kuba mengundang mafia Amerika Serikat datang ke Kuba. Akibatnya kondisi rakyat menjadi semakin terpuruk.
Fidel Alejandro Castro Ruz dan Che Guevara
Fidel Castro adalah orang Kuba tergerak semangatnya untuk menghentikan rezim Fulgencio Batista. Pada tahun 1953 Fidel Castro mencoba melakukan upaya kudeta, tetapi gagal. Kegagalan itu berakibat pada di hukumnya Fidel Castro selama 15 tahun. Setelah dipenjara selama dua tahun, Fidel Castro mendapat amnesti umum. Pada tanggal 15 Mei 1955 Fidel Castro dibebaskan.
Penjara tidak menjadikan Fidel Castro menyerah berjuang untuk rakyat Kuba. Setelah keluar dari penjara, Fidel Castro kembali menghimpun kekuatan di Meksiko. Ketika di Meksiko, Fidel Castro bertemu dengan Che Guevara. Mereka berdua sering berdiskusi untuk membicarakan masalah imperialisme Amerika Serikat.
Fidel Castro dan Che Guevara memilik pemikiran yang sama. Mereka menentang penindasan, terutama dengan kebijakan Fulgencio Batista yang menyengsarakan rakyat Kuba. Che Guevara memutuskan untuk bergabung dengan Gerakan 26 Juli pada tahun 1956.
Latar Belakang Revolusi Kuba
Berdasarkan uraian sejarah di atas, terdapat beberapa faktor yang melatar belakangi pecahnya Revolusi Kuba di antaranya,
1. Faktor Internal.
Adanya kesewenangan Pemerintahan Fulgencio Batista di Kuba yang menyengsarakan rakyat.
Presiden Fulqencio Batista menjalankan pemerintahan Kuba secara diktator. Pada masa pemerintahannya banyak terjadi tindakan korupsi. Oknum polisi juga melakukan tindakan korupsi dengan menerima suap dari perjudian ilegal, narkoba dan pelacuran.
Kebijakan Fulgencio Batista membuat rakyat Kuba tidak senang terhadap dirinya. Kondisi tersebut terjadi karena adanya tindak korupsi, penindasan dan kebebasan yang sangat dibatasi serta adanya diskriminasi rasial yang selalu merugikan pihak orang berkulit hitam.
Selain itu, kebijakan Fulgencio Batista untuk membuka perjudian kasino di Kuba mengundang mafia Amerika Serikat datang ke Kuba. Akibatnya kondisi rakyat menjadi semakin terpuruk.
2. Faktor Eksternal
a. Adanya Intervensi dari Amerika Serikat
Intervensi bermula ketika tahun 1902 Amerika Serikat membantu Kuba dalam memperoleh kemerdekaan dari tangan Spanyol. Atas bantuannya, Amerika Serikat memberikan syarat kepada Kuba untuk memasukkan Amandemen Platt ke dalam konstitusinya.
Amandemen Platt menjadikan Kuba sebagai negara jajahan Amerika Serikat. Pemerintahan Kuba tidak dapat lepas dari intervensi Amerika Serikat dalam membuat kebijakan. Berdasarkan Amandemen Platt, Pemerintah Amerika Serikat berhak untuk ikut campur tangan dalam urusan pemerintahan Kuba dengan mengatasnamakan melindungi kehidupan, hak milik dan kebebasan tiap individu.
Pemerintah Kuba tidak dapat membuat perjanjian tanpa persetujuan dari Amerika Serikat. Begitu pula sebaliknya, pemerintahan Kuba tidak dapat membatalkan perjanjian tanpa persetujuan Amerika Serikat. Selain itu, Pemerintah Amerika Serikat mendapatkan wilayah untuk membangun pangkalan angkatan laut karena dianggap diperlukan untuk keamanan.
b. Peristiwa Politik Negara Sekitar Kuba
Revolusi Kuba juga didorong oleh peristiwa yang terjadi pada negara sekitar di antaranya,
a) Peristiwa penggulingan Jacobo Arbenz (Presiden Guatemala yang baru saja menang pemilihan umum)
Peristiwa ini bermula ketika Presiden Jacobo Arbenz melakukan Reformasi Agraria pada tanggal 17 Juni 1952. Pemerintahan Jacobo Arbenz mengambil tanah milik United Fruit Company sebanyak 4.000 hektar untuk dibagikan kepada rakyat Guatemala.
Menteri Luar Negeri Guatemala, John Foster Dulles, menentang Reformasi Agraria ini. Alasannya adalah kebijakan Presiden Jacobo Arbenz ini terlalu berat untuk ditanggung. Hal ini disebabkan karena dirinya juga merupakan pemegang saham dan pengacara United Fruit Company. John Foster Dulles kemudian menyusun langkah untuk menggulingkan pemerintahan Jacobo Arbenz.
Pada bulan Maret 1954, John Foster Dulles menuduh pemerintahan Jacobo Arbenz sebagai rezim komunis. John Foster Dulles dengan bantuan Central Intelligence Agency (CIA) menyiapkan pasukan tentara bayaran. CIA mengutus Carlos Castillo Armas untuk memimpin 700 orang tentara bayaran menyerang Guatemala. Presiden Jacobo Arbenz yang mengetahui tindakan John Foster Dulles segera mempersiapkan perlawanan.
Presiden Jacobo Arbenz menggerakkan tentara negara untuk melawan tentara bayaran yang didalangi John Foster Dulles. Walaupun berhasil mengalahkan tentara bayaran tersebut, keputusan Presiden Jacobo Arbenz menjadikan dirinya kehilangan dukungan dari rakyat karena tidak dilibatkan secara langsung dalam membela tanah airnya.
Akibat tekanan yang terlalu berat, Presiden Jacobo Arbenz mengundurkan diri dan digantikan oleh Carlos Castillo Armas sebagai Presiden Guatemala. Akibatnya, pemerintahan Guatemala kembali dikuasai Imperialis Amerika Serikat dan pemilik tanah.
b) Reformasi Agraria di Meksiko pada tahun 1917
Revolusi Meksiko pertama kali terjadi pada tahun 1910 untuk menggulingkan pemerintahan Jendral Porfirio Diaz yang diktator.
Dalam sejarah revolusi, biasanya Peristiwa-peristiwa Revolusi/ peristiwa besar di tempat lain akan memberikan dorongan atau ilham kepada suatu negara yang terpuruk untuk melakukan sebuah perubahan.
Dua peristiwa besar di atas tampaknya juga telah memberikan dorongan kepada para pejuang revolusi untuk menindak kesewenang-wenangan Amerika Serikat dan Kediktatoran Fulgencio Batista untuk menuju perubahan Kuba ke arah yang lebih baik.
Proses berlangsungnya Revolusi Kuba
Revolusi Kuba kembali dimulai pada bulan Juli 1955, ketika Che Guevara bertemu dengan Fidel Castro di sebuah apartemen kecil di Calle Emparan. Pada pertemuan tersebut terjadi diskusi pemikiran antara Fidel Castro dengan Che Guevara yang melahirkan semangat baru untuk melakukan revolusi.
Fidel Castro melihat kecerdasan Che Guevara akan berguna untuk misi revolusinya di Kuba. Fidel Castro mengajak Che Guevara untuk bergabung dengan kelompoknya yang bernama Gerakan 26 Juli. Tanpa berpikir lama Che Guevara setuju bergabung dengan Gerakan 26 Juli sebagai tenaga medis.
Che Guevara sadar bahwa imperialisme Amerika Serikat adalah musuh utama rakyat Amerika Latin yang harus dilawan dengan senjata. Intervensi Amerika Serikat dalam pemerintahan Guatemala menjadikan Che Guevara semakin membenci Amerika Serikat.
Kebencian serupa juga dirasakan Fidel Castro yang tengah memperjuangkan revolusi bagi Kuba. Berdasarkan pemikiran yang sama ini kedua revolusioner bersatu untuk menghentikan imperialisme Amerika Serikat dari Kuba.
Che Guevara rela mengorbankan waktu, tenaga, pikiran bahkan jiwa dan raganya untuk Kuba yang bukan merupakan tanah airnya. Ketertarikan Che Guevara dalam Revolusi Kuba didukung oleh jiwa revolusioner yang sedang berkembang di dalam dirinya. Che Guevara bergabung dengan Gerakan 26 Juli karena panggilan hatinya untuk revolusi.
Keinginan Che Guevara ini dilatarbelakangi oleh peristiwa agresi militer di Guatemala yang sangat pahit. Che Guevara memutuskan bergabung dengan Gerakan 26 Juli dalam hitungan menit atau bisa dikatakan tanpa berpikir lama-lama.
Langkah pertama Fidel Castro adalah mendirikan Camp pelatihan Gerakan 26 Juli di pegunungan Chalco, Meksiko. Fidel Castro selanjutnya meminta Alberto Bayo untuk melatih Gerakan 26 Juli mengenai strategi berperang, terutama perang gerilya.
Alberto Bayo yang merupakan mantan Jenderal Spanyol memiliki banyak pengalaman mengenai perang gerilya. Pengalaman tersebut didapatnya di Maroko pada saat melawan bangsa Arab dan di Spanyol ketika terjadi perang saudara.
Alberto Bayo mengajarkan Gerakan 26 Juli mengenai pengaturan perang gerilya, keahlian menembak, teknik penghancuran dan strategi berperang lainnya. Che Guevara yang merupakan tenaga medis Gerakan 26 Juli juga ikut berlatih untuk menghadapi kemungkinan terburuk.
Tanpa disangka, ternyata Che Guevara cepat belajar dan terlihat lebih menonjol dibandingkan kemampuan anggota Gerakan 26 Juli lainnya. Setelah siap bertempur, Gerakan 26 Juli berangkat menuju Kuba.
Pada tanggal 25 November 1956, Che Guevara dan Fidel Castro beserta 80 anggota Gerakan 26 Juli berangkat dari pelabuhan Tuxpan, Meksiko, menuju Kuba dengan menggunakan Kapal Granma. Rute yang dipilih adalah dengan berlayar memutar jauh ke utara Kuba dan berlabuh di daerah yang dekat dengan pedesaan Niquero di Provinsi Oriente.
Sehari setelah berlayar, Kapal Granma dihantam badai. Kondisi tersebut semakin buruk karena Gerakan 26 Juli yang tidak biasa berlayar, Alhasil mereka mengalami mabuk laut.
Setelah tujuh hari menempuh perjalaan laut, Che Guevara berhasil sampai di Kuba pada tanggal 2 Desember 1956. Kapal Granma berlabuh di Pantai Las Coloradas. Kondisi Gerakan 26 Juli sangat memprihatinkan. Perbekalan telah habis, senjata yang tersisa hanya tinggal beberapa senapan, sabuk peluru dan sedikit amunisi yang basah.
Kedatangan pasukan Gerakan 26 Juli di Pantai Las Colorada telah diketahui oleh tentara Fulgencio Batista yang kemudian melaporkan kedatangan tersebut kepada Fulgencio. Keadaan ini sangat tidak menguntungkan terhadap Gerakan 26 Juli.
Selama tiga hari Che Guevara berjalan melewati rawa-rawa dengan kondisi lapar. Che Guevara beristirahat di Algeria de Pio Provinsi Niquero untuk memulihkan tenaga. Pada hari berikutnya, Che Guevara melanjutkan perjalanan. Ketika melintasi perkebunan tebu, tanpa diduga pesawat musuh tiba-tiba datang dan terbang rendah menembaki Gerakan 26 Juli.
Che Guevara bersama para pengikutnya terlibat dalam pertempuran yang tidak seimbang. Pasukan Fulgencio Batista jauh lebih unggul dari kekuatan pasukan Gerakan 26 Juli. Beruntung pada peristiwa ini Che Guevara dapat menyelamatkan diri.
Proses revolusi terus berjalan, Gerakan 26 Juli secara disiplin menyerang tentara Fulgencio Batista yang bersenjata lengkap. Pasukan yang terluka segera dilarikan ke rumah sakit darurat, sedangkan pasukan yang gugur segera dimakamkan. Walaupun dalam keadaan yang sulit, Strategi Che Guevara mampu membuat pasukan Fulgencio Batista kalah dan melarikan diri.
Adapun peristiwa penting selama revolusi di antaranya,
1. Penyerbuan La Plata.
Penyerbuan barak-barak tentara Fulgencio di La Plata yang dimenangkan oleh pihak Gerakan 26 Juli. Kemenangan ini semakin memperkuat Gerakan 26 Juli baik dalam bidang moral maupun dalam bidang persenjataan. Kemenangan didapat dengan cara pertempuran gerilya.
2. Penyerbuan Pos Pertahanan Fulgencio Di El Uvero.
Peristiwa ini berlangsung pada tanggal 27 Mei 1957. Kemenangan dapat diraih oleh pihak Gerakan 26 Juli. Che Guevara menggunakan strategi perang gerilya mendadak dan serentak menyerang pos pertahanan El Uvero dan terjadi pertempuran sengit selama tiga jam. Gerakan 26 Juli telah melakukan persiapan yang matang untuk aksi El Uvero sehingga kemenangan mampu didapat.
3. Penyerbuan Sierra Maestra oleh Pasukan Fulgencio.
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 25 Mei 1958. Serangan besar-besaran yang dilakukan Fulgencio ke wilayah pegunungan Sierra Maestra dengan mengerahkan sepuluh ribu tentara untuk melawan 321 orang Gerakan 26 Juli. Berdasar perbandingan jumlah pasukan yang dihadapi, satu orang Gerakan 26 Juli harus melawan tiga puluh tentara Fulgencio Batista.
Penyerbuan yang dilancarkan Fulgencio dapat diredam oleh gerakan 26 Juli. Kemenangan gerakan 26 Juli dikarenakan buruknya kemampuan tempur pasukan Fulgencio Batista.
Pada tanggal 30 Desember 1958, Che Guevara berhasil merebut titik-titik yang berbeda di kota. Komunikasi antara pusat Kota Santa Clara dengan kereta api yang mengangkut senjata total terputus. Dengan menghancurkan rel di persimpangan jalur, Gerakan 26 Juli mampu memaksa kereta api tersebut keluar jalur.
Akibatnya, Gerakan 26 Juli dapat melancarkan serangan efektif dan secara cepat dapat menguasai kereta api tersebut. Che Guevara juga berhasil merebut kantor polisi dan merampas semua tank di kantor polisi tersebut.
Pada saat itu, hanya benteng terbesar di Ibukota Kuba, Garnisun Leocio Vidal belum menyerah. Che Guevara menggerakkan Gerakan 26 Juli untuk mengepung Garnisun Leocio Vidal. Che Guevara mengirim Kapten Nunez Jiminez dan Rodriquez de la Vega sebagai perwakilan Gerakan 26 Juli untuk bernegosiasi penyerahan benteng.
Akhir Jalannya Revolusi Kuba
Fulgencio Batista telah melarikan diri ke Republik Dominika. Pelarian ini merupakan tanda bahwa rezim Fulgencio Batista telah berakhir di Kuba. Kemudian Che Guevara memasuki Ibukota Havana pada tanggal 1 Januari 1959. Setelah Ibu Kota berhasil direbut, kemudian Fidel Castro mengumumkan kemenangan revolusi di hadapan ribuan massa. Maka sejak saat itu tanggal 1 Januari ditetapkan sebagai Hari Revolusi Negara Kuba.
Dari berbagai sumber
Post a Comment