Perang Maluku: Pengertian, Tokoh, Kronologi, Serangan Balik, dan Kekalahannya
Perang Maluku |
Pengertian Perang Maluku
Perang Maluku adalah perjuangan pembebasan rakyat Maluku melawan penjajahan kolonialisme Hindia Belanda. Perlawanan terhadap penjajahan kolonial Hindia Belanda ini telah dimulai sejak kedatangan bangsa barat ke Indonesia dan membentuk kongsi dagang antar pedagang Hindia Belanda bernama Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC).
Berdasarkan Convention of London (1814), daerah Maluku diserahkan Inggris kepada Belanda. Belanda kemudian menerapkan praktek monopoli perdagangan di wilayah ini, dan melakukan tindakan-tindakan lain yang sangat merugikan rakyat Maluku.
Adapun, tindakan yang merugikan masyarakat Maluku antara lain pajak atas tanah (landrente), pemindahan penduduk serta pelayaran Hongi (Hongitochten) dan ekstrirpasi yaitu aksi penebangan pohon pala dan cengkeh yang melanggar aturan monopoli.
Kapitan Pattimura
Akibat penderitaan yang dialami rakyat maluku, akhirnya mereka bangkit mengangkat senjata di bawah pimpinan Thomas Matulessy yang lebih dikenal sebagai Kapitan Pattimura. Pada saat pecah perang melawan penjajah, raja-raja Patih, Para Kapitan, Tua-tua Adat dan rakyat mengangkatnya sebagai pemimpin dan panglima perang karena berpengalaman dan memiliki sifat-sifat kesatria.
Pertempuran yang menghancurkan pasukan Belanda tercatat seperti perebutan benteng Belanda Duurstede di Saparua, pertempuran di pantai Waisisil dan jasirah Hatawano, Ouw- Ullath. Kemenangan yang gemilang menambah semangat juang rakyat Maluku, sehingga perlawanan meluas ke daerah lainnya seperti Jazirah Hitu di Pulau Ambon dan Seram Selatan.
Kronologi Perang Maluku
Kembalinya Maluku di tangan Belanda tidak hanya urusan politik kekuasaan, kebijakan ekonomi berupa monopoli rempah-rempah membuat rakyat di sana geram. Tambah lagi, aturan tentang hak bagi pemerintah untuk memusnahkan pala dan cengkih yang tidak mengikuti aturan monopoli semakin memperburuk ekonomi.
Selain itu, kebijakan lainnya seperti kerja wajib, pajak terhadap pemerintah belanda, uang kertas pengganti logam pribumi yang menimbulkan kebingungan. Terakhir, pribumi Maluku banyak yang harus mengikuti dan menjadi serdadu atau tentara belanda tanpa sesuai keinginan.
Semua itu adalah alasan yang sangat kuat untuk rakyat Maluku melakukan perlawanan secara besar-besaran. Tepat pada tanggal 15 Mei 1817 perang bermula dengan sebuah serangan malam terhadap Pos Perahu yang berada di Pelabuhan Porto.
Perahu-perahu milik pemerintahan yang baru 2 tahun berkuasa itu habis terbakar dan menciptakan kerugian besar karena jelas akan menghambat perdagangan dan berbagai keperluan laut lainnya.
Sejarah perang Pattimura tidak hanya berhenti pada serangan besar itu, keesokan harinya mereka mengepung Benteng Duurstede dan melakukan serangan besar-besaran kembali. Salah satu benteng utama itu pun berhasil takluk dan berhasil masyarakat kuasai dengan terbunuhnya seorang Residen bernama Van Den Berg beserta perwira-perwira penting lainnya.
Semua perlawanan tersebut berada di bawah pimpinan Pattimura atau terkenal dengan nama Kapitan Patimura oleh karena itu perang besar tersebut bernama perang Pattimura.
Serangan Balik Belanda
Melihat perlawanan dan pengaruhnya yang sangat besar terhadap kekuasaan belanda dari serangan pasukan Kapitan Pattimura dan rakyat Maluku membuat mereka tidak bisa diam. Tidak berselang lama pada tanggal 20 Mei 1817, Belanda mengirimkan pasukan dengan persenjataan lengkap untuk melakukan penumpasan.
Pasukan penjajah dengan pimpinan Mayor Beetjess akhirnya melakukan pertempuran besar-besaran di daerah Saparua. Perlawanan yang rakyat berikan juga sangat besar hingga membuat pasukan penjajah itu kewalahan dan mengalami kekalahan.
Mayor Beetjess sebagai pemimpinnya mati tertembak dan pasukan Pattimura menumpas habis serdadu-serdadu yang tersisa di sana. Sejarah perang Pattimura masih berlanjut dengan semangat yang semakin berkobar dan perlawanan yang semakin besar.
Sampai pada akhirnya Nedderland meminta bantuan tambahan pasukan dari Ambon untuk membendung serangan rakyat Maluku. Tentara bantuan Ambon tersebut berada di bawah pimpinan Kapten Lisnet & Mayer, mereka berhasil sampai pada November 1817.
Pada bulan itu juga tentara dari Ambon tersebut melakukan serangan balik terhadap pertahanan inti Pasukan Pattimura dan Benteng Duurstede. Karena terdesak, akhirnya Benteng Duurstede kembali jatuh beserta banyak daerah-daerah lainnya ikut jatuh dalam waktu yang tidak lama.
Kekalahan Perang Maluku
Kekalahan rakyat Maluku tidak semata-mata berawal dari datangnya tentara tambahan yang berasal dari Ambon. Salah satu penyebab paling utama adalah adanya pengkhianatan dari tubuh sendiri, seperti terdapat pada buku Pattimura-Pattimura Muda Bangkit Memenuhi Tuntutan Sejarah.
Dalam buku karya David Mattulessy (1979) tersebut disebutkan kalau Belanda melakukan politik pecah-belah atau bernama Devie et Impera dan seperti mengakhiri sejarah perang Pattimura. Tokoh-tokoh rakyat yang tidak menyukai Pattimura berhasil terpengaruh dan terpecah belah, tokoh tersebut antara lain Pati Akoon dan Dominggus Thomas Tuwanakotta.
Akibatnya strategi pasukan Pattimura beserta rakyat Maluku bocor sehingga membuat Melanda satu Langkah lebih dulu dalam penyerangan yang membuat masyarakat Maluku terdesak itu. Selain strategi yang bocor ke tangan Belanda, informasi dari tokoh-tokoh yang terpengaruh itu akhirnya membuat Pattimura tertangkap di Siri Sori, Maluku Tengah pada 11 November 1817.
Akhirnya pada 16 Desember 1817 Pattimura mendapat hukuman mati dengan cara digantung karena tidak mau menerima tawaran Kerjasama sama sekali sekaligus mengakhiri perjuangannya.
Dari berbagai sumber
Post a Comment