Migrasi: Pengertian, Ruang Lingkup, Durasi, Faktor Penyebab, Model, dan Dampaknya

Table of Contents
Pengertian Migrasi
Migrasi

Pengertian Migrasi

Migrasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah perpindahan penduduk dari satu tempat (negara dan sebagainya) ke tempat (negara dan sebagainya) lain untuk menetap. Bila melewati batas suatu negara maka disebut dengan migrasi internasional. Sedangkan migrasi dalam negeri merupakan perpindahan penduduk yang terjadi dalam batas wilayah suatu negara, baik antar daerah ataupun antar provinsi, seperti urbanisasi dan transmigrasi.

Migrasi umumnya dilakukan untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik, entah itu dari segi ekonomi, sosial, maupun religius. Migrasi merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi kepadatan dan persebaran penduduk. Wilayah yang lebih menarik untuk para migran akan memiliki kepadatan penduduk yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah yang tidak menarik.

Migrasi juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Migrasi yang tinggi akan menyebabkan pertumbuhan penduduk yang tinggi pula sedangkan angka emigrasi yang tinggi justru akan menyebabkan pertumbuhan penduduk negatif.

Ruang Lingkup Migrasi

Terdapat dua ruang lingkup migrasi secara umum di antaranya,
1. Migrasi Internal
Migrasi internal bersifat antar wilayah namun tetap berada di dalam negara yang sama. Pada kasus migrasi internal, umumnya perpindahan terjadi dari wilayah yang kurang berkembang secara ekonomi ke wilayah yang berkembang secara ekonomi. Salah satu contohnya adalah perpindahan penduduk ke kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya dari desa-desa di sekitarnya.

Berikut beberapa contoh kasus migrasi internal di antaranya,
a. Perpindahan rural-urban. Perpindahan ini kerap disamakan dengan urbanisasi dan merupakan salah satu faktor pendorong pertumbuhan populasi kota yang tinggi serta lambatnya kemajuan di desa-desa.
b. Perpindahan regional terjadi antar provinsi, kabupaten, atau antar pulau. Perpindahan ini umumnya disebabkan karena faktor ekonomi, sosial, atau keluarga.
c. Perpindahan intra-urban/dalam kota. Perpindahan ini terjadi ketika kita tetap berada dalam kota yang sama namun berubah posisinya. Contohnya adalah ketika kita melakukan commuting atau berpindah rumah.
d. Perpindahan dari kota konurbasi atau kota besar. Perpindahan ini umumnya terjadi pada pensiunan atau pekerja yang lelah dengan kehidupan perkotaan yang sangat dinamis dan penuh stress. Perpindahan ini juga dikenal sebagai urban-rural.
e. Perpindahan karena faktor politis/kebijakan. Perpindahan ini umumnya disebabkan oleh kebijakan yang memaksa, menarik, atau mendorong seseorang untuk pindah. Kebijakan tersebut dapat berupa transmigrasi, pemberian upah jika ingin bermigrasi, atau paksaan relokasi kepada masyarakat tertentu.
 
2. Migrasi Eksternal
Migrasi eksternal meliputi perpindahan antar negara. Secara politis, proses migrasi lebih dipengaruhi oleh kebijakan negara tujuan dibandingkan dengan negara asal. Dokumen-dokumen yang harus dibawa dan persyaratan lainnya menjadi kendala bagi terjadinya migrasi eksternal.

Migrasi eksternal umumnya terjadi antara negara yang maju dengan negara yang berkembang. Banyak pekerja atau dari negara berkembang memilih untuk tinggal di negara maju sembari bekerja atau melanjutkan studi, namun banyak juga pekerja dari negara maju yang ditempatkan di negara berkembang dan merasa nyaman, sehingga melanjutkan untuk tinggal di situ.

Berikut beberapa contoh migrasi eksternal di antaranya,
a. Pengungsi dapat dianggap sebagai migrasi terpaksa yang bermigrasi secara eksternal ketika dia berpindah negara untuk mendapatkan suaka. Contoh paling nyata dari pengungsi ini adalah para pengungsi Rohingya, Suriah, serta minoritas-minoritas Afrika yang terpapar perang sipil dan konflik kekuasaan.
b. Pekerja ekspatriat dapat dianggap sebagai migrasi eksternal karena dia berpindah negara untuk bekerja. Contohnya adalah insinyur perminyakan dari Amerika yang bekerja untuk Shell dan ditempatkan di Kuwait.
c. Pelajar yang menempuh pendidikan tinggi di luar negeri dapat dianggap sebagai migran eksternal. Contohnya adalah pelajar Indonesia yang sedang berkuliah di Inggris
d. Pensiunan dapat dianggap sebagai migran eksternal ketika dia pensiun di negara lain selain negara asalnya. Contohnya adalah pensiunan asal Amerika yang pensiun di Swiss karena menyukai alamnya.
 
3. Migrasi Terpaksa
Migrasi terpaksa tidak terkait lingkup spasial seperti internal dan eksternal namun lebih dipengaruhi lingkup kemauan. Seorang migran dapat dibilang terpaksa ketika dia dipaksa baik secara langsung ataupun tidak langsung untuk berpindah dari tempat tinggalnya.

Contoh nyata dari migrasi terpaksa adalah pengungsi yang pergi dari daerah peperangan di Suriah dan Afrika. Selain itu, pengungsi yang pergi dari wilayah bencana seperti Lombok dan Palu juga dapat dianggap sebagai migran terpaksa. Karena, pada dasarnya, mereka tidak mau meninggalkan tempat tinggalnya, hanya saja karena terjadi perang atau bencana, mereka terpaksa mencari tempat yang lebih aman.

Durasi Migrasi

Migrasi memiliki durasi yang berbeda-beda. Meskipun menurut BPS, seseorang harus tinggal di suatu tempat dalam rentang waktu tertentu untuk dianggap sebagai migrasi, ada pula yang berpendapat bahwa setiap kegiatan bepergian melewati batas wilayah adalah migrasi.

Demikian, umumnya terdapat 4 kategori migrasi jika dilihat dari jangka waktu menetapnya di antaranya,
1. Migrasi Permanen
Migrasi dianggap permanen ketika para migran bermigrasi untuk selamanya, atau berniat untuk menetap pada wilayah tersebut selamanya. Berikut beberapa contoh migrasi permanen di antaranya,
a. Transmigrasi
b. North-South shift di Inggris
c. Urbanisasi ke kota-kota besar
d. Perdagangan budak
e. Perpindahan dari negara koloni ke negara inang
f. Migrasi antar negara
 
2. Migrasi Semi Permanen
Migrasi dianggap semipermanen ketika para migran hanya berniat untuk menetap selama beberapa tahun pada wilayah tujuannya. Migrasi ini umumnya terjadi pada pelajar yang belajar di daerah/negara lain, pekerja dengan penempatan luar kota/negeri, serta diplomat dan korps diplomatiknya.

Contoh migrasi semipermanen di antaranya,
a. Korps diplomatik
b. Pekerja ekspatriat
c. Mahasiswa & Pelajar
 
3. Migrasi Musiman
Migrasi dapat dikategorikan sebagai musiman ketika para migran hanya menetap selama beberapa minggu atau bulan pada tempat tujuannya. Migrasi seperti ini umumnya terjadi pada saat musim panen di mana para petani dan tuan tanah membutuhkan tenaga tambahan untuk memanen tumbuhan selama durasi musim panen.

Oleh karena itu, para petani membuka lapangan kerja bagi para buruh tani yang ingin membantu panen. Penambahan lapangan pekerjaan ini menciptakan faktor penarik migrasi. Setelah musim panen, pekerja tambahan tersebut akan digaji dan mereka pun kembali ke tempat asalnya.

Contoh lain migrasi musiman adalah mahasiswa yang menempuh pendidikan tinggi di universitas luar kota dengan jarak yang cukup jauh. Misalnya mahasiswa tersebut berasal dari Papua dan berkuliah di Bandung.

Karena faktor jarak dan harga transportasi yang tinggi, mahasiswa tersebut hanya dapat pulang pada saat libur semester, sehingga dalam setahun, dia akan menetap selama 2 semester di Bandung.
 
4. Migrasi Komuter/Ulang-alik
Migrasi dan komuter secara fundamental memiliki perbedaan dalam jangka waktu dan tujuan berpindahnya. Migrasi untuk menetap atau semi menetap sedangkan komuter untuk datang/singgah saja. Namun, pada kasus ini, akan disimplifikasi sehingga komuter dan migrasi dianggap sama, yaitu perpindahan tempat, hanya saja durasi waktu dan tujuannya berbeda.

Komuter umumnya terjadi pada pekerja dan mahasiswa yang memiliki tempat tinggal pada wilayah yang berbeda dengan tempat kerja/kuliahnya. Contohnya adalah pekerja yang tinggal di Tangerang dan bekerja di DKI Jakarta atau mahasiswa yang tinggal di Cimahi dan berkuliah di Bandung.

Faktor Penyebab Migrasi

Setidaknya terdapat beberapa tujuan orang- orang melakukan migrasi di antaranya,
1. Kurangnya lapangan pekerjaan
Salah satu penyebab atau pendorong terjadinya migrasi adalah alasan sedikitnya lapangan pekerjaan yang ada di daerah asal. Semua orang bisa memenuhi kebutuhan hidup hanya jika mereka bekerja. Bekerja untuk mendapatkan uang dan bisa dibelanjakan kebutuhan sehari- hari. apabila di daerahnya sulit untuk mendapatkan pekerjaan, lalu bagaimana seseorang bisa bekerja.

Apabila di daerahnya memang tidak ada lapangan pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya dan jika berwirausaha pun dirasa tidak cocok, maka seseorang akan melakukan migrasi. Migrasi ini tentu saja akan mencari tempat yang kiranya banyak terdapat lowongan kerja yang sesuai, atau mampu menjadi tempat strategis untuk menjalankan suatu usaha.

Tak heran maka penduduk di Jawa banyak sekali yang migrasi ke luar Jawa, hal ini karena luar Jawa belum mempunyai banyak pesaing, jadi jika seseorang membuka usaha di luar Jawa, dia akan mendapatkan untung yang lebih besar.

2. Kepadatan penduduk
Alasan lainnya seseorang melakukan migrasi adalah karena adanya kepadatan penduduk yang terlalu padat di daerah asal. Kepadatan penduduk ini menyebabkan seseorang hidup kurang nyaman, banyak persaingan sehingga sebagian akan sulit mendapatkan pekerjaan. Karena sulit mendapatkan pekerjaan, maka banyak orang yang akan melakukan berbagai macam tindak kriminal.

Selain itu masih banyak pula hal- hal yang dapat terjadi karena kepadatan penduduk yang berlebihan. Karena kelebihan penduduk inilah beberapa orang memutuskan untuk pindah ke daerah yang tidak terlalu padat. Selain akan mendapatkan suasana hidup yang baru, hal semacam ini juga sangat baik untuk mendukung program pemerataan penduduk.

3. Sumber daya alam yang kurang
Sebagian penduduk yang berpindah ke tempat lain dikarenakan sumber daya alam yang kurang memadai. Misalnya saja di suatu tempat keadaan tanahnya gersang sehingga ketika ditanami tumbuhan maka tidak mudah tumbuh subur, atau karena keadaan tanah dan udaranya suatu tempat hanya mempunyai sumber daya alam yang sangat sedikit. Hal ini akan menyulitkan apabila digunakan oleh sejumlah banyak orang.

Beberapa orang mungkin tidak akan kebagian apabila jumlah sumber daya alam telah habis. Maka dari itulah daripada harus hidup dalam keterbatasan, seseorang mungkin akan lebih memilih pindah ke tempat lain yang memiliki sumber daya alam yang jumlahnya lebih banyak. Dengan demikian kebutuhan akan sumber daya alam tersebut menjadi terpenuhi.

4. Keinginan memperbaiki taraf hidup
Sebagian besar atau pada umunya alasan mengapa seseorang lebih memilih pindah tempat tinggal di daerah lain adalah karena alasan ekonomi. Salah satunya adalah keinginan untuk memperbaiki taraf hidup menjadi lebih baik. Hal ini biasanya dirasakan oleh warga desa, di mana ia tidak kunjung mendapatkan pekerjaan. Sudah melamar namun tidak diterima karena persaingan yang ketat, namun lapangan kerjanya sedikit.

Karena tidak kunjung mendapatkan pekerjaan di desa, maka orang tersebut akan merantau ke kota dengan harapan segera memperoleh pekerjaan. Hal ini bukan hanya pendapat saja, namun fakta. Di Indonesia sendiri, fenomena seperti ini terjadi setiap tahun. Banyak orang dari desa akan pergi ke kota dengan tujuan mencari pekerjaan. Pada awalnya merantau, namun lama kelamaan ia akan mengajak keluarganya dan kemudian mencari tempat tinggal untuk menetap di kota di mana ia bekerja.

5. Melanjutkan pendidikan
Keinginan untuk mendapatkan pendidikan bagus dan jenjang yang lebih tinggi membuat seseorang melakukan migrasi. Misalnya di luar Jawa fasilitas pendidikan belum lengkap, dan seseorang ingin melanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi. Kebetulan jurusan yang diinginkan hanya ada di universitas di Jawa, maka tidak menutup kemungkinan orang tersebut akan melakukan migrasi.

Perpindahan penduduk yang termasuk migrasi, mempunyai minimal waktu sesingkat- singkatnya adalah enam bulan. Jadi, apabila seseorang pindah selama dia dalam proses pendidikan (artinya beberapa tahun) dan setelah lulus akan kembali lagi ke daerah asalnya, selama dia menetapnya lebih dari enam bulan, maka bisa dikatakan sebagai migrasi.

6. Perbedaan pendapat dan politik
Ada pula beberapa penyebab masyarakat dalam melakukan migrasi karena hal yang negatif. Misalnya adalah karena seseorang memiliki perbedaan pendapat dengan orang lain atau sebagian besar masyarakat, seperti karena masalah politik, perbedaan partai yang diusung, calon presiden yang didukung, atau yang lainnya yang menyebabkan masalah mengular dan tak kunjung selesai.

Hal ini tentu akan menjadikan orang tersebut tertekan sehingga lebih memilih untuk meninggalkan daerah asal menuju ke daerah lainnya yang mana dia tidak akan merasa terancam. Atau daerah yang mempunyai pendapat yang sama dengannya. Meskipun sedikit berlebihan, namun hal seperti ini terkadang memang kita temui di negara kita.

7. Hubungan sosial yang tidak baik
Masih karena hal yang tidak baik, seseorang bisa memutuskan untuk pindah ke tempat lain karena di tempat tinggalnya ia merasa mendapatkan ancaman atau tekanan sehingga membuat hidupnya tidak nyaman dan tidak tenang. Memang benar setiap masalah harus diselesaikan, namun apabila seseorang merasa tidak bisa menyelesaikan, terkadang ia lebih memilih untuk  pergi dari tempat itu dan pindah ke tempat yang lainnya. Hal ini demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

8. Alasan agama
Ada juga beberapa orang yang memilih pindah tempat tinggal dikarenakan urusan agama. Misalnya di tempat tinggalnya hak untuk memeluk keyakinan yang diinginkan kurang kuat, atau masyarakatnya terlalu fanatik sehingga tidak tenteram apabila seseorang itu tinggal di tempat tersebut. Hal semacam ini tampaknya sekarang lebih sering terjadi.

Banyak bagian- bagian dari suatu agama yang melahirkan paham baru. Ketika seseorang ingin mengikuti paham tersebut, maka masyarakat tidak mendukungnya, akibatnya sering terjadi pertengkaran. Nah untuk menghindari pertengkaran itu seseorang akan lebih baik berpindah ke tempat lain. Ada pula yang sengaja melakukan migrasi ke tempat lain untuk tinggal dengan komunitas agama yang dianutnya, meskipun di tempat yang lama dia tidak mendapat masalah.

9. Keadaan geografis yang tidak cocok
Keadaan geografis atau lingkungan yang kurang cocok juga menjadi salah satu penyebab seseorang melakukan migrasi. Misalnya saja seseorang mempunyai penyakit asma yang akan kambuh apabila dia berada di udara yang dingin. Dan orang itu tinggal di lingkungan pegunungan yang udara paginya sangat dingin. Kemungkinan orang tersebut tiap pagi akan menderita asma bisa saja terjadi.

Dengan demikian, orang tersebut mungkin akan berpikir untuk pindah di tempat lain, di mana udara di sekitarnya tidak terlalu dingin. Selain itu, wilayah yang dikepung oleh hutan dengan jalan akses yang sulit juga akan memaksa seseorang untuk berpikir pindah ke tempat lain. Atau contoh yang lainnya.

10. Pemerataan penduduk
Migrasi tak selamanya berasal dari keinginan penduduk. Adakalanya seseorang melakukan migrasi karena menjalankan program dari pemerintah. Misalnya pemerintah ingin memeratakan jumlah penduduk agar tidak terpusat di pulau Jawa. Untuk mencapai tujuan ini maka pemerintah harus mengambil penduduk dari pulau Jawa untuk dibawa ke luar Jawa. Hal ini bisa terealisasi apabila banyak warga masyarakat dari Pulau Jawa bersedia dipindahkan ke luar Jawa.
 

Model Migrasi

Prinsip Migrasi Ravenstein
Ravenstein mengamati bahwa perilaku migrasi orang-orang mengikuti pola tertentu. Pola-pola tersebut dituangkan dan disarikan menjadi prinsip migrasi. Berikut prinsip migrasi Ravenstein di antaranya,
1. Migran lebih suka berpindah ke tempat yang dekat. Semakin jauh jarak tempat tujuan, semakin sedikit jumlah migran yang akan berpindah ke sana
2. Migrasi terjadi dalam gelombang dan sedikit-sedikit, tidak langsung banyak. Selain itu, terdapat pula arus lawan (urbanisasi dan counter-urbanisasi).
3. Emigrasi adalah kebalikan dari imigrasi
4. Migrasi adalah perpindahan masuk atau keluar dari suatu wilayah, net migrasi adalah nilai selisih antara yang keluar dengan yang masuk
5. Migran yang bermigrasi melewati jarak jauh cenderung berakhir di kota industri atau pusat ekonomi
6. Perempuan bermigrasi lebih sering dibandingkan dengan pria, namun pria menempuh jarak yang lebih jauh ketika bermigrasi
7. Penduduk kota cenderung lebih malas bermigrasi dibandingkan dengan penduduk desa.

Selain prinsip tersebut, terdapat beberapa tambahan prinsip dalam migrasi Ravenstein di antaranya,
1. Migrasi umumnya terjadi secara bertahap.
2. Orang-orang semakin banyak meninggalkan daerah pedesaan
3. Orang-orang bermigrasi umumnya karena masalah ekonomi
4. Rata-rata migran berumur 20-34 tahun
5. Terkecuali perpindahan jarak dekat, pada negara berkembang, laki-laki memiliki mobilitas migrasi yang lebih tinggi
6. Semakin banyak migran yang tidak dapat menemukan tempat tinggal pada daerah tujuannya sehingga menyebabkan terbentuknya daerah kumuh atau slum area.
 

Dampak Migrasi

Dampak Positif Migrasi
Pada kasus ini, dampak positif akan dilihat dari perspektif global dan lokal. Perspektif global menyoroti dampak positif dari migrasi eksternal masyarakat Indonesia serta imigrasi pekerja asing yang masuk ke Indonesia. Perspektif lokal akan menyoroti dampak migrasi internal yang dilakukan masyarakat Indonesia antar provinsi, kota, kabupaten, atau satuan wilayah lainnya.

Ketika Emas Ditemukan, Orang akan Berbondong-Bondong Bermigrasi ke Daerah Tersebut, Menciptakan Sebuah Boomtown.
Global
1. Pembentukan komunitas diaspora yang nantinya dapat menjadi tokoh pembangun negeri
2. Pemicu transfer ilmu dari institusi pendidikan dan riset luar negeri
3. Menjadi sumber remmitance
4. Migran asing ekspatriat akan meningkatkan kualitas pekerjaan serta produktivitas dalam bidang-bidang tertentu yang dikuasainya
5. Menjadi salah satu sarana pertukaran budaya dan propagasi budaya Indonesia di luar serta budaya luar di Indonesia.
 
Lokal
1. Menjadi sarana pertumbuhan penduduk bagi boomtown dan kota-kota yang memiliki konsentrasi industri tinggi. Kota-kota tersebut memerlukan pekerja dalam jumlah banyak sehingga perlu migrasi.
2. Menjadi salah satu faktor yang diharapkan dapat mensuplai tenaga kerja di kawasan ekonomi khusus. Diharapkan migran akan datang ke kota-kota di sekitar KEK untuk bekerja di KEK tersebut.
3. Migrasi dapat meningkatkan keberagaman budaya dalam suatu wilayah. Hal ini dikarenakan penduduknya berasal dari berbagai wilayah, sehingga terwujdukanlah slogan berbeda-beda tetap satu.
4. Migrasi dapat menunjang pertumbuhan ekonomi. Proses migrasi memerlukan banyak uang sehingga memunculkan bisnis-bisnis penunjang seperti travel agent dan jasa pindah rumah
5. Migrasi dapat menjadi sarana pemerataan penduduk jika dikontrol dengan baik oleh pemerintah dan lembaga terkait
6. Migrasi menciptakan kebutuhan fasilitas dan perumahan pada wilayah yang dituju. Hal ini akan mendorong pertumbuhan industri konstruksi dan konsultasi pada wilayah yang dituju
7. Migrasi dapat meningkatkan arus kas kepada daerah asal migran. Ketika migran tersebut bekerja di kota, dia akan mengirimkan uang ke daerah asalnya untuk menyokong kehidupan keluarga atau orangtuanya. Hal ini meningkatkan sirkulasi uang yang beredar di daerah asal.
 
Dampak Negatif Migrasi
Sama seperti dampak positif, dampak negatif juga akan dilihat dari dua perspektif, global dan lokal. Perspektif global akan berfokus pada dampak negatif migrasi penduduk luar negeri ke Indonesia dan sebaliknya, sedangkan lokal akan berfokus pada dampak negatif migrasi penduduk antar satuan wilayah di Indonesia.
Global
1. Migrasi secara global dapat menyebabkan fenomena brain drain pada negara asal. Fenomena ini terjadi ketika orang-orang pintar dari negara asal pergi ke negara maju untuk mengejar karier dan pendidikan, namun tidak kembali membangun negeri.
2. Migrasi akan menyebabkan konflik antar negara apabila migrasi tersebut bersifat tidak terkontrol dan terjadi secara illegal. Contoh nyata dari ini adalah Meksiko dengan Amerika Serikat serta Spanyol dengan Maroko dan negara-negara Afrika.
3. Dapat menyebabkan degradasi budaya lokal dikarenakan terlalu banyak penduduk asing yang membawa budayanya. Hal ini dapat dilihat di kota-kota Internasional yang sudah menjadi tempat berkumpul orang-orang dari berbagai belahan dunia. Contoh kota tersebut antara lain adalah Denpasar, Jakarta, Bangkok, Chiang Mai, serta kota-kota besar lainnya
 
Lokal
1. Dapat menyebabkan overpopulasi pada kota-kota besar yang menjadi primadona tujuan migrasi. Contoh yang baik dari fenomena ini adalah Jakarta dan Bandung. Kedua kota ini merupakan kota besar yang memiliki aktivitas ekonomi berkembang dan kualitas hidup yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah sekitar. Oleh karena itu, banyak migran yang berdatangan ke kedua kota ini, sehingga industri perumahan tidak cukup sigap dalam memenuhi permintaan rumah. Hal ini akan menyebabkan terjadinya wilayah kumuh atau slum area.
2. Dapat menyebabkan brain drain secara lokal. Orang-orang hebat dari desa akan cenderung pindah ke kota sehingga tidak dapat membangun desa.
3. Penurunan populasi desa menyebabkan aktivitas ekonomi dan sosial di desa menjadi stagnan. Selain itu, pemerintah juga akan lebih mengabaikannya karena terdapat wilayah-wilayah lain yang memiliki populasi lebih besar dan dianggap lebih penting.
4. Migrasi yang terjadi secara besar-besaran dapat mengganggu struktur sosial bagi daerah yang didatangi maupun daerah yang ditinggali.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment