Masa Perundagian: Pengertian, Sejarah, Ciri, Corak Kehidupan, Kepercayaan, Teknik Pengolahan Logam, dan Peninggalannya

Table of Contents

Sejarah Masa Perundagian
Masa Perundagian

Pengertian Masa Perundagian

Masa perundagian adalah periode akhir prasejarah atau yang lazim disebut Zaman Logam. Kata perundagian diambil dari kata dasar undagi, yang artinya seseorang yang memiliki keterampilan jenis usaha tertentu, seperti pembuatan gerabah, perhiasan, kayu, batu, dan logam. Manusia pendukung masa perundagian adalah bangsa Deutro Melayu, yang masuk ke Indonesia sekitar tahun 500 SM.

Ada yang menyebut era perundagian dengan istilah zaman perunggu, karena sebagian pakar mengklasifikasikan perunggu sebagai bagian dari logam. Tidak salah memang karena dari hasil penemuan yang didapatkan pun terdapat cukup banyak artefak dari olahan perunggu.

Para ahli meyakini manusia prasejarah melakukan pengolahan bijih-bijih logam ini dengan metode a cire perdue dan bivalve. Kedua teknik ini mempermudah pengolahan logam sehingga secara perlahan-lahan menggantikan batu-batuan.

Karakteristik utama manusia pada masa atau zaman perundagian adalah lahirnya tukang yang terampil. Pada masa ini, berbagai usaha dilakukan manusia menuju ke penyempurnaan kegiatan dalam bidang pertanian, peternakan, dan pembuatan gerabah.

Selain itu, hal-hal baru mulai ditemukan masyarakatnya, yang terpenting di antaranya adalah peleburan bijih logam dan pembuatan benda-benda dari logam.

Sejarah Masa Perundagian

Para ahli meyakini bahwa era perundagian terjadi pada tahun 500 sebelum Masehi. Manusia yang hidup di zaman ini sudah dapat mengolah bijih logam menjadi peralatan sehari-hari melalui teknik peleburan.

Namun teknik ini belum sempurna dan sehebat sekarang, melainkan masih menggunakan peralatan yang seadanya. Meski demikian, hasilnya luar biasa dan justru bisa bertahan hingga ribuan tahun kemudian.

Dimulainya masa perundagian ditandai dengan mulai dikenalnya bijih logam dan teknik peleburan logam oleh manusia primitif. Pada masa ini pula terjadi pembaruan beberapa ras manusia prasejarah yang menjalani kehidupan secara berkelompok, yaitu ras austromelanesia dan ras mongoloid.

Kemampuan kelompok ini dalam menciptakan peralatan logam menjadi mula munculnya teknologi undagi. Peralatan logam ini pun meningkatkan produktivitas dan daya saing mereka dibandingkan dengan manusia purba lain yang masih menggunakan peralatan batu.

Kebudayaan Perunggu
Persebaran kebudayaan perunggu di Indonesia dilakukan oleh ras Deutero Melayu, atau melayu kuno. Kebudayaan perunggu ini mereka bawa dari Dong Son, suatu desa di Lembah Song Hong, yang sekarang berada di daerah Vietnam.

Sejak tahun 1000an SM, desa itu menjadi salah satu pusat kebudayaan perunggu di benua Asia. Oleh karena itu, kebudayaan perunggu ini kerap dikenal sebagai kebudayaan dongson. Deutero Melayu masuk ke Indonesia sekitar tahun 300 SM dan menyebar ke berbagai pulau sambil memperkenalkan teknologi pembuatan peralatan berbahan perunggu.

Contoh hasil peninggalan Kebudayaan perunggu pada zaman perundagian adalah Nekara, Kapak Corong, Arca perunggu, perhiasan dan senjata perunggu.
 
Kebudayaan Besi
Kebudayaan besi terjadi ketika keterampilan undagi manusia menjadi semakin maju. Membuat peralatan dari besi membutuhkan keahlian membuat tanur besi, api yang cukup panas untuk melelehkan besi, membuat cetakan tempat penuangan cairan pijar besi, serta mengolah besi menjadi peralatan yang dibutuhkan.

Kebudayaan besi ini ditandai dengan munculnya profesi pandai besi dalam masyarakat masa undagi. Peralatan dari besi memang lebih kuat dan lebih tajam jika dibandingkan dengan peralatan berbahan dasar perunggu. Alat yang dibuat antara lain mata tombak, mata panah, cangkul, sabit, dan mata bajak.

Sayangnya, benda peninggalan dari kebudayaan besi tidak banyak ditemukan karena sifatnya mudah berkarat sehingga lebih mudah hancur dibandingkan dengan perunggu. Pada masa itu, belum ditemukan cairan-cairan penghambat oksidasi dan perkaratan pada besi.

Ciri Masa Perundagian

Para ahli meyakini bahwa era Perundagian dimulai kurang lebih 10.000 tahun lalu. Berikut ciri-ciri masa Perundagian di antaranya,
1. Berkemampuan dalam membentuk suatu kelompok kerja dalam bidang pertukangan.
2. Berkemampuan dalam membuat berbagai perkakas dari logam untuk alat-alat upacara, senjata, dan berbagai peralatan lainnya.
3. Telah mahir dalam teknik bersawah yang baik.
4. Kemakmuran pada waktu itu salah satunya disebabkan oleh perkembangan teknik pertanian, khususnya alat-alat besi seperti cangkul.
5. Membuat dan menggunakan perhiasan dari emas.
6. Memiliki kepercayaan Animisme dan Dinamisme.

Corak Kehidupan Masyarakat Perundagian

Corak kehidupan yang terdapat pada kehidupan masyarakat perundagian di antaranya,
1. Menampilkan dan menunjukkan jiwa seni yang tinggi di mana dapat dilihat berbagai kebudayaan yang dimiliki memiliki nilai seni yang tinggi, seperti contohnya arca.
2. Penemuan alat teknologi yang pesat dapat dilihat dari ditemukannya alat pembuat bijih logam sehingga banyak perkakas yang menggunakan bahan logam.
3. Terdapat pula masa perunggu, penemuan logam lebih keras yaitu terbuat dari tembaga, sedang perunggu merupakan campuran dari timah dan tembaga.
4. Manusia sudah dapat melebur titik lebur yang tinggi pada zaman besi.
5. Terdapat banyak gerabah peninggalan pada masa ini yang sangat beragam yang tentunya merupakan alat yang digunakan masyarakat pada masa dulu yang menjadi peninggalan sejarah pada masa sekarang ini.
 

Kepercayaan Masyarakat Masa Perundagian

Terdapat 2 jenis kepercayaan yang secara umum dianut oleh masyarakat pada zaman perundagian di antaranya,
1. Animisme
Dalam kepercayaan animisme, masyarakat undagi percaya bahwa roh-roh leluhur mereka masih ada di dunia dan mengawasi setiap gerak-gerik mereka. Roh-roh leluhur tersebut dipercaya memiliki kekuatan ghaib dan kesaktian tertentu yang dapat membantu manusia.

Oleh karena itu, manusia harus senantiasa menjaga hubungan yang baik dengan para roh leluhur tersebut agar dibantu dan dilancarkan kegiatan sehari-harinya. Di sini juga terdapat kasta-kasta antara roh leluhur, ada yang dianggap tetua ada pula yang dianggap layaknya roh biasa dan tidak banyak pemujanya.
 
2. Dinamisme
Dalam kepercayaan dinamisme, masyarakat percaya bahwa benda-benda di alam memiliki kekuatan mistis tersendiri. Sama seperti animisme, kekuatan mistis tersebut diharapkan dapat membantu kehidupan manusia sehari-hari.

Contoh dari penyembahan ini adalah kepada pohon besar, batu besar, ataupun kepada senjata keramat yang diyakini memiliki kekuatan ghaib tertentu.
 

Teknik Pengolahan Logam Masa Perundagian

Pada masa perundagian, manusia sudah mengembangkan teknologi untuk mengolah bijih logam menjadi alat-alat perkakas sehari-hari. Pengolahan logam ini dicapai dengan memanfaatkan dua teknik di antaranya,
1. A Cire Perdue
Teknik a cire perdue merupakan teknik mencetak cairan logam dalam cetakan-cetakan yang dibuat dari tanah liat.

Pertama, manusia purba membentuk model dari lilin yang kemudian akan dibungkus oleh tanah liat. Ketika sudah mengering tanah liatnya, maka akan dituangkan cairan logam ke dalam lilinnya sehingga lilin mencair dan tergantikan oleh cairan logam.

Ketika cairan logam sudah mengeras dan mendingin, tanah liat tersebut dipecahkan untuk mengeluarkan perkakas logam yang sudah mengeras tadi.
 
2. Bivalve
Teknik bivalve merupakan teknik mencetak cairan logam dalam cetakan-cetakan dari batu atau bahan lainnya yang bisa dipakai berulang-ulang kali.

Cetakan ini tersusun dari dua bagian yang memiliki rongga di tengah sehingga dapat dituang cairan logamnya. Ketika cairan logam sudah mengeras dan juga mendingin, kedua bagian ini dapat ditarik untuk mengambil logam yang sudah terbentuk di tengahnya.

Benda Peninggalan Masa Perundagian

Benda-benda yang merupakan peninggalan pada masa perundagian di antaranya,
1. Bejana Manusia Purba
Bejana dari bahan perunggu yang memiliki bentuk yaitu seperti bentuk gitar Spanyol tetapi tidak memiliki tangkai. Mempunyai pola hias berupa anyaman dan juga huruf L. Bejana ini ditemukan di Madura dan Sumatera.

2. Nekara Masa perundagian
Nekara adalah sejenis berumbung yang terbuat dari perunggu yang memiliki pinggang pada bagian tengah dan pada sisi atap yang tertutup. Nekara ini mempunyai pola hias yang cukup beragam.

Biasanya pola hias yang terdapat pada Nekara ini merupakan bentuk dari hewan, geometrik, gambar beberapa burung, dan juga gambar manusia. Yang menjadikan nekara mempunyai nilai seni yang tinggi.

3. Kapak Corong
Kapak ini berbentuk corong yang mempunyai sembir belah. Berbahan logam. Pada bagian dalam corong  tangkai kayu menyiku pada bidang kapak. Dengan sebutan lain kapak sepatu karena memiliki bentuk seperti sepatu. Kapak ini ditemukan di Sumatra Selatan, Bali, Selayar, Sulawesi Tengah dan Selatan dan Irian.

4. Perhiasan
Perhiasan pada masa ini sama seperti perhiasan pada umumnya seperti kalung, bandul kalung, gelang, cincin dan lainnya. Dengan memiliki pola hias. Bogor, Balin  dan Malang, asal ditemukannya perhiasan ini.

5. Arca Perunggu
Pada masa ini terdapat arca perunggu berbahan logam, ada juga patung berbentuk manusia dan hewan. Pada arca tersebut beragam pola diaplikasikan seperti arca yang sedang menari, naik kuda, memanah dan berdiri.

Terdapat pula arca hewan kerbau pose berbaring, kuda dengan pelana dan berdiri. Arca ini ditemukan di Palembang, Bangkinang pada Provinsi Riau, Lumajang, dan juga Bogor.

6. Moko
Moko adalah benda yang berbentuk tambur dengan ciri tertutup pada beberapa bagian sebagai alat musik dan mas kawin pada masyarakat Alor, di Nusa Tenggara Timur.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment