Kjokkenmoddinger: Pengertian, Sejarah, Penemuan, Fungsi, dan Cirinya

Table of Contents
Pengertian Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger

Pengertian Kjokkenmoddinger

Kjokkenmoddinger (midden) adalah sebuah tempat pembuangan sampah lokal. Kjokkenmoddinger juga dikenal sebagai tumpukan sampah makanan, tumpukan sampah dapur, atau tumpukan kerang. Kata Kjokkenmoddinger berasal dari bahasa Denmark yaitu Kjokken yang berarti dapur dan modding yang berarti sampah. Kjokkenmoddinger dapat dikatakan sebagai sampah dapur.

Kjokkernmoddinger merupakan tumpukan sampah kerang yang telah menggunung dengan ketinggian 7 meter dan berasal dari masa Mesolitikum yang ditemukan oleh Dr. P. V. van Stein Callenfels pada tahun 1925 di sepanjang pantai timur Pulau Sumatera dari Aceh hingga Medan. Kjokkenmoddinger sebagai salah satu objek peninggalan sejarah yang cukup menarik untuk dipelajari.

Kjokkenmoddinger lebih terkenal dengan istilah midden, berasal dari bahasa Skandinavia melalui derivasi Bahasa Inggris Pertengahan, tetapi digunakan oleh arkeolog di seluruh dunia untuk mengartikan sesuatu yang berisi produk sampah dan berhubungan dengan kehidupan manusia sehari-hari.

Sesuatu tersebut berupa parit yang digunakan sekali yang dibuat oleh kelompok orang-orang menetap secara sementara atau jangka lama, sebagai tempat pembuangan khusus yang digunakan oleh masyarakat sedentis dan terus menumpuk selama beberapa generasi.  Umumnya Kjokkenmoddinger atau midden banyak ditemukan di antara tahun 200 SM hingga 1000 M.
 

Sejarah Kjokkenmoddinger

Ketika pertama kali ditemukan, para ahli geologi merasa kebingungan dengan keberadaan midden. Ahli geologi mengira midden adalah suatu lapisan bumi yang istimewa, karena penuh dengan tumpukan kerang. Namun setelah melakukan penelitian lebih lanjut, ternyata tumpukan kerang tersebut merupakan sisa sampah dapur manusia purba.

Sampah dapur tersebut terdiri dari tumpukan kerang yang sama sekali tidak tercampur dengan tanah atau pasir yang berada di sekitarnya. Bahkan kerang-kerang tersebut berubah menjadi fosil dan merekat dengan satu sama lain, sehingga membentuk satu tumpukan padat.

Alasan mengapa sampah yang menumpuk biasanya adalah kerang atau siput karena manusia purba di zaman Mesolitikum cenderung tinggal di pinggiran pantai. Oleh karena itu, salah satu makanan yang sering mereka makan adalah kerang dan siput yang jumlahnya cukup banyak.

Selama bertahun-tahun, kulit kerang dan siput tersebut pun menumpuk hingga akhirnya membentuk seperti bukit yang disebut kjokkenmoddinger.

Penemuan Kjokkenmoddinger

Awalnya Kjokkenmoddinger atau sampah dapur makanan manusia purba tidak dipelajari begitu saja. Pelopor penelitian mengenainya dilakukan oleh Japetus Steenstrup, seorang peneliti dan arkeolog yang menggunakan istilah yang sama untuk menggambarkan tumpukan cangkang kerang.

Ia menggambarkan bahwa sampah dapur yang membentuk gundukan dan kemudian memadat, biasanya ditemukan di pesisir pantai dan goa-goa tempat tinggal manusia purba, seperti Abris sous Roche. Proses pembuatan dan pemfosilannya dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya adalah pasang surut air dan kekuatan angin.

Sampah dapur manusia purba ini ditemukan di berbagai tempat di seluruh dunia. Untuk di Indonesia saja, midden bisa ditemukan di pesisir pantai Sumatera Timur, yakni di pesisir laut Aceh dan Medan. Situs purba tersebut berlokasi sekarang berlokasi cukup jauh dari bibir pantai, karena letak pesisir yang sudah berubah.

Di daerah tersebut, Kjokkenmoddinger ditemukan bertumpuk-tumpuk hingga mencapai ketinggian 7 meter dan diperkirakan berasal dari era Mesolitikum. Penemuan tersebut ditemukan pada tahun 1925, berkat seorang arkeolog yang melakukan penelitian kehidupan manusia purba di sana, bernama Dr. P. V. Van Stein Callenfels.

Di samping kjokkenmoddinger, Van Stein juga menemukan berbagai peralatan lain yang digunakan untuk menunjang kehidupan manusia purba saat itu. Salah satunya adalah kapak genggam primitif yang digunakan oleh manusia lokal. Hal tersebut bukan merupakan hal yang mengejutkan, sebab beberapa kerang harus dibuka menggunakan kapak.

Fosil lainnya yang ditemukan adalah pipisan, pecahan tengkorak, hingga batu yang digunakan untuk menggiling. Dengan penemuan tersebut, dapat diketahui bahwa sebelumnya manusia purba sudah mengonsumsi makanan yang berasal dari laut.

Terdapat beberapa fosil makanan yang ditemukan dalam midden ini di antaranya,
1. Ikan dan kerang, dengan cangkang yang lunak, sedang, hingga keras.
2. Siput laut yang saat itu banyak ditemukan di pinggiran laut.
3. Sampah lain yang berasal dari tanaman, ataupun hewan yang dikonsumsi di samping makanan yang berasal dari laut.

Kjokkenmoddinger kebanyakan memiliki ketinggian yang bervariasi, semakin tinggi tumpukan tersebut, dapat diketahui bahwa manusia purba tinggal di wilayah yang sama dalam rentang waktu yang lama. Di luar negeri, penemuan midden juga banyak ditemukan di pantai pesisir wilayah Amerika Serikat, khususnya di Pantai Florida.

Fungsi Kjokkenmoddinger

Fungsi kjokkenmoddinger bagi manusia purba pada zaman mesolithikum di antaranya,
1. Sebagai tempat pembuangan akhir
2. Menyimpan benda-benda yang dapat didaur ulang
3. Memberi makan hewan dari sisa makanan yang telah dibuang
4. Sebagai sarana ritual kuno

Ciri Kjokkenmoddinger

Terdapat ciri-ciri yang kemudian digunakan untuk mengetahui apakah suatu tumpukan tanah merupakan kjokkenmoddinger atau bukan di antaranya,
1. Ditemukan sekitar masa Mesolitikum, dan isinya kebanyakan merupakan sampah moluska.
2. Terletak di pesisir pantai, walaupun sekarang kebanyakan berlokasi beberapa kilometer dari garis pantai karena perubahan struktur tanah.
3. Sudah memadat, kemudian menyatu dengan tanah selama ratusan dan ribuan tahun.

Umumnya, timbunan-timbunan sampah ini berasal dari masa mesolitikum atau zaman batu tengah. Selain itu, tumpukan-tumpukan ini, seperti namanya umumnya terdiri dari kerang dan moluska lainnya. Dominasi kerang dan moluska ini terjadi karena kjokkenmoddinger merupakan artefak yang identik dengan kehidupan manusia pesisir pantai, sehingga ditemukan di pesisir pantai pula.

Seiring dengan berjalannya waktu, kulit-kulit kerang tersebut memadat lalu kemudian menyatu dengan tanah dalam gundukan-gundukan besar yang kerap disebut sebagai midden atau kita kenal dengan Kjokkenmoddinger.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment