Era Disrupsi: Pengertian, Penyebab, Contoh, dan Cara Menghadapinya

Table of Contents
Pengertian Era Disrupsi
Era Disrupsi

Pengertian Disrupsi

Disrupsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah hal tercabut dari akarnya. Secara bahasa, disruption artinya disturbance or problems which interrupt an event, activity, or process (gangguan atau kekacauan; gangguan atau masalah yang mengganggu suatu peristiwa, aktivitas, atau proses).

Dalam praktiknya, disrupsi merupakan sebuah istilah yang menggambarkan perubahan di berbagai sektor akibat digitalisasi dan “Internet of Thing (IoT)" atau “Internet untuk Segala”. Inovasi dan perubahan secara besar-besaran dan fundamental tengah mengubah semua sistem, tatanan dan landscape yang ada ke cara-cara baru.

Memasuki era disrupsi, sektor usaha dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif agar bertahan hidup. Tidak sedikit pengusaha yang merugi dan terpaksa menutup bisnisnya karena tidak siap menghadapi persaingan di era disrupsi. Perusahaan berskala besar bisa saja gulung tikar jika tidak memiliki strategi yang tepat di tengah perkembangan teknologi yang semakin canggih.

Baca Juga: Pengertian Kebangkrutan, Faktor Penyebab, dan Indikatornya

Bukan hanya perubahan yang terjadi pada bisnis dan ekonomi, namun perubahan utama dari munculnya disrupsi yakni sejak hadirnya teknologi digital, yang mengubah sistem di Indonesia maupun di global. Perkembangan teknologi digital mampu menggantikan pekerjaan manusia. Platform digital mampu mengubah produksi, distribusi dan iklan di media.

Baca Juga: Pengertian Inovasi Disruptif, Penyebab, Jenis, Dampak, dan Contohnya

Penyebab Disrupsi

Disrupsi tidak sekedar inovasi dan perubahan, lebih dari itu, disrupsi menunjukkan adanya perubahan fundamental secara besar-besaran yang dapat mengubah semua tatanan. Hal ini bisa terjadi tanpa diketahui atau terprediksi oleh pemain lama yang sudah besar karena perubahan langsung mengarah ke bagian fundamental yakni model bisnis, sehingga mereka yang tidak menggunakan cara itu, langsung keluar dari ekosistem.

Perusahaan yang saat itu memimpin pasar sebenarnya juga sudah melakukan inovasi, namun inovasi yang dilakukan lebih kepada untuk mempertahankan pasar dan pertumbuhan bisnisnya, sedangkan model bisnis yang dipilih masih sama. Sedangkan untuk perusahaan baru dan masih kecil tadi justru menawarkan model bisnis baru yang tidak ditawarkan oleh bisnis lama.

Seiring berjalannya waktu perusahaan baru yang awalnya masih kecil tadi dengan begitu cepat menjadi besar (aset dan SDM meningkat) yang pada akhirnya pemain lama tidak sanggup untuk beradaptasi. Kedua, disrupsi selalu dimulai dari low-end atau pasar bawah. Hal inilah yang membuat pemain lama yang biasanya bermain di pasar atas (high-end) tidak menyadari bahwa pasar akan di disrupsi oleh pemain baru.

Disisi lainnya, seiring berjalannya waktu perusahaan baru yang awalnya bermain di pasar bawah mulai memiliki pondasi bisnis yang kuat, dan dengan natural mereka melakukan berbagai inovasi untuk meningkatkan kualitas dan ikut bermain di pasar atas. Dan pada akhirnya, pemain baru mendisrupsi perusahaan yang saat itu sudah besar dan menjadi pemimpin.

Contoh Disrupsi

Bidang Ekonomi
Contoh disrupsi adalah media cetak menjadi media online atau situs berita, ojek pangkalan menjadi ojek online (ojol), taksi konvensional atau taksi argo menjadi taksi online, mal atau pasar menjadi marketplace atau toko online (e-commerce), dan digitalisasi lainnya. 

Baca Juga: New Media: Pengertian, Kategori, Fungsi, Karakteristik, Penerapan, dan Teori New Media

Bisnis yang tidak beradaptasi dengan era disrupsi akan bangkrut, misalnya beberapa perusahaan yang telah mengalami kebangkrutan karena tidak dapat beradaptasi a.l. Kodak, Nokia, dan Blockbuster. Perusahaan berbasis teknologi internet, seperti Google dan Facebook, bisa menjadi penguasa ekonomi dunia.

Bidang Politik
Contoh disrupsi di bidang politik, misalnya kampanye, kini lebih “meriah” di media sosial yang memiliki daya jangkau audiens yang jauh lebih luas dan merata. Kampanye di media sosial, seperti “perang tagar” dan “tweet war” (twar) lebih seru ketimbang orasi di lapangan terbuka dengan ratusan atau ribuan orang. 

Baca Juga: Hashtag: Pengertian, Fungsi, Cara Kerja, Contoh, dan Tipsnya

Bidang Pendidikan
Saat ini, era internet, era disrupsi, siswa dan mahasiswa dengan mudah mendapatkan materi pelajaran dan materi kuliah di internet. Mungkin lebih lengkap dari materi yang disampaikan di kelas. Guru dan dosen juga mudah mendapatkan sekaligus menyampaikan materi ajarnya secara online.

Kini kelas menjadi rombongan belajar yang terhimpun dalam grup-grup WhatsApp (WA). Guru dan dosen dengan mudah menyampaikan materi melalui media tersebut. Bisa juga dengan kelas online atau kuliah online. Jarak bukan masalah.

Dulu, untuk mencari referensi, artikel, buku, atau jurnal harus pergi ke perpustakaan dan/atau toko buku. Sekarang big data atau mahadata menyajian semuanya. Informasi “apa pun”, berbagai tema dan topik, tersedia di eBook, e-Journal, di laman SlideShare, SlidePlayer, academia.edu, juga posting blog, “berserakan” di berbagai halaman internet atau situs web dan blog.

Untuk para dosen, usahakan tidak lagi memberi tugas berupa makalah yang dijilid model lama. Mahasiswa dengan mudah “membuat makalah” itu dengan mencarinya di Google dan mencetaknya. Mereka hanya mengganti nama, judul, atau identitas.

Menurut Chief Executive Officer TheHubEdu, Tiffany Reiss, guru memiliki peran penting dalam melakukan kontekstualisasi informasi serta bimbingan terhadap siswa dalam penggunaan praktis diskusi daring. Pendiri Alibaba, Jack Ma, juga mengatakan, fungsi guru pada era digital ini berbeda dibandingkan guru masa lalu.

Kini, guru tidak mungkin mampu bersaing dengan mesin dalam hal melaksanakan pekerjaan hapalan, hitungan, hingga pencarian sumber informasi. Mesin jauh lebih cerdas, berpengetahuan, dan efektif dibandingkan kita karena tidak pernah lelah melaksanakan tugasnya.

Karena itu, fungsi guru “bergeser” lebih mengajarkan nilai-nilai, etika, budaya, kebijaksanaan, pengalaman, karena nilai-nilai itulah yang tidak dapat diajarkan oleh Google atau mesin pencari

Baca Juga: Pengertian Nilai Sosial, Sumber, Fungsi, Peran, Ciri, dan Klasifikasinya

Cara Menghadapi Era Disrupsi Teknologi

Di tahun 2020 ini sebenarnya kita sudah mengalami era disrupsi di mana hampir sebagian besar landscape dan model bisnis sudah berubah. Ditambah dengan pandemi covid 19 membuat penggunaan teknologi dan internet harus benar-benar dilakukan.

Berikut cara menghadapi era disrupsi agar pemain lama tidak tertinggal terlalu jauh, dan bahkan bisa mengejar ketertinggalan di antaranya,
1. Peningkatan SDM
Terjadinya disrupsi oleh perusahaan baru karena mereka memiliki SDM yang lebih unggul sehingga bisa mengadopsi cara baru lebih dulu dengan sangat baik. Maka dari itu, peningkatan SDM harus menjadi salah satu prioritas.

Sudah banyak pihak yang mengatakan bahwa mereka yang menguasai teknologi adalah pemenangnya. Jika kita bisa meningkatkan SDM agar melek dengan teknologi, minimal kita bisa mengejar ketertinggalan, bahkan sampai bisa bersaing.

2. Terus Berinovasi
Belajar dari kesalahan Nokia dan kawan-kawan yang kurang cepat dalam inovasi membuat android yang diprakarsai Google berada di puncak kejayaan. Dalam hal ini, terus berinovasi adalah kunci untuk mempertahankan pasar.

Harus kita ketahui bahwa selera pasar terus berubah. Jika demikian, ada dua hal yang bisa kita lakukan, yakni menghambat perubahan pasar atau melakukan inovasi. Sayangnya menghambat perubahan selera pasar hampir mustahil untuk dilakukan, jadi mau tidak mau kita harus terus melakukan inovasi.

3. Melek Teknologi
Fungsi dari adanya teknologi adalah untuk mempermudah pekerjaan kita, dan tentu saja dengan mengetahui teknologi kita menjadi lebih mudah dan efisien dalam bekerja, misalkan menggunakan dompet digital untuk transaksi online, Workplace Facebook untuk kerja online dan sebagainya.

Perusahaan bisa mulai untuk memperkenalkan teknologi yang mampu mempermudah pekerjaan kepada karyawan dimulai dari penggunaan computasi awan, Big data, robot, tools marketing, cybersecurity, dan masih banyak lagi lainnya.

4. Siap dengan Perubahan
Adanya teknologi membuat perubahan terjadi dengan sangat cepat dan masif, hal ini membuat perusahaan harus selalu siap mengadopsi perubahan-perubahan baru yang muncul dan belum populer. Saat ini terus belajar bukan lagi sebuah ajakan, namun harus menjadi sebuah keharusan.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment