Dolmen: Pengertian, Sejarah, Ciri, Fungsi, dan Contohnya
Dolmen |
Pengertian Dolmen
Dolmen dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah monumen prasejarah berupa meja batu datar yang ditopang oleh tiang-tiang batu. Dolmen berfungsi sebagai tempat meletakkan sesaji yang dipersembahkan kepada roh nenek moyang. Dolmen ditemukan di Eropa, Asia, dan Afrika, terutama di sepanjang pesisir pantai. Mereka berasal dari periode Megalithikum awal, sekitar 10.000 tahun sebelum Masehi.
Di bawah dolmen adakalanya dipakai untuk meletakkan mayat, agar mayat tersebut tidak dapat dimakan oleh binatang buas maka kaki mejanya diperbanyak sampai mayat tertutup rapat oleh batu. Hal ini menunjukkan kalau masyarakat pada masa itu meyakini akan adanya sebuah hubungan antara yang sudah meninggal dengan yang masih hidup, mereka percaya bahwa apabila terjadi hubungan yang baik akan menghasilkan keharmonisan dan keselarasan bagi kedua belah pihak.
Sejarah Dolmen
Penemuan Dolmen di Indonesia
Para peneliti menemukan tempat pemujaan kuno satu ini di Sumberjaya, Lampung Barat. Panjangnya mencapai 3,25 m, dengan lebar 1,45 m dan tinggi 1,15 m. Bentuknya lebih mirip dengan meja batu karena ada penyangga berupa batuan-batuan berukuran besar dan kecil.
Diamati dari bentuknya arkeolog menyimpulkan bahwa benda ini merupakan peninggalan dari hasil kebudayaan Megalithikum. Dengan begitu bisa disimpulkan bahwa dolmen selalu berhubungan dengan kepercayaan antara kehidupan dan kematian terhadap kesejahteraan anggota masyarakat dan kesuburan tumbuhan.
Benda ini menjadi sebuah perantara untuk mengadakan upacara-upacara sakral seperti pemujaan terhadap roh leluhur. Menurut pengamatan yang dilakukan oleh ahli bentukan dari peninggalan Dolmen yang memiliki kualitas konservasi paling baik adalah penemuan di Batucawang.
Di daerah ini, ditemukan dolmen yang memiliki papan batuan berukuran 3×3 meter serta ketebalan 7 cm. Dari sini bisa diketahui bahwa setiap daerah mempunyai bentuk dan ukuran dolmen yang berbeda-beda. Ada pula dolmen yang dianggap memiliki daya tarik tinggi, artefak ini ditemukan di Pulau Sumba.
Dolmen ini memiliki ukuran yang sangat besar bahkan mempunyai berat hingga berton-ton dan ketika pendiriannya juga membutuhkan upacara tertentu terlebih dahulu. Selain itu, ada pula dolmen yang diduga menjadi makan karena terdapat tulang belulang manusia di dalamnya. Artefak ini ditemukan di wilayah Tegurwangi.
Terkadang, ada dolmen yang disandingkan dengan menhir dan menjadi serangkaian objek dalam ritual religius setempat. Peninggalan sejarah ini ditemukan di Pamatang dan pulau Panggung. Selain dolmen-dolmen yang cukup terkenal tersebut, artefak ini juga dapat ditemukan di sekitar wilayah Nanding, Pajarbulan, Tangjungara, Tanjungsakti, Gunungmegang, Pagerdewa, serta pulau Sumbawa.
Berdasarkan penelitian para arkeolog, dolmen diduga muncul pada zaman megalitikum awal. Pada masa ini, meskipun masyarakat masih ada pada masa pra aksara, mereka sudah mulai mengenal bercocok tanam dan memiliki struktur sosial yang sangat sederhana.
Kepercayaan Kuno
Masyarakat mulai mengenal dolmen dimulai ketika masa bercocok tanam karena di fase ini sudah ada perkembangan-perkembangan yang cukup signifikan terhadap kehidupannya. Pada waktu itu nilai hidup semakin maju sehingga manusia tak lagi bergantung kepada alam dan sekitarnya namun bisa aktif mengelola sumber daya alam tersebut.
Kebudayaan bercocok tanam ini juga menjadi pendorong terbentuknya struktur sosial primitif pada kelompok-kelompok manusia purba. Salah satu struktur sosial yang sangat menonjol adalah kepercayaan bahwa roh seseorang yang sudah meninggal tidaklah langsung lenyap dan masih menjadi pengaruh bagi kehidupan manusia.
Roh dianggap mempunyai kehidupan sendiri di suatu alam tertentu dan dapat membantu kehidupan manusia. Sehingga, muncul-lah kepercayaan awal yaitu animisme dan dinamisme. Kepercayaan ini akan terus dibawa oleh manusia purba tersebut hingga ke zaman perundagian ketika struktur sosial masyarakat dan teknologi mereka sudah semakin canggih.
Ciri Dolmen
Berikut beberapa ciri dari dolmen di antaranya,
1. Berbentuk seperti meja raksasa yang terbuat dari batu besar.
2. Panjang dolmen 325 cm, dengan lebar 145 cm, dan tinggi 115 cm yang disangga oleh beberapa batu besar dan juga kecil.
3. Penggunaan balok atau lempengan batu.
4. Bagian-bagian paling dasar dolmen adalah trilithic (lempengan batu horizontal yang diletakkan di bagian atas dan dua buah batu diposisikan secara vertikal).
Fungsi Dolmen
Secara umum, fungsi utama dari dolmen adalah sebagai tempat peletakkan sesaji untuk menghormati roh-roh nenek moyang. Dolmen ini memiliki peran yang penting dalam kebudayaan zaman batu, sama seperti menhir.
Berikut fungsi-fungsi yang dijalankan oleh dolmen di antaranya,
1. Menjadi tempat Pemujaan
Artefak batu yang kokoh ini termasuk ke dalam bukti sejarah jaman Megalitihkum, di mana pada masa itu kepercayaan akan roh leluhur dan orang yang sudah meninggal tidak boleh disepelekan. Oleh karenanya banyak peralatan dari batuan yang dibentuk sebagai tempat pemujaan. Dolmen merupakan salah satu dari beberapa artefak-artefak batu yang juga berperan sebagai lokasi pemujaan.
2. Sebagai Tempat untuk Pemakaman
Pada jaman dahulu jika ada orang yang meninggal dunia baik itu kerabat maupun tetangga pasti tidak dikubur di dalam tanah. Melainkan diletakkan pada benda-benda yang sudah dibuatnya seperti dolmen. Selain dolmen, ada pula sarkofagus dan waruga yang digunakan sebagai tempat pemakaman manusia purba.
Hal ini dikarenakan kepercayaan akan kematian yang masih berhubungan dekat dengan kehidupan sangatlah erat. Sehingga masyarakat percaya jika jenazah tersebut diletakkan pada tempat suci maka arwahnya bisa hidup di alamnya dengan layak.
Selain itu orang-orang tersebut juga meyakini akan penghormatan yang dilakukannya itu akan berimbas baik terhadap kehidupannya.
3. Tempat Menaruh Sesaji
Meskipun tergolong masyarakat yang primitif namun setiap suku dan adat selalu melaksanakan upacara-upacara keagamaan sesuai dengan kepercayaannya. Tentu saja hal ini tidaklah dilakukan dengan tangan kosong, melainkan setiap keluarga akan membawa sesaji sesuai dengan syarat dari ketua adatnya.
Biasanya sesaji untuk upacara ini diletakkan pada batuan yang dianggap sakral, dan berfungsi untuk diberikan kepada roh leluhur. Harapannya, sesaji ini dapat menyenangkan roh leluhur sehingga diberikan bantuan.
Proses peletakan ini juga menyesuaikan dengan tata cara yang sudah ditentukan oleh kelompok masing-masing, jadi tidak boleh sembarangan.
Contoh Dolmen
Berikut adalah contoh dari dolmen di Asia di antaranya,
1. Indonesia
Dolmen yang merupakan tempat pemujaan misalnya ditemukan di Telagamukmin, Sumberjaya, Lampung Barat. Dolmen yang mempunyai panjang 325 cm, lebar 145 cm, tinggi 115 cm ini disangga oleh beberapa batu besar dan kecil. Hasil penggalian tidak menunjukkan adanya sisa-sisa penguburan.
Benda-benda yang ditemukan pada umumnya dolmen banyak ditemukan di Jawa Timur dan Sumatra Selatan Dolmen merupakan hasil kebudayaan megalitikum, di mana pada zaman megalit bangunannya selalu berdasarkan kepercayaan akan adanya hubungan antara yang hidup dan yang mati terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanaman.
Domen ini merupakan sebuah media atau peralatan yang dipergunakan untuk mengadakan upacara pemujaan terhadap roh nenek moyang.
2. Korea
Lumba-lumba Korea menunjukkan morfologi yang berbeda dari lumba-lumba Eropa Atlantik. Konsentrasi dolmen terbesar di dunia ditemukan di Semenanjung Korea . Dengan perkiraan 35.000 dolmen, Korea saja menyumbang hampir 40% dari total dunia.
Distribusi terbesarnya ada di daerah pantai barat Korea Selatan , daerah yang pada akhirnya akan menjadi tuan rumah bagi konfederasi Mahan dan disatukan di bawah pemerintahan kerajaan kuno Baekje pada suatu waktu
3. Timur Tengah
Dolmen dapat ditemukan di Israel, Suriah, Iran, dan Yordania. Banyak dolmen besar berada di taman Nasional Israel di Gamla dan beberapa dolmen dapat dilihat di meshkin shahr di shahr yeri atau pirazmian .
Ada banyak contoh dolmen batu api di desa bersejarah Johfiyeh dan Natifah di Yordania utara. Jumlah dolmen terbesar ada di sekitar Madaba, seperti yang ada di desa Al Faiha, 10 km (6,2 mil) di sebelah barat kota Madaba.
Dua dolmen berada di tulang Hisbone, dan yang paling banyak ditemukan di Zarqa Ma’in di Al-Murayghat , yang sedang dihancurkan oleh tambang kerikil.
4. Afrika utara
Di Tunisia utara, Dougga adalah situs kuno penting, yang berisi nekropolis dengan lumba-lumba. Pemukiman ini juga memiliki tempat perlindungan yang didedikasikan untuk Ba’al Hammon, stela neo-Punisia, mausoleum, Fragmen arsitektur, dan kuil yang didedikasikan untuk Masinissa, yang sisa-sisanya ditemukan selama penggalian arkeologi.
Dari berbagai sumber
Post a Comment