Bencana Banjir: Pengertian, Penyebab, Jenis, Dampak, dan Upaya Pencegahannya
Bencana Banjir |
Pengertian Bencana Banjir
Banjir dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah berair banyak dan deras, kadang-kadang meluap (tentang kali dan sebagainya); air yang banyak dan mengalir deras; air bah; peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang meningkat.
Sementara secara umum, pengertian banjir yang dimaksud adalah peristiwa bencana alam yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Banjir juga diartikan sebagai perendaman sementara oleh air pada daratan yang biasanya tidak terendam air.
Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti sungai atau danau yang meluap atau melimpah dari bendungan sehingga air keluar dari sungai itu. Ukuran danau atau badan air terus berubah-ubah sesuai perubahan curah hujan dan pencairan salju musiman, namun banjir yang terjadi tidak besar kecuali jika air mencapai daerah yang dimanfaatkan manusia seperti desa, kota, dan permukiman lain.
Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai. Banjir sering mengakibatkan kerusakan rumah dan pertokoan yang dibangun di dataran banjir sungai alami.
Meski kerusakan akibat banjir dapat dihindari dengan pindah menjauh dari sungai dan badan air yang lain, orang-orang menetap dan bekerja dekat air untuk mencari nafkah dan memanfaatkan biaya murah serta perjalanan dan perdagangan yang lancar dekat perairan.
Penyebab Bencana Banjir
Berikut berbagai faktor penyebab yang membuat adanya bencana banjir terjadi pada suatu kawasan di antaranya,
1. Penebangan Hutan Liar
Hutan memiliki fungsi sebagai daerah resapan air yang baik. Namun, dengan banyaknya penebangan pohon sembarangan oleh pihak tidak bertanggung jawab merusak hutan tersebut. Dengan adanya penebangan liar tersebut, dapat memicu berbagai bencana dikarenakan tidak ada lagi yang dapat menyerap air tersebut. Bencana yang bisa terjadi seperti tanah longsor dan juga banjir.
2. Pemanfaatan Lahan untuk Kepentingan Pribadi yang Berlebihan
Kedua adalah pemanfaatan lahan untuk kepentingan pribadi yang berlebihan, di mana seringkali pihak tersebut berbuat sesuka hati menggunakan lahan yang tersedia untuk kepentingan pribadinya seperti membangun pabrik, membangun kelapa sawit, maupun bangunan pribadi.
Karena adanya sifat egois oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab ini yang memanfaatkan lahan yang ada dengan seenaknya tanpa mendapat sanksi. Bahkan, cara untuk mendapatkan lahannya tersebut kadang sangatlah tidak manusiawi seperti membakar hutan secara sengaja.
Dengan membakar hutan, maka dalam jangka panjang tanah yang ada tidak bisa lagi dikembalikan kesuburannya dan tidak dapat digunakan untuk menumbuhkan tanaman. Jika hal ini sudah terjadi, maka air yang ada di dalam tanah akan dengan mudah meluap ke permukaan.
3. Efek dari Rumah Kaca
Efek rumah kaca merupakan dampak negatif dari berbagai kegiatan manusia seperti membakar sampah, penggunaan kendaraan pribadi yang menyebabkan polusi kendaraan, hingga asap yang dikeluarkan pabrik industri yang lama kelamaan dapat merusak lapisan ozon.
4. Sampah yang Dibuang Sembarangan
Sampah yang semakin lama menumpuk karena banyaknya penggunaan barang sekali pakai seperti kantong plastik, sedotan, hingga masker yang sulit untuk didaur ulang. Jika sampah ini terus menerus menumpuk maka aliran air yang ada akan tersumbat yang membuat tekanan air tersebut semakin besar. Sehingga volume air yang ada akan semakin deras yang dapat menyebabkan adanya air berlebih.
5. Membangun Pemukiman di Tepi Kali
Dengan adanya pemukiman di tepi kali maupun sungai ini, seringkali membuat aliran sungai yang menjadi lebih sempit dan tanah yang dijadikan pemukiman tersebut akan rentan bencana tanah longsor. Selain itu, bagi para penduduk yang tinggal, seringkali membuat sampah sembarangan dengan seenaknya ke sungai tersebut yang dapat membuat penumpukan sampah dan juga pendangkalan sungai.
6. Curah Hujan yang Tinggi
Adanya curah hujan yang tinggi, membuat adanya produksi air yang berlebih dan seringkali tanah tidak dapat menyerap air itu semua yang menyebabkan munculnya genangan. Selain itu, sungai dan danau pada suatu kawasan yang biasanya dijadikan tempat penampungan air hujan seringkali sudah mencapai maksimal kapasitas tampungannya yang membuat bencana banjir terjadi.
7. Kawasan Drainase yang Sedikit
Drainase seringkali berguna untuk mencegah terjadinya bencana banjir, di mana dapat mengurangi kelebihan air dari suatu kawasan dan juga lahan serta sebagai pengendali air ke permukaan guna memperbaiki genangan air yang ada.
Namun, seiring berkembangnya zaman, lahan drainase dialihfungsikan menjadi kawasan perkantoran ataupun pusat perbelanjaan yang membuat fungsinya hilang sebagai tempat penyimpanan luapan air yang bisa menampung dengan jumlah yang besar.
8. Sistem Kelola Tata Ruang yang Kurang Tepat
Dengan adanya berbagai pembangunan gedung maupun lahan yang digunakan untuk kepentingan pribadi, seringkali daerah resapan air atau kawasan yang digunakan untuk penyerapan air suatu daerah dikesampingkan yang membuat aliran air menjadi lambat dan tanah menjadi sulit untuk menyerap air yang ada.
9. Kurangnya Lahan Hijau yang Menyebabkan Tanah Tidak Mampu Menyerap Air
Seperti yang dijelaskan pada faktor sebelumnya, di mana daerah drainase dijadikan kawasan perkantoran maupun pusat perbelanjaan. Hal tersebut membuat semakin sedikitnya lahan hijau yang tadinya dapat menyerap air, sekarang tidak ada lagi yang mampu menampung air tersebut sehingga pada akhirnya meluap yang menyebabkan bencana banjir.
10. Penggunaan Air Tanah Berlebih
Penggunaan air yang berasal dari tanah secara berlebihan dikarenakan adanya mobilitas dan juga pembangunan industri yang pesat. Dengan banyaknya permintaan akan air yang berlebihan, akan membuat jumlah air yang ada serta permukaan tanah menjadi menurun sehingga hal tersebutlah yang menyebabkan bencana banjir akan dapat dengan mudah menghampiri.
11. Berada di Dataran Rendah
Kawasan yang berada di dataran rendah akan rentan dengan bencana banjir ini. Seperti yang kita ketahui bahwa air mengalir dari dataran tinggi ke dataran rendah. Oleh sebab itu, dengan berada di kawasan dataran rendah akan lebih memiliki risiko yang besar terkena bencana banjir.
12. Kiriman Air dari Dataran Tinggi
Faktor yang menyebabkan terjadinya bencana banjir pada suatu kawasan yang kedua belas adalah kiriman air yang datang dari dataran tinggi, seperti faktor penyebab yang di atas, seringkali dataran yang lebih rendah mendapat kiriman air banjir dari kawasan pegunungan yang lebih tinggi.
13. Tsunami
Tsunami yang dihasilkan dari gempa gunung yang ada di dalam laut juga dapat menjadi faktor penyebab bencana banjir. Hal tersebut dikarenakan, jika air laut sampai daerah pemukiman maka akan berbahaya dan daerah tersebut akan terendam air. Namun saat ini, karena perkembangan teknologi yang semakin maju, dapat dengan mudah menggunakan alat untuk mendeteksi tsunami sehingga penduduknya dapat mempersiapkan diri terlebih dahulu.
14. Bendungan Tidak Bekerja dengan Baik
Seringkali kita melihat banyaknya pembangunan baru, yang membuat infrastruktur yang lama kurang dirawat dan memiliki risiko menjadi sebuah bencana. Misalnya bendungan yang tidak dirawat dengan baik dapat kita lihat pada tahun 2005 tepatnya yang terjadi di New Orleans, Amerika Serikat di mana adanya badai Hurricane Catrina membuat bendungan menjadi rusak dan jebol yang membuat keadaan di kawasan tersebut menjadi tambah parah.
15. Luapan Lumpur
Luapan lumpur dapat menyebabkan bencana banjir dan biasanya terjadi di daerah pertanian dikarenakan adanya endapan tanah. Hal tersebut dikarenakan, adanya penumpukan lumpur di dasar sungai yang membuat air di sungai semakin meluap dan jika curah hujan di daerah tersebut tinggi, maka volume penampungan airnya tidak akan maksimal dan membuat air meluap ke daerah penduduk.
16. Banjir Rob
Banjir Rob terjadi karena adanya air laut yang meluap ketika pasang surut air laut, yang membuat lingkungan di sekitar daerah tersebut menjadi terendam air. Banjir Rob biasanya sering terjadi di daerah yang memiliki dataran rendah dibandingkan dengan permukaan air laut di daerah tersebut. Hal lain yang dapat mempengaruhi banjir rob adalah pemanasan global.
Jenis Banjir
Terdapat berbagai macam banjir yang disebabkan oleh beberapa hal di antaranya,
1. Banjir Sungai
Banjir sungai umumnya terjadi secara berkala. Meluapnya sungai dapat terjadi karena hujan lebat atau mencairnya es atau salju di daerah hulu. Di Indonesia banjir sungai terjadi pada saat musim hujan karena tersumbatnya aliran air sungai oleh sampah dan peralihan daerah resapan air hujan menjadi pemukiman ataupun gedung-gedung.
2. Banjir Danau
Air danau dapat meluap ke daratan di sekitarnya antara lain karena badai atau angin yang sangat besar. Setelah badai berhenti, air danau masih dapat bergerak secara mendadak ke satu arah kemudian ke arah yang lain. Banjir danau juga dapat terjadi karena bendungan jebol.
3. Banjir Laut Pasang/ROB
Banjir pasang dapat terjadi antara lain karena angin topan, letusan gunung berapi, dan gempa bumi. Gelombang pasang akibat gempa bumi dikenal dengan istilah tsunami.
4. Banjir bandang
Tidak hanya banjir dengan materi air, tetapi banjir yang satu ini juga mengangkut material air berupa lumpur. Banjir seperti ini jelas lebih berbahaya daripada banjir air karena seseorang tidak akan mampu berenang ditengah-tengah banjir seperti ini untuk menyelamatkan diri. Banjir bandang mampu menghanyutkan apa pun, karena itu daya rusaknya sangat tinggi.
Banjir ini biasa terjadi di area dekat pegunungan, di mana tanah pegunungan seolah longsor karena air hujan lalu ikut terbawa air ke daratan yang lebih rendah. Biasanya banjir bandang ini akan menghanyutkan sejumlah pohon-pohon hutan atau batu-batu berukuran besar. Material-material ini tentu dapat merusak pemukiman warga yang berada di wilayah sekitar pegunungan.
5. Banjir lahar dingin
Salah satu dari macam-macam banjir adalah banjir lahar dingin. Banjir jenis ini biasanya hanya terjadi ketika erupsi gunung berapi. Erupsi ini kemudian mengeluarkan lahar dingin dari puncak gunung dan mengalir ke daratan yang ada di bawahnya. Lahar dingin ini mengakibatkan pendangkalan sungai, sehingga air sungai akan mudah meluap dan dapat meluber ke pemukiman warga.
6. Banjir lumpur
Banjir lumpur ini identik dengan peristiwa banjir Lapindo di daerah Sidoarjo. Banjir ini mirip banjir bandang, tetapi lebih disebabkan oleh keluarnya lumpur dari dalam bumi dan menggenangi daratan. Lumpur yang keluar dari dalam bumi bukan merupakan lumpur biasa, tetapi juga mengandung bahan dan gas kimia tertentu yang berbahaya. Sampai saat ini, peristiwa banjir lumpur panas di Sidoarjo belum dapat diatasi dengan baik, malah semakin banyak titik-titik semburan baru di sekitar titik semburan lumpur utama.
Dampak Bencana Banjir
Dampak dari bencana banjir dibagi menjadi tiga bagian di antaranya,
1. Dampak Primer
Bencana banjir memberikan kerugian besar bagi penduduk di wilayah tersebut. Seperti kehilangan harta benda yang berharga hingga yang paling parah adalah kehilangan korban jiwa akibat bencana tersebut. Selain penduduk di wilayah tersebut, lingkungan yang ada juga terkena dampak dari bencana tersebut, seperti pohon tumbang, jalan raya menjadi rusak, bangunan terendam air, dan masih banyak lagi.
Akibat adanya banjir juga seringkali membuat air bersih ikut berkurang, seperti yang kita tahu bahwa air bersih merupakan hal dasar setiap manusia sehingga dapat mengganggu kegiatan sehari-hari seseorang.
2. Dampak Sekunder
Dengan adanya bencana banjir yang berisi dengan air yang sudah tercampur berbagai hal yang membuatnya kotor. Di dalam air tersebut seringkali membawa wabah penyakit yang dapat menyerang masyarakat khususnya para anak-anak dan juga lansia. Hal ini juga berhubungan dengan minimnya air bersih yang tersedia karena air tanah di daerah tersebut sudah terkontaminasi sehingga sulit bagi penduduk untuk mendapatkan air bersih.
3. Dampak Tersier
Dampak dari bencana banjir yang ketiga adalah dampak tersier, yang disebabkan bencana banjir membuat suatu daerah menjadi kesulitan ekonomi. Hal tersebut dikarenakan jika kawasan tersebut merupakan wilayah lokasi wisata, maka pengunjung yang datang akan menurun karena adanya bencana tersebut, ditambah lagi dengan adanya fasilitas yang harus diperbaiki dan pembangunan ulang yang membuat biaya pengeluaran semakin besar.
Cara Mengatasi Banjir
Manusia adalah agen yang bertugas untuk mengatasi dan mengendalikan debit air agar banjir tidak terjadi. Upaya ini harus didukung oleh berbagai pihak agar berhasil dan memberikan manfaat yang signifikan di antaranya,
1. Hilangkan kebiasaan membuang sampah sembarangan ke aliran air seperti danau, sungai, selokan dan sebagainya. Tujuannya adalah agar aliran air tidak terhambat dan dapat berjalan lancar
2. Melakukan pengerukan pada daerah aliran air apabila terjadi sedimentasi. Pengerukan ini bertujuan agar volume tampung danau, sungai dan selokan dapat maksimal dan sebagai kegiatan pembersihan sampah
3. Membuat sistem pemantauan dan peringatan banjir pada daerah-daerah yang dianggap rawan banjir
4. Melakukan reboisasi atau penghijauan pada daerah aliran sungai. Tujuannya adalah untuk memaksimalkan area serapan tanah dan mencegah timbulnya erosi yang menyebabkan pendangkalan
5. Membangun area tampungan air, seperti tanggul atau waduk. Fungsinya adalah untuk menampung debit air yang meningkat serta dapat dimanfaatkan sebagai irigasi dan sumber air ketika musim kemarau
6. Menyediakan area resapan air berupa ruang terbuka hijau, taman kota, atau hutan kota yang dapat mencegah genangan air dan menjadi limpasan
7. Membuat biopori dan sumur resapan sebagai upaya untuk membuat air lebih cepat terserap ke dalam tanah dan tidak tergenang di permukaan
8. Penertiban pemukiman di wilayah bantaran sungai harus dilakukan, karena dapat menyebabkan pendangkalan dan mengurangi daya tampung sungai
Dari berbagai sumber
Post a Comment