Batuan Metamorf: Pengertian, Proses Pembentukan, Ciri, Jenis, Contoh, dan Manfaatnya
Batuan Metamorf (Batuan Malihan) |
Pengertian Batuan Metamorf
Batuan metamorf (batuan malihan) adalah batuan hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan yang telah ada sebelumnya (protolith) oleh suatu proses yang disebut metamorfisme (perubahan bentuk). Batuan asal atau protolith yang dikenai panas (lebih besar dari 150 °Celsius) dan tekanan ekstrem (1500 bar), akan mengalami perubahan fisika dan/atau kimia yang besar.
Karena terbentuk melalui proses metamorfosis atau perubahan tertentu, jumlah batuan ini tidak sebanyak batu lainnya. Meskipun begitu, batuan ini tetap menjadi komponen yang penting dalam daur biogeokimia di planet Bumi.
Proses Pembentukan Batuan Metamorf
Untuk berubah menjadi batuan metamorf, diperlukan beberapa proses. Proses terjadinya batuan metamor ini berasal dari batuan yang sudah ada sebelumnya, yakni protolith. Protolith atau batuan asal yang dikenai panas lebih dari 150 derajat celcius dan juga tekanan yang ekstrem akan mengalami perubahan fisika atau perubahan kimia yang besar.
Batuan protolith ini banyak sekali jenisnya. Yang termasuk ke dalam batuan protolith ini adalah batuan beku, batuan sedimen, atau bisa juga batuan metamorf lainnya yang usianya lebih tua seperti batu Gneis, batu sabak, batu marmer, dan juga batu skist.
Ciri Batuan Metamorf
1. Warna
Proses metamorfisme dan komposisi mineral yang berbeda-beda pada batuan induknya menyebabkan batuan metamorf hasil metamorfisme ini memiliki warna yang berbeda-beda pula.
Contohnya adalah feldspar, kuarsa, mika, dan plagioklas yang berwarna terang keputih-putihan. Tentu saja batuan yang mengandung mineral tersebut akan menghasilkan batuan metamorf yang berbeda dengan yang mengandung ortoklas, olivin, ataupun muksovit.
Oleh karena itu, warna dapat kalian gunakan untuk membeda-bedakan batuan metamorf dan menerka batu apa yang menjadi batuan induknya atau protolith nya.
2. Tekstur
Terdapat 2 macam tekstur yang dapat kalian temukan pada batuan metamorf yaitu tekstur relik dan kristaloblastik. Relik atau sisaan adalah tekstur batuan asal yang masih dapat kalian lihat dan amati pada batuan metamorf dengan mata telanjang. Hal ini dapat mempermudah kalian untuk menerka batu apa yang menjadi penyusun batuan metamorf tersebut.
Kristaloblastik adalah mineral yang terkandung pada batuan yang sudah terkristalisasi. Tekstur kristalisasi ini terbentuk karena proses metamorfisme itu sendiri, bukan berasal dari batuan asalnya.
3. Struktur
Secara umum, terdapat 2 jenis struktur yang ada pada batuan metamorf, yaitu struktur foliasi dan non-foliasi.
Struktur foliasi artinya adalah terdapat lapisan-lapisan yang menyerupai garis-garis atau lembaran pada batu tersebut. Hal ini merupakan akibat dari aktivitas pensejajaran mineral ketika mengalami proses metamorfisme. Seiring dengan meningkatnya derajat metamorfisme, umumnya garis foliasinya pun semakin jelas terlihat.
Struktur non-foliasi adalah batuan metamorf yang tidak memiliki garis-garis sejajar tersebut. Hal ini terjadi karena proses pensejajaran terjadi dengan tidak sempurna, atau terdapat proses pensejajaran yang sporadis sehingga tidak membentuk lapisan-lapisan yang jelas terlihat.
4. Bentuk Kristal
Bentuk kristal pada batuan metamorf umumnya dibagi menjadi tiga jenis di antaranya,
a. Euhedral, adalah bentuk kristal sempurna yang memiliki batasan-batasan yang jelas, tegas, dan teratur, sesuai dengan pola-pola kristal pada umumnya. Bentuk kristal ini adalah yang paling baik dan jelas di antara ketiga jenis kristal yang ada.
b. Subhedral, adalah kristal yang terbatasi dengan tidak jelas serta kurang teratur jika dibandingkan dengan euhedral.
c. Anhedral, adalah kristal yang batasan bidang-bidangnya tidak jelas serta memiliki pola kristal yang tidak teratur. Kristal ini merupakan kristal yang paling tidak teratur dan tidak sempurna pembentukannya.
5. Komposisi Mineral
Mineral yang mendukung dan banyak terlibat pada proses metamorfisme antara lain adalah garnet, andalusit, kyanite, silimanit, dan stauroli. Mineral-mineral tersebut berfungsi sebagai pembentuk batuan metamorf dan dikenal sebagai mineral metamorfik.
Mineral ini pada akhirnya bisa membentuk batuan metamorf melalui proses metamorfisme yang dipengaruhi oleh tekanan dan suhu yang tinggi di perut bumi.
Jenis Batuan Metamorf
1. Batuan Metamorf Kontak
Batuan metamorf kontak merupakan jenis batuan metamorf yang mengalami metamorfose sebagai akibat dari adanya suhu yang sangat tinggi atau sebagai akibat dari adanya aktivitas magma. Beberapa orang mengatakan batuan metamorf kontak ini adalah batuan yang terbentuk karena adanya pengaruh penerobosan magma pada suhu yang sangat tinggi.
Karena suhu sangat tinggi itulah yang menyebabkan terjadinya perubahan bentuk maupun perubahan warna batuan. Contoh dari batuan metamorf kontak adalah batu kapur yang berubah menjadi batu marmer.
2. Batuan Metamorf Dinamo
Batuan metamorf dinamo merupakan jenis batuan yang mengalami metamorfose akibat adanya tekanan yang tinggi yang berasal dari tenaga dari dalam bumi yang memakan waktu lama. Batuan metamorf dinamo ini biasanya terjadi atau ada di bagian atas kerak bumi. Contoh dari batuan metamorf dinamo adalah batu lumpur atau mud stone menjadi batu tulis atau slate.
3. Batuan Metamorf Thermal-Pneumatolik
Jenis batuan ini merupakan batuan yang mengalami proses metamorfose akibat dari adanya pengaruh dari gas- gas yang ada pada magma. Pengaruh dari gas yang panas ini menyebabkan perubahan komposisi kimiawi mineral dari batuan ini.
Contoh dari batuan metamorf thermal-pneumatoliks adalah batu kuarsa dengan gas borium berubah menjadi turmalin atau sejenis batu permata. Lalu ada juga batu kuarsa dengan gas florium dan berubah menjadi topas.
Contoh Batuan Metamorf
1. Slate. Batu tulis atau slate terbentuk dari proses metamorfisme terhadap batuan sedimen mudstone, shale, ataupun batu lempung. Proses ini terjadi pada temperatur dan tekanan yang rendah. Umumnya, batu tulis memiliki struktur foliasi slaty cleavage dan tersusun atas butir yang sangat halus.
2. Filit. Filit merupakan batuan metamorf yang tersusun dari mineral kuarsa, cericite, mika, dan klorit. Batuan ini merupakan kelanjutan dari proses metamorfisme yang terjadi pada batuan Slate diatas.
3. Gneiss. Gneiss adalah batuan metamorf yang terbentuk dari proses metamorfisme batuan beku dalam kondisi temperatur dan tekanan yang tinggi. Pada batuan ini, kita dapat menemukan rekristalisasi dan foliasi dari mineral kuarsa, feldspar, mika, serta amphibol.
4. Schist. Batuan Schist atau kerap disebut sebagai sekis adalah batuan yang mengandung mineral mika, grafit, dan hornblende. Mineral pada batuan ini umumnya terpisah menjadi lapisan-lapisan yang bergelombang yang ditunjukkan dengan adanya krista-kristal yang mengkilap.
5. Marmer. Batu ini adalah batuan metamorf yang terbentuk dari batuan gamping. Batu gamping mendapat tekanan dan panas yang cukup tinggi sehingga menyebabkan perubahan struktur dan rekristalisasi kalsit pada batuan tersebut. Oleh karena itu, batu ini umumnya terdiri dari kalsium karbonat yang telah terpadatkan, kompak, dan tidak memiliki foliasi apapun.
6. Kuarsit. Batuan kuarsit adalah sejenis batuan metamorf yang tergolong keras dan kuat. Batu ini terbentuk ketika batu pasir (sandstone) mendapat tekanan dan suhu yang tinggi, sehingga menyebabkan proses metamorfisme.
7. Milonit. Milonit adalah batuan metamorf kompak yang terbentuk dari rekristalisasi dinamis mineral pokok saat proses metamorfisme. Proses ini menyebabkan pengurangan ukuran butir-butir batuan sehingga menjadi lebih kompak dan kecil.
8. Filonit. Batuan ini umumnya terbentuk dari proses metamorfisme pada batuan Shale dan mudstone. Batuan Filonit ini cukup mirip dengan milonit, namun ukuran butirannya lebih besar dan kasar dibandingkan dengan milonit serta tidak memiliki orientasi yang jelas. Selain itu, batuan ini juga kaya akan mineral filosilikat yaitu Klorit dan Mika.
9. Serpetinit. Serpentinit adalah batuan yang terdiri dari satu atau lebih mineral serpentine. Batuan ini terbentuk melalui proses serpentinisasi yaitu sebuah proses metamorfisme temperatur rendah yang melibatkan air.
10. Hornfels. Batuan Hornfels terbentuk ketika batu Shale dan Claystone mengalami metamorfisme yang disebakan oleh temperatur dan intrusi batuan beku. Metamorfisme ini kerap dikenal sebagai metamorfisme kontak ataupun termal.
Manfaat Batuan Metamorf
Berikut beberapa contoh penggunaan batuan metamorf untuk menunjang aktivitas manusia di antaranya,
1. Perhiasan dan Dekoratif
Batuan metamorf yang memiliki kilauan unik dan karakteristik menarik kerap digunakan sebagai bahan perhiasan ataupun dekorasi rumahan. Contoh yang cukup terkenal adalah batuan Lapis Lazuli berwarna biru yang kerap digunakan sebagai bahan gelang dan perhiasan lainnya.
Selain itu, marmer dan batuan metamorf lain yang memiliki pola-pola unik juga sering digunakan sebagai lantai atau bahan dekoratif rumahan lainnya. Contohnya sebagai meja makan dan dapur (kitchen countertop) ataupun sebagai pilar-pilar pada fasad bangunan.
2. Bahan Konstruksi
Marmer adalah salah satu batuan metamorf yang identik dengan bangunan mewah atau karya seni skala besar seperti patung ataupun monumen lainnya. Hal ini terjadi karena marmer memiliki kilau dan pola yang dianggap menarik.
Contoh yang paling jelas adalah bangunan Parthenon di Yunani kuno yang menggunakan lebih dari 22 ribu ton marmer dalam proses pembangunannya. Begitu pula dengan Taj Mahal yang banyak sekali memanfaatkan marmer dalam konstruksinya.
Selain itu, batuan Slate juga dapat digunakan sebagai material atap rumah yang cukup baik. Batuan yang tahan air ini cukup kuat dan relatif tahan lama.
Dari berbagai sumber
Post a Comment