Tata Surya: Pengertian, Anggota, dan Teori Pembentukannya

Table of Contents
Pengertian Tata Surya
Tata Surya

A. Pengertian Tata Surya

Tata surya adalah susunan berbagai benda langit yang berputar mengelilingi matahari yang menjadi pusatnya. Susunan yang ada di tata surya sendiri beragam dan terdiri dari planet, satelit, planet kerdil, meteoroid, planetoid ataupun asteroid, dan juga komet.

Berdasarkan urutannya, terdapat delapan planet yang memiliki jarak paling dekat hingga terjauh dari matahari yang terdiri dari Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, serta Neptunus. Planet tersebut mengitari atau mengelilingi matahari melalui lintasan maupun orbit masing-masing.

Bumi yang menjadi tempat tinggal bagi manusia berada di dalam satu sistem yang dapat disebut dengan tata surya. Tata surya sendiri menjadi salah satu sistem bintang yang ada pada lingkup galaksi Bima Sakti.

B. Anggota Tata Surya

1. Matahari
Matahari ialah pusat dalam anggota tata surya. Matahari termasuk bintang karena bisa memancarkan suatu cahaya sendiri. Matahari tersusun atas suatu gas pijar yang suhunya sangat amat tinggi. Matahari memiliki diameter 1.4000.000 KM atau 109 kali lebih besar dari pada diameter planet bumi.

Matahari mempunyai gravitasi yang besar sehingga menyebabkan anggota tata surya beredar untuk mengelilingi matahari. Secara kimiawi, sekitar ¾ massa matahari terdiri atas suatu hidrogen, sedangkan sisanya didominasi suatu helium.

Bentuk matahari berupa bola gas yang sangat besar dan menyebabkan matahari menjadi sangat panas. Suhu di pusat matahari mencapai 15.000.000 C. Sementara itu, pada suhu di permukaan mencapai 6.000 C. Energi sinar matahari ini membantu untuk perkembangan kehidupan dibumi melalui fotosintesis dan mengubah iklim dan cuaca bumi.

2. Planet
Planet ialah suatu benda angkasa yang tidak memancarkan cahaya sendiri, dan beredar untuk mengelilingi matahari. Planet-planet dalam tata surya bisa dikelompokkan berdasarkan massa dan jaraknya ke matahari. Berdasarkan massanya dibagi 2, yaitu planet bermassa besar (planet superior) dan planet bermassa kecil (planet inferior).

Berdasarkan pada jarak planet dan matahari, planet bisa dibedakan menjadi dua kelompok yaitu planet dalam (planet interior) dan planet luar (planet eksterior). Berikut karakteristik planet-planet dalam tata surya di antaranya,
a. Merkurius
Merkurius ialah sebuah planet terkecil kedua yang sekaligus planet paling dekat dengan matahari. Jaraknya hanya 57.900.000 KM atau 0,39 SA dari matahari yang membuat merkurius memiliki suhu permukaan yang sangat tinggi, yaitu 467ËšC. Merkurius tidak mempunyai atmosfer dan tidak mempunyai satelit alami.

b. Venus
Venus ialah yang mempunyai jarak ke matahari 149.600.000 KM atau 1 SA. Venus ditutupi dengan atmosfer karbondioksida (COâ‚‚) yang tipis. Sifat gas karbondioksida ini sebagai pemicu efek rumah kaca yang mengakibatkan Venus mempunyai suhu permukaan 450ËšC-475ËšC, suhu yang mampu melelehkan timbal.

Selain itu, pada titik-titik asam sulfat (Hâ‚‚SOâ‚„) yang ada pada atmosfer membuat planet Venus tampak sebagai suatu planet yang berwarna kuning. Venus ini dikenal dengan bintang pagi atau bintang timur atau bintang kejora.

c. Bumi
Bumi ialah satu-satunya planet di tata surya yang bisa dihuni oleh makhluk hidup. Atmosfernya nya terdiri atas sebuah nitrogen (N), dan oksigen (O) mampu untuk melindungi manusia dari bahaya radiasi sinar matahari dan membakar meteor yang jatuh ke bumi. Bumi berjarak 149.600.000 KM atau 1 SA dari matahari. Bumi mempunyai satu buah satelit yaitu bulan.

d. Mars
Planet Mars bersuhu -125ËšC-35ËšC. planet ini banyak mengandung besi oksida(FeO) yang membuat mars tampak sebagai planet merah. Atmosfer mars terdiri atas sebuah karbondioksida (COâ‚‚), nitrogen (Nâ‚‚), dan argon (Ar). Mars mempunyai dua buah satelit kecil yang bernama Phobos dan Deimos.

e. Yupiter
Planet Yupiter ini sebagai planet terbesar didalam tata surya. Planet yupiter ini mempunyai jarak 778.300.000 KM atau 5,20 SA dari matahari. Atmosfer yupiter ini banyak mengandung suatu hidrogen (Hâ‚‚) dan helium (He). Pada planet yupiter ini hampir setiap waktu di permukaan yupiter selalu terjadi suatu badai, terutama pada di titik besar yang tampak berwarna merah.

Yupiter mempunyai 4 buah satelit besar dan 63 buah satelit kecil. Io ialah satelit yupiter yang mempunyai banyak gunung berapi aktif. Ganymede ialah suatu satelit terbesar yupiter yang mempunyai medan magnetiknya sendiri. sedangkan satelit Europa dan calisto ialah dua satelit yupiter yang mempunyai lautan es beku.

f. Saturnus
Saturus ialah suatu planet terbesar kedua yang ada di dalam anggota tata surya. Planet saturnus ini terkenal karena pada keindahan sebuah cincin es yang melingkarinya. Cincin saturnus ini tersusun oleh es dan batuan yang sangat besar. Saturnus ini mempunyai lebih dari 47 buah satelit alami. Salah satu yang terbesar (lebih besar daripada merkurius) ialah titan.

g. Uranus
Uranus ialah dua planet gas raksasa yang di temukan melalui sebuah teleskop. Uranus adalah sebuah planet gas yang berwarna biru kehijauan dengan awan tebal yang menutupinya. Waktu revolusi uranus terhadap matahari mencapai 84 tahun. Uranus ini mempunyai oribital yang tidak biasa. Planet yang mempunyai 27 buah satelit alami ini, planet uranus ini memiliki suatu atmosfer yang mengandung hidrogen (H), helium (He), dan metana (CHâ‚„).

h. Neptunus
Neptunus ialah sebuah planet gas raksasa yang berwarna biru karena suatu atmosfernya banyak mengandung suatu hidrogen (Hâ‚‚), helium (He), dan metana (CHâ‚„). Neptunus ialah suatu planet yang terjauh dari matahari. Jaraknya 4.497.000.000 KM atau 30,06 SA.

3. Planet Kerdil
Pada sebuah sistem tata surya, tata surya memiliki planet-planet kecil yang dipandang berbeda dengan planet-planet lain karena orbitnya tidak jelas. Berikut planet-planet kecil yang dimiliki tata surya di antaranya,
a. Ceres
Planet Ceres ini terletak pada jarak 2,7 SA dari matahari. Diameter planet ceres sekitar 940 KM. Periode ceres terhadap matahari ialah 4,6 tahun.

b. Pluto
Planet Pluto mempunyai sebuah jarak 39,2 SA dari matahari dan periode revolusi selama 248 tahun. Pluto ini mempunyai ukuran diameter sekitar 2300 KM dan 3 buah satelit alami. Sejak ditemukan pada tahun 1930 hingga 2006, planet pluto dianggap sebagai bagian dari planet yang ada di dalam anggota tata surya.

c. Eris
Planet Eris ini ditemukan pada tahun 2005 oleh seorang astronom institut teknologi California. Planet Eris mempunyai ukuran diameter yang sedikit lebih besar dari planet pluto , yaitu sekitar 2400 KM. Eris mempunyai orbit eliptik sebesar 38 SA hingga 98 SA dari matahari dan mempunyai periode revolusi selama 557 tahun. Eris mempunyai satu buah satelit alami yang bernama dysnomia.

4. Asteroid
Asteroid ialah sebuah batuan yang berukuran lebih kecil dari planet. Asteroid-asteroid membentuk sebuah sabuk yang melingkar pada planet Mars dan Yupiter. Sabuk asteroid ini yang membagi planet-planet dalam sistem tata surya yang menjadi kelompok planet dalam dan planet luar. Orbitalnya yang tidak jelas sering membuat asteroid jatuh kebumi atau ke planet lainnya

5. Komet
Komet ialah suatu benda langit yang berbentuk dari gumpalan sebuah es dan berevolusi terhadap matahari dengan sebuah lintasan yang sangat lonjong. Badan komet ini terdiri atas inti, koma, ekor debu, dan ekor ion. Komet ini Semakin mendekati matahari, ekor komet akan semakin memanjang. Komet yang jaraknya dekat dengan bumi akan secara periodik tampak saat melintas. Contohnya komet halley yang terlihat setiap 76 tahun sekali.

6. Meteoroit “meteor“ meteorit
Meteoroit ialah suatu benda langit yang bergerak melintasi bumi. Jika meteor itu masuk dan terbakar habis di suatu atmosfer bumi disebut meteor. Namun apabila suatu meteoroit tersebut masuk ke sebuah atmosfer hingga sampai ke permukaan bumi disebut dengan meteorit .

C. Teori Pembentukan Tata Surya

1. Vortex Model
Teori pembentukan tata surya yang pertama adalah vortex model. Di mana teori hipotesis kosmologi modern pertama yang dikemukakan dan diperkenalkan oleh seorang filsuf serta ahli matematika Prancis pada tahun 1642 yang bernama Rene Descartes.

Beliau menyatakan pada teorinya kalau tata surya yang ada berasal dari awan partikel yang berputar menyerupai pusaran air dengan letak orbit yang mendekati lingkaran.

Awal mula letak Matahari yang berada di pusat serta calon planet yang terletak pada pusaran utama atau piringan cakram materi pembentuknya, sedangkan satelit yang ada terletak pada pusaran tambahan yang ada di sekitar pusaran calon planet.

2. Hipotesis Nebula
Teori nebula ini pertama kali dikemukakan oleh seorang astronom asal Swedia yang bernama Emanuel Swedenborg tepatnya pada tahun 1734. Yang kemudian oleh ilmuwan asal Jerman bernama Immanuel Kant, ide dari teori tersebut disambut kembali pada tahun 1755 melalui bukunya yang berjudul Allgemeine Naturgeschichte und Theorie des Himmels.

Kemudian pada tahun 1796, teori tersebut dilengkapi kembali oleh seorang ilmuwan Perancis bernama Marquis Pierre Simon de Laplace dalam bukunya berjudul Exposition du système du monde.

Pada teori nebula ini yang disebutkan mengenai tata surya berasal dari proses kondensasi atau penggumpalan kabut materi dan memiliki wujud materi berupa campuran gas serta debu yang memiliki ukuran yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan ukuran tata surya.

Berbagai materi tersebut sering kali dapat ditemukan di alam semesta. Lama kelamaan materi yang ada berputar dan berotasi serta tidak lepas dari adanya interaksi gaya gravitasi.

Pada teori nebula juga diungkapkan bagaimana massa materi terkumpul pada pusat. Hal tersebut dikarenakan putaran yang membuat pusat semakin padat dan juga pada akhirnya semakin panas yang kemudian membentuk protostar. Proses tersebut juga dapat disebut dengan kondensasi utama atau penggumpalan utama.

Sementara itu, dalam sayap cakram juga terjadi sebuah proses kondensasi atau yang bisa disebut dengan penggumpalan berikutnya yang memiliki bentuk cincin materi yang membentuk sebuah protoplanet sampai proto satelit.

Pada situasi tertentu juga bila nebula yang ada memiliki massa yang sangat besar, maka akan terjadi pula tahapan kondensasi yang terjadi berulang kali. Proses yang terjadi tersebut dinamakan sebagai proses fragmentasi.

3. Hipotesis Planetesimal
Teori pembentukan tata surya yang ketiga yaitu hipotesis planetesimal. Teori ini muncul setelah seorang astronom asal Amerika Serikat bernama Forest Ray Moulton pada tahun 1900 mengemukakan dan menunjukkan mengenai ketidaksesuaian antara hipotesis dari teori nebula dengan hasil observasi yang didasari penelitian.

Selanjutnya, pada tahun 1904 hingga 1905, bersama dengan pakar geologi bernama Thomas Chrowder Chamberlain, beliau menawarkan ide baru yang diberi nama hipotesis planetesimal. Dengan adanya pengamatan beliau terhadap bentuk nebula spiral, semakin menguatkan pandangan yang dimilikinya.

Pada tahun 2015 pada Encyclopaedia Britannica, planetesimal diartikan sebagai salah satu dari sekumpulan benda yang memiliki teori telah bergabung dalam membentuk bumi dengan berbagai planet lainnya setelah mengembun dari konsentrasi materi difusi yang ada pada awal sejarah tata surya.

Gumpalan dengan ukuran paling besar yang ada pada pusat kabut pilin berubah menjadi matahari, sedangkan beberapa gumpalan yang memiliki ukuran yang relatif lebih kecil berubah menjadi planet yang bersama beredar mengelilingi matahari atau berevolusi terhadap matahari.

4. Teori Pasang Surut
Teori pembentukan tata surya yang keempat yaitu teori pasang surut. Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Georges-Louis Leclerc Comte de Buffon. Pada teori ini disebutkan bahwa tata surya yang ada berasal dari materi matahari yang terlempar setelah mengalami tabrakan dengan sebuah komet.

Namun, teori pasang surut tersebut kemudian diperbaiki oleh James Hopwood Jeans yang merupakan astronom yang berasal dari Inggris pada tahun 1917. Menurutnya mengenai teori pasang surut, beliau menyatakan bahwa tata surya yang ada diperkirakan terbentuk akibat melintasnya sebuah bintang yang berada di dekat matahari.

Hal tersebut yang membuat sebagian materi yang ada pada matahari tersedot serta terlempar ke luar yang membuat terbentuknya berbagai planet tersebut.

5. Teori Bintang Ganda
Teori pembentukan tata surya yang kelima yaitu teori bintang ganda. Di mana Ray Lyttleton pada tahun 1930-an mengemukakan dan menyimpulkan jika matahari pada awalnya merupakan sistem bintang ganda. Yang kemudian, pasangan dari matahari mengalami tabrakan dengan bintang lain.

Hasil dari ledakan tersebut menghasilkan sisa yang pada akhirnya membentuk sebuah planet. Terdapat juga alternatif berikutnya yaitu sistem bintang bertiga dan dua bintang teman matahari mengalami tabrakan dan pada akhirnya menjadi planet yang ada saat ini.

6. Teori Awan Antar Bintang
Teori pembentukan tata surya yang keenam yaitu teori awan antar bintang yang dikemukakan dan diutarakan oleh seorang astronom Soviet bernama Otto Schmidt pada tahun 1943.

Dalam kajian teori ini, banyak pula astronom Soviet yang ikut bergabung serta berfokus pada teori ini. Di mana, Lyttelton juga ikut serta dalam memodifikasi teori ini berbasis mekanisme penggumpalan awan materi yang mirip dengan planetesimal.

Pada teori awan antar bintang, jika matahari melewati daerah awan materi yang padat. Dengan adanya proses penarikan materi, hal tersebut yang membuat terbentuknya cakram materi yang ada di sekitar matahari.

7. Teori Awan Debu atau Proto Planet
Teori pembentukan tata surya yang ketujuh yaitu teori awan debu atau proto planet. Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli astronomi yang berasal dari Jerman bernama Carl von Weizsaecker pada tahun 1940-an yang melalui teori proto planet ini mengemukakan pendapatnya mengenai bagaimana terbentuknya tata surya yang ada.

Teori awan debu ini kembali disempurnakan tepatnya pada tahun 1950-an oleh Gerard P. Kuiper, di mana beliau melakukan perbaikan pada berbagai teori yang ada sebelumnya. Teori ini sendiri merupakan teori yang paling banyak diterima banyak orang, hal tersebut dikarenakan teori ini dianggap memenuhi syarat bagi keadaan yang ditemukan, baik di dalam dan juga di luar tata surya.

Teori protoplanet atau awan debu ini sendiri didasari oleh matahari serta planetnya yang berasal dari kabut gas. Kabut gas yang ada tersebut tersebar secara tipis di angkasa dalam jumlah yang banyak.

Dengan adanya pengaruh yang berasal dari gaya tarik antarmolekul di dalam kabut gas tersebut, secara perlahan membuat kabut tersebut menjadi gumpalan yang dengan perkembangan waktu menjadi padat. Keadaan tersebut sendiri disebabkan karena adanya gerak gas secara berputar dan tidak beraturan yang ada pada kumpulan kabut.

Namun, gerak tersebut kemudian lama kelamaan menjadi perlahan serta berputar yang membuat kabut tersebut menjadi padat dan pipih. Salah satu gumpalan yang ada mengalami pemepatan pada bagian tengahnya, sementara beberapa gumpalan kecil lainnya hanyut pada sekitar lingkungan pusat tersebut. Gumpalan yang ada di tengah tersebut yang kemudian kita kenal sebagai matahari.

8. Teori Ledakan Maha Dahsyat atau Big Bang
Teori pembentukan tata surya yang kedelapan yaitu teori ledakan maha dahsyat atau juga yang dikenal dengan teori big bang. Teori ini diungkapkan oleh Ralph Alpher, George Gamow, serta Robert Herman pada tahun 1948 yang menyatakan bahwa alam semesta yang ada memiliki dimensi yang tidak terbatas, dimana alam semesta tersebut tidak memiliki awal dan juga bersifat abadi.

Dengan adanya dasar di filosofi materialis, pandangan tersebut kemudian menyangkal teori Sang Pencipta, di mana teori Big Bang sendiri menyatakan bahwa semesta yang ada sebagai kumpulan materi yang konstan serta tidak dapat berubah serta stabil.

Namun, dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi yang ada pada abad ke 20, konsep primitif tersebut dihancurkan. Kemudian, pada awal abad ke 21 di mana sejumlah pengamatan, perhitungan, serta percobaan fisika modern dilakukan berhasil menghasilkan suatu kesimpulan, yaitu seluruh alam semesta yang ada beserta dimensi waktu, muncul karena hasil dari ledakan raksasa yang terjadi dalam kurun waktu tertentu yang terjadi dalam sekejap saja.

Alam yang ada tersebut kemudian menjadi materi, yang kemudian berubah menjadi materi yang berukuran sangat kecil serta padat, massa yang ada sendiri memiliki tekanan yang besar serta sangat berat. Hal tersebut dikarenakan adanya reaksi inti yang kemudian terjadi sebuah ledakan besar yang cukup hebat.

Massa tersebut kemudian berserakan dan semakin lama terus berkembang pada kurun waktu yang cepat serta bergerak menjauhi pusat ledakan yang membentuk berbagai kelompok dengan berat jenis yang jauh lebih kecil serta terus mengalami pergerakan menjauhi titik pusat yang ada.

Dentuman besar tersebut sendiri terjadi ketika seluruh materi pada kosmos dengan kerapatan yang besar serta suhu yang sangat tinggi yang berasal dari volume yang sangat kecil. Alam semesta yang ada sendiri terlahir dari adanya singularitas fisis dalam keadaan yang ekstrem.
Teori ledakan maha dahsyat atau teori big bang ini sendiri juga menguatkan mengenai pendapat bahwa alam semesta yang ada saat ini pada mulanya tidak ada, namun sekitar dua belas milyar tahun yang lalu tercipta dari ketiadaan.

Peristiwa yang ada tersebut kemudian dikenal dengan ledakan maha dahsyat “Big Bang” yang membentuk keseluruhan alam semesta tepatnya sekitar lima belas milyar tahun yang lalu. Teori ini juga menyatakan bahwa jagat raya ini sendiri tercipta dari sebuah ketiadaan dari hasil ledakan yang ada di satu titik tunggal.

9. Teori Apungan
Teori pembentukan tata surya yang kesembilan adalah teori apungan. Teori ini sendiri pertama kali diungkapkan oleh perhimpunan ahli geologi Frankfurt asal Jerman yang disebut dengan teori pergeseran benua-benua dan apungan.

Teori ini juga pertama kali dipopulerkan dalam bentuk buku pada tahun 1915 yang memiliki judul Die Entstehung der Konfjnenfe und Ozeane yang memiliki arti asal usul lautan serta benua.

Buku tersebut kemudian menimbulkan kontroversi besar pada lingkungan ahli geologi, di mana hingga akhirnya keadaan mereda tepatnya pada tahun enam puluhan setelah teori apungan benua oleh Wegener tersebut mendapat banyak dukungan

Wegener mengemukakan teori apungan ini sendiri berdasarkan berbagai pertimbangan di antaranya,
1. Terdapat persamaan antara garis kontur yang ada pada pantai timur benua Amerika Utara dengan benua Selatan dengan garis kontur Afrika dan pantai barat Eropa. Kesamaan pola garis kontur yang ada pada pantai tersebut sendiri menunjukkan bahwa pada dasarnya Benua Amerika Utara dan juga Selatan serta Eropa dan Afrika pada dahulunya merupakan bento daratan yang letaknya saling berhimpitan.

Melalui fakta formasi geologi yang ada pada bagian yang bertemu tersebut serta kesamaannya. Keadaan itu sendiri berhasil membuktikan kebenarannya. Di mana formasi geologi yang ada di sepanjang pantai Afrika Barat yang terbentang dari tanjung Afrika Selatan serta Sierra Leone sama dengan formasi geologi yang ada pada pantai Timur Afrika, dari Bahia Blanca serta Peru.

2. Berbagai benua tersebut juga dulunya disebut sebagai Benua Pangea yang kemudian pecah dikarenakan adanya gerakan benua besar selatan yang mengalami pergerakan ke arah barat serta ke arah utara menuju khatulistiwa.

Daerah tersebut sendiri kemudian mengalami pergerakan dengan kecepatan 36 m/ tahun bergerak menjauhi darah Eropa sementara Kepulauan Madagaskar bergerak menjauhi Afrika Selatan yang memiliki kecepatan 9 m/tahun. Berdasarkan peristiwa tersebut kemudian terjadilah banyak hal bentangan samudra dan benua yang mengapung secara terpisah.

Samudra Atlantik yang ada sendiri juga semakin lama menjadi luas dikarenakan benua Amerika yang saat itu juga masih bergerak ke arah barat, hal tersebut yang membuat terjadinya berbagai lipatan pada kulit bumi yang menjadi jajaran pegunungan yang terbentang dari selatan serta utara yang ada di sepanjang pantai Amerika Selatan serta Utara.

Aktivitas seismik luar biasa yang terjadi di sepanjang Patahan St. Andreas, yang berlokasi di dekat pantai barat Amerika Serikat. Batas Samudra Hindia tersebut kian mendesak ke utara. Di mana anak benua India yang ada juga terus menyempit serta mendekati Benua Eurasia, yang pada akhirnya menimbulkan lipatan pada Pegunungan Himalaya. Pergerakan pada benua tersebut sendiri hingga saat ini juga masih terus berlangsung serta dibuktikan dengan semakin melebarnya celah yang ada di alur bagian dalam samudra.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment