Playing Victim: Pengertian, Ciri, Penyebab, Cara Menghadapi, dan Mengatasinya

Table of Contents
Pengertian Playing Victim
Playing Victim

A. Pengertian Playing Victim

Playing victim (victim mentality) adalah sebuah sikap seseorang yang dengan sengaja menimpakan kesalahan kepada orang lain. Padahal, ia tahu, kesalahan tersebut adalah kesalahan yang dilakukannya sendiri. Bahkan, orang tersebut bisa mengaku sebagai korban, lantaran hendak menghindari tanggung jawab sebagai pelaku.

Orang-orang seperti ini selalu mengidentifikasi diri sebagai korban yang memiliki keyakinan bahwa orang lain menyebabkan kesengsaraan yang ia alami dan tidak ada yang dapat dilakukan untuk mengubah situasi.

Alasan mengapa seseorang bisa bertindak demikian sangat beragam, antara lain untuk mengontrol atau memengaruhi pikiran, perasaan, dan tindakan orang lain; membenarkan tindakan mereka; mencari perhatian; atau sebagai cara untuk mengatasi situasi tertentu.

Playing victim merupakan perilaku yang toxic, terutama jika digunakan untuk memanipulasi seseorang. George K.Simon (1996) dalam In Sheep's Clothing: Understanding and Dealing with Manipulative People menulis manipulator sering menampilkan diri sebagai korban dari suatu keadaan atau tindakan orang lain.

B. Ciri Playing Victim

Berikut ciri atau tanda playing victim yang biasanya dilakukan oleh pelakunya di antaranya,
1. Menghindari Tanggung Jawab
Vicki Botnick, seorang therapist pernikahan dan keluarga di California mengatakan bahwa salah satu tanda playing victim adalah mereka selalu menghindari tanggung jawab. Botnick sendiri menjelaskan bahwa mereka yang memiliki victim mentality atau playing victim sangatlah sulit untuk diberikan tanggung jawab atau dipercaya.

Sikap yang biasanya mereka tunjukkan di antaranya,
a. Selalu menyalahkan orang lain
b. Membuat alasan
c. Tidak ingin dibebani tanggung jawab
d. Selalu bereaksi "ini bukan salah saya" pada setiap permasalahan yang ada

Hal buruk akan selalu terjadi di hidup kita. Bahkan banyak orang yang bernasib buruk adalah orang-orang baik yang tidak pantas menerimanya. Sangatlah bisa dimengerti bahwa ketika seseorang terus menerus merasakan kesulitan dalam hidupnya secara konstan dari waktu ke waktu bisa memulai percaya bahwa dunia tidak menginginkan mereka dan dunia sangatlah tidak adil.

2. Hanya Fokus pada Masalah, Bukan Solusi
Tidak semua situasi negatif adalah kondisi yang benar-benar tak bisa dikendalikan. Jika dilihat lebih dekat, setidaknya akan ada celah untuk mencari solusi dalam sebuah permasalahan. Dan ketika kita bisa melihat celah yang ada, hal tersebut adalah sebuah tindakan yang membuat kita jadi manusia lebih baik.

Orang-orang yang sering melakukan playing victim adalah mereka yang menunjukkan sedikit ketertarikan dalam membuat perubahan. Mereka bahkan akan menolak untuk dibantu dan lebih suka mengasihani diri mereka sendiri.

Menghabiskan sedikit waktu untuk bersedih dan mengasihani diri bukanlah hal yang sepenuhnya tidak sehat. Faktanya, tindakan ini bisa membantu kita dalam memproses emosi yang menyakitkan. Meski demikian, mengasihani diri tidak bisa dilakukan secara terus menerus. Harus ada waktu berhenti dan agar kita bisa bangkit dari keterpurukan.

3. Selalu Merasa Lemah
Banyak orang yang merasa sebagai korban percaya bahwa mereka tak memiliki kekuatan untuk mengubah situasi yang ada. Namun sayang, kehidupan kadang terus-terusan membawa mereka ke dalam masalah. Dan dari kacamata mereka, mereka tak bisa melakukan apapun untuk sukses atau bahkan keluar dari jerat masalah.

4. Selalu Beranggapan Hal Buruk akan Terjadi pada Diri Mereka
Orang-orang yang playing victim adalah mereka yang selalu beranggapan bahwa hal buruk akan selalu terjadi pada mereka. Kesulitan yang hadir terus menerus biasanya akan menghasilkan monolog di dalam diri yang malah akan membuat orang-orang tersebut memiliki banyak pikiran yang lebih negatif.

5. Tidak Percaya Diri
Dilansir dari Healthline, salah satu tanda lain dari mereka yang kerap melakukan playing victim adalah rasa percaya diri yang rendah. Mereka selalu melihat diri mereka sebagai korban dan tak memiliki keberanian dan bahkan kepercayaan diri yang kuat. Hal ini biasanya akan membuat orang-orang dengan victim mentality jadi lebih buruk.

Mereka bisa saja berpikir "saya tidak cukup pintar untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik" atau "saya tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk sukses". Perspektif ini akan membuat mereka enggan untuk mengembangkan kemampuan atau mengidentifikasi kekuatan baru serta kemampuan yang bisa membantu mereka untuk mendapatkan hal yang diinginkan.

Mereka yang selalu berusaha dengan keras untuk mewujudkan cita-cita dan gagal juga bisa membuat orang tersebut merasa sebagai korban dari kehidupan. Ketika kepala kita sudah dipenuhi oleh hal yang negatif dan bercampur dengan ketidakpercayaan diri, hal itu bisa membuat mereka sulit untuk melihat kemungkinan atau kesempatan yang lainnya.

6. Frustrasi dan Marah
Hal yang paling terlihat dari tanda-tanda playing victim adalah emosional yang bergejolak. Mereka yang selalu merasa diri mereka adalah korban seringkali merasa;
a. Frustrasi dan marah pada dunia yang sepertinya selalu bertentangan dengan keinginan mereka
b. Tidak ada harapan mengenai kehidupan yang tidak juga berubah
c. Merasa tersakiti ketika orang yang mereka pedulikan tidak memedulikan mereka
d. Marah ketika ada orang lain yang terlihat bahagia dan sukses

Emosi di atas bisa sangat dirasakan dan berlipat ganda pada orang-orang yang selalu percaya diri mereka adalah korban dari ketidakadilan. Dan ketika tidak cepat diatasi, perasaan di atas bisa berubah menjadi;
a. Kemarahan yang meledak-ledak
b. Depresi
c. Mengisolasi atau mengurung diri
d. Selalu merasa kesepian

Dalam sebagian kasus, orang yang sering melakukan playing victim adalah mereka yang sering kali merasa putus asa. Hal yang bisa membuat mereka memiliki victim mentality adalah karena mereka sudah mengalami beragam kondisi sulit dari waktu ke waktu.

Ketidakmampuan diri untuk keluar dari kondisi sulit bisa membuat mereka terpuruk dalam perasaan yang membuat mereka merasa sebagai korban secara terus menerus. Namun perlu diketahui bahwa playing victim juga bisa dilakukan ketika orang tersebut ingin menghindari amarah orang lain atau ingin mendapatkan hal yang diinginkan.

Jadi hal terbaik ketika menghadapi mereka yang kerap melakukan playing victim adalah dengan mencari tahu alasan mereka melakukan hal tersebut, tidak menghakimi dan perlu menerapkan batasan yang jelas.

C. Penyebab Sifat Playing Victim

Sifat buruk playing victim ini tentu tidak datang begitu saja. Ada banyak hal yang bisa menjadi latar belakang munculnya sifat ini di antaranya,
1. Memiliki gangguan kepribadian narsistik dan manipulasi
Playing victim menjadi orang yang cenderung senang ketika menyalahkan orang lain dan berpura-pura menjadi korban. Hal tersebut bisa jadi sebagai sebuah tindakan yang juga senang memanipulasi orang lain dengan tujuan mendapat simpati dan perhatian. Akan tetapi biasanya hal ini juga berkaitan dengan kepribadian narsistik. Gangguan ini membuat seseorang berpikir bahwa dirinya adalah orang yang penting dibanding orang lain.

2. Memiliki trauma masa kecil yang mendalam
Penyebab kedua bisa juga karena adanya trauma masa kecil. Mereka yang biasa melimpahkan kesalahan kepada orang lain biasanya memiliki masa lalu yang cukup traumatik. Jadi ketika ia bertindak sebagai playing victim, artinya ia sedang melakukan pertahanan diri.

Hal tersebut dilatarbelakangi oleh stres masa lalu yang kemudian mengubah struktur kimia dalam otaknya. Meski begitu, ternyata rasa sakit emosional yang dialaminya juga cukup berpotensi untuk membuatnya menjadi orang yang sulit mengontrol segala sesuatu.

3. Memiliki pengalaman dikecewakan orang lain
Penyebab ketiga playing victim adalah adanya pengkhianatan yang ia terima berkali-kali. Perasaan kecewa atas pengkhianatan yang terus diterima dari orang lain akan membuat ia sulit untuk mempercayai orang lain.

Maka dari itu ia akan merasa bahwa ia adalah seorang korban, dan kesalahan selalu dilakukan orang lain, bukan dirinya. Hal tersebut muncul lantaran ia merasa lebih banyak disakiti dan dikecewakan. Maka pada akhirnya ia lebih memilih untuk menyalahkan orang lain dan menjebak mereka atas rasa bersalah tersebut.

4. Memiliki kecenderungan untuk menghancurkan diri sendiri
Keempat yang bisa juga menjadi penyebab adalah adanya kecenderungan untuk menghancurkan diri sendiri. Orang yang suka playing victim biasanya juga berkutat dengan pembicaraan dan pikiran yang negatif tentang dirinya. Sehingga menganggap diri sendiri sebagai orang lemah dan kecil. Padahal pikiran tersebut justru adalah sebuah tindakan yang akan menghancurkan.

Sebab self talk yang negatif bisa menghancurkan pertahanan diri seseorang dan membuat ia terbelenggu dalam lingkaran keputusasaan, sehingga akan sulit baginya untuk bangkit dari keterpurukan.

5. Memiliki dendam terhadap orang yang sukses
Penyebab terakhir yang bisa membuat orang bersikap playing victim adalah adanya dendam terhadap orang lain yang lebih sukses darinya. Karena pada faktanya, perilaku playing victim menjadi salah satu cara bagi seseorang untuk melindungi diri.

Hal ini muncul lantaran ia merasa bahwa ia tak boleh dikalahkan oleh orang lain, sehingga muncullah rasa iri dalam hatinya. Rasa iri pada orang yang lebih sukses ini kemudian menjadi dendam di dalam hati. Maka dari itulah, ketika ada kesempatan, ia akan mengeksploitasi orang lain dengan kesalahan yang dilakukan dan mencemarkan nama baiknya.

D. Cara Menghadapi Playing Victim

Terdapat beberapa cara bijak yang bisa dilakukan untuk menghadapi pelaku playing victim di antaranya,
1. Langsung beritahu terkait sikapnya yang mengganggu orang lain
Mereka yang suka melakukan playing victim selalu menunjuk orang lain untuk disalahkan bukan? Sedangkan jika kamu mengatakan bahwa dia telah bersikap playing victim, maka tidak akan berhasil mengubah tingkah lakunya. Ia justru membela diri seolah segala ucapannya selalu benar dan tidak ingin disalahkan.

Kendati demikian, sebaiknya langsung saja bersikap tegas dan beritahu beberapa sikapnya yang seolah sedang playing victim. Dari sikap yang diperlihatkan justru sudah mengganggu kamu dan orang-orang sekitar lainnya. Langkah ini akan berguna karena dapat mengubah situasi yang ada, sehingga dia pun tidak lagi bersandiwara atau berhenti mencari simpatik dari orang lain lagi.

2. Memberikan pilihan solusi yang mudah dilakukan
Seseorang yang playing victim biasanya mengalami sakit emosional dan berpotensi mengganggu karena kurang bisa dikontrol dengan baik. Mereka pun selalu merasa tidak berdaya dan percaya bahwa masalahnya disebabkan oleh orang lain. Daripada kamu dan orang lain ikut frustrasi dengan keluhan serta energi negatifnya, alangkah lebih baik untuk memberikan beberapa alternatif solusi pada permasalahannya.

Meski orang dengan karakter mental playing victim tidak dengan mudah menerima solusi, namun tidak ada salahnya dicoba. Berikanlah beberapa pilihan solusi yang paling praktis dan mudah dilakukan dia.

3. Tidak memberikan perhatian dan berdebat dengannya
Menghadapi orang yang suka melakukan playing victim perlu bersikap tenang dan berhenti simpati berlebihan. Sebaiknya, tidak memberikan atensi berlebihan kepada pelaku playing victim. Sebab memberikan perhatian hanya akan semakin membuatnya besar kepala dan menyebabkan perdebatan yang tak kunjung selesai.

Jika terjadi perdebatan, maka hanya sia-sia dan dikhawatirkan ia bisa memperkeruh suasana. Apalagi jika yang kamu hadapi termasuk orang dengan mental tidak sehat dan pernah mengalami trauma di masa lalu.

4. Hindari mengikuti dramanya agar tidak memancing kekesalan
Apakah kamu merasa kesal saat berhadapan dengan pelaku playing victim? Kamu hanya perlu mengatur emosi dan hindari berinteraksi dengannya, bahkan berusaha menjauh dari lingkaran pertemanan bersamanya. Ini agar kamu tidak merasa semakin kesal karena kepandaian dia yang suka memutarbalikkan fakta.

Selain itu, kamu tidak perlu mengikuti dramanya dengan ikut alur emosinya. Kamu cukup merespons dia secara datar dan terkesan tidak antusias. Langkah selanjutnya, tinggalkan dia dan kembali pada aktivitas keseharianmu yang lebih bermanfaat.

5. Menjaga jarak dan mengontrol kedekatan dengan pelaku
Pasti kamu merasa emosi karena dia suka memanipulasi orang lain demi mendapat simpati dan perhatian. Memang, tidak ada pertemanan yang sempurna. Namun, jika kamu sudah pernah dijadikan target oleh pelaku playing victim yang notabenenya adalah teman sendiri, usahakan untuk berjaga jarak.

Tidak perlu bermusuhan, tetapi hanya mengontrol kedekatan dan tidak memiliki hubungan yang terlalu dekat. Kamu masih bisa berteman dengan orang seperti ini dan bersikap profesional.

E. Cara Mengatasi Perilaku Playing Victim

Memiliki perilaku atau sikap playing victim bukanlah sesuatu yang baik. Namun bagi siapapun yang merasa memiliki sikap tersebut, bukan berarti ia adalah orang yang buruk, asalkan ada keinginan untuk mengubah dirinya menjadi lebih baik.

Berikut beberapa hal yang bisa membantu setiap orang dengan playing victim untuk menjadi lebih baik lagi di antaranya,
1. Pandang diri sebagai pejuang, bukan korban
Sebagai korban, biasanya akan berpikir bahwa tidak ada harapan bagi hidupnya, sementara pejuang selalu mencoba mengambil alih kehidupan. Korban juga selalu melawan kehidupan, sementara pejuang akan menyambut kehidupan.

Mentalitas korban akan muncul dalam sikap suka dikasihani, dan inilah yang perlu diubah. Merasa menjadi korban akan membuat siapa pun merasa ia tidak bersalah, bahwa orang lainlah yang salah.

Padahal menjadi seorang pejuang jauh lebih menyenangkan. Hidup akan lebih bermakna saat mampu memperjuangkan sesuatu. Dan sekali seseorang mendapatkan kemenangan atas perjuangannya sendiri, maka perasaan lebih baik dan ingin terus berhasil akan dimilikinya.

Seorang pejuang tentu juga akan berkumpul dengan orang-orang seperjuangan, yang memiliki berbagai sikap dan pikiran positif.

2. Miliki rasa tanggung jawab atas diri sendiri
Pertama-tama cobalah untuk mengevaluasi diri ketika mendapatkan simpati dari orang lain. Simpati ini akan membuat Anda merasa spesial, sehingga tidak mungkin melakukan kesalahan. Kesalahan hanya dilakukan oleh orang lain. Pikiran tersebut muncul lantaran Anda merasa sebagai orang yang spesial, sehingga dapat melemparkan kesalah para yang lain.

Maka dari itu, langkah kedua untuk menghindari perilaku playing victim adalah milikilah rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri. Hal utama yang harus diubah adalah mindset atau cara berpikir yang salah. Jika selama ini ada pikiran sebagai orang spesial sehingga patut menyalahkan orang lain, maka ubahlah dengan kalimat yang lebih positif.

Seperti kalimat aku bertanggung jawab atas hidupku sendiri, atau kalimat positif aku dapat mengubah hidupku menjadi lebih baik lagi. Dengan pikiran yang lebih positif, akan berpengaruh pada sikap playing victim yang selama ini dilakukan.

3. Berlatih meditasi dan menyadari diri
Hal ketiga yang juga bisa dilakukan adalah dengan melakukan meditasi. Ada banyak sekali hal yang dapat dilakukan saat meditasi. Seperti merenungi kesalahan, memusatkan pikiran pada hal-hal positif, mengubah pikiran negatif, menyadari keberadaan diri, dan banyak hal lainnya.

Ketika Anda merasa sering melakukan playing victim, cobalah untuk bermeditasi dan memikirkan alasannya.

Jika melalui meditasi ini Anda berhasil mengevaluasi diri dan menemukan alasan atas sikap yang tidak tepat, maka Anda juga dapat berbicara dengan diri sendiri. Bagaimana cara agar tidak mengulanginya lagi dan mengubah pikiran negatif yang ada dengan pikiran yang lebih positif lagi.

Dengan meditasi secara rutin, maka Anda akan menemukan sedikit pencerahan terhadap cara berpikir yang ternyata selama ini salah.

4. Jangan memperlakukan diri sendiri terlalu keras
Cara keempat untuk bisa keluar dari sifat playing victim adalah dengan tidak memperlakukan diri secara keras. Ketika Anda sering menjadikan diri sendiri sebagai korban, berarti Anda juga telah siap untuk selalu menjadi korban.

Jangan sampai perilaku pura-pura menjadi korban ini malah justru menjadikanmu korban betulan. Padahal, dalam hal apapun menjadi korban tidaklah menyenangkan. Meski akan mendapat simpati dan perhatian dari orang lain, namun itu tak akan lebih menyenangkan dibanding Anda bisa bangkit dan melawan.

Maka dari itu, dibanding berpura-pura menjadi korban dan menyalahkan orang lain atas kesalahan yang tidak mereka lakukan, lebih baik melihat diri sendiri. Perlakukan diri dengan lebih lembut dan baik. Jika merasa memiliki luka yang belum sembuh, tak perlu dilampiaskan ke orang lain.

Cobalah untuk mencari bantuan profesional yang mampu membimbing menangani luka-luka tersebut. Dengan begitu, sikap dan perilaku Anda pun akan dapat diubah. Sebab luka yang dibiarkan terus menerus, justru akan membuat Anda semakin terpuruk dan tenggelam dalam sikap playing victim tadi.
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment