Pengertian Utang Negara, Jenis, Indikator, Kelebihan, dan Kekurangannya

Table of Contents
Pengertian Utang Negara
Utang Negara

A. Pengertian Utang Negara

Utang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar Pemerintah Pusat dan/atau kewajiban Pemerintah Pusat yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, perjanjian, atau berdasarkan sebab lainnya yang sah (Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara).

Suatu pemerintah negara bisa menjalankan tiga pilihan anggaran fiskal, yaitu surplus, defisit, dan imbang. Ketiga pilihan ini berbeda dalam hal apakah pemerintah memiliki pendapatan yang lebih, kurang atau sama dari belanja pemerintah.

Dalam hal defisit fiskal, pendapatan yang diperoleh oleh pemerintah dinilai lebih kecil daripada pengeluarannya. Untuk itu, sumber pendapatan utama pemerintah adalah dari pajak. Karena pendapatan yang diraih oleh pemerintah tidak bisa mencukupi keperluannya, maka pilihan yang masih bisa diambil adalah dengan berhutang.

Jadi, sebenarnya defisit anggaran pemerintah akan lebih difokuskan untuk meningkatkan ekonomi negara. Setiap kali pemerintah memerlukan banyak pendanaan guna membiayai inisiatif perkembangannya, maka negara hanya bisa melakukan dua cara saja, yaitu meningkatkan pajak atau berutang.

Karena meningkatkan pajak bisa membebani masyarakat dan membutuhkan suatu proses ratifikasi yang cukup panjang dan rumit, maka pilihan pemerintah akan cenderung jatuh pada penerbitan utang dalam wujud penerbitan surat utang negara.

Jadi, utang pemerintah yang dilakukan saat ini adalah bentuk akumulasi dari nilai defisit anggaran yang terjadi selama tahun-tahun sebelumnya saja.

B. Jenis Utang Negara

1. Utang Negara Domestik
Demi mendanai pembangunan domestik, maka pemerintah selanjutnya akan mengeluarkan obligasi agar bisa dibeli oleh investor domestik. Terdapat beberapa jenis investor yang mampu membeli obligasi dari pemerintah, seperti perusahaan asuransi, perusahaan bank, hingga dana pensiun.

Jenis obligasi yang satu ini dinilai rendah atau bebas risiko pelarian modal karena investornya berasal dari domestik. Sehingga, efek nilai tukarnya juga bisa diminimalisir.

Ketika dalam kondisi krisis ekonomi, beberapa negara bisa meningkatkan pajak atau mencetak uang yang lebih banyak agar bisa membayar kembali pinjamannya. Walaupun, pilihan terakhir tersebut memiliki risiko meningkatkan inflasi.

2. Utang Negara Internasional
Utang internasional adalah bagian utang dari suatu negara yang mana pembeli dari surat utang tersebut adalah pihak investor dari luar negeri. Pinjaman yang didapat beserta dengan bunganya harus dibayar dalam mata uang pinjaman tersebut.

Untuk bisa memperoleh mata uang yang diperlukan untuk membayar kembali pinjaman yang sudah diberikan, maka pihak pemerintah bisa menjual ataupun mengekspor barang ke negara pemberi pinjaman tersebut, atau bisa juga mengubah pendapatannya menjadi mata uang negara pemberi pinjaman.

Krisis utang bisa saja timbul pada suatu negara dengan kondisi ekonomi yang lemah dan sudah tidak mampu lagi membayar utang luar negerinya. Hal tersebut dikarenakan negara  tidak mampu mengumpulkan pajak yang tepat.

Biasanya hal tersebut terjadi dalam beberapa periode pertumbuhan ekonomi yang terlampau lemah, yang mana keuntungan bisnis dan pendapatan masyarakat menjadi menurun tajam.

C. Indikator Kesehatan Utang Negara

Alat ukur atau indikator yang digunakan untuk menilai kesehatan ekonomi pemerintah dan tingkat utang suatu pemerintahan adalah rasio utang terhadap PDB nya. Nilai rasio utang yang tinggi terhadap PDB berarti menunjukkan bahwa negara tersebut berisiko gagal untuk membayar utangnya.

Beberapa negara dengan rasio utang terhadap PDB yang kurang dari 40 di tahun 2019 adalah Korea, Hongkong, dan Rusia. Sedangkan Yunani dan Italia adalah negara yang mempunyai rasio utang terhadap PDB lebih dari 100%. Untuk bisa mendapatkan info ini, Anda bisa mengunjungi sovereign rating indicators dalam laman Standard and Poor’s.

Namun, rasio yang tinggi tidak selamanya diartikan buruk. Beberapa negara yang tingkat perekonomiannya stabil juga ternyata mempunyai toleransi yang tinggi atas risiko gagal bayar utang. Seperti misalnya Amerika Serikat yang mempunyai rasio utang terhadap PDB yang tinggi, yaitu sebanyak 111.95%, namun masih bisa diimbangi dengan ekonomi Amerika yang terbilang kuat untuk bisa melunasi berbagai utangnya.

Namun, di luar dari semua itu, utang tetap saja melahirkan suatu kewajiban yang harus dibayar. Setiap negara harus belajar dari krisis yang dialami Yunani, yang mana uangnya menjadi sumber krisis ekonomi. Terlebih lagi di era globalisasi seperti saat ini utang bisa saja menular dengan cepatnya.

Untuk itu, pihak pemerintah di seluruh negara harus mampu menangani utang secara bijak karena efeknya yang mampu menjadi riak ke seluruh negara di dunia.

D. Kelebihan dan Kekurangan Utang Negara

1. Kelebihan
Utang negara sangat diperlukan untuk bisa menjalankan operasional pemerintahan ekonomi negara, berikut beberapa kelebihannya di antaranya,
a. Utang negara mampu mendorong perkembangan ekonomi. Beberapa negara banyak yang menutup defisit ekonominya dengan cara meminjam uang. Pemerintah bisa memanfaatkan utang untuk bisa mendanai berbagai proyek pembangunan di dalam negaranya.

Beberapa pembangunan infrastruktur dan pendidikan dinilai turut berkontribusi atau peningkatan kapasitas produktif perekonomian negara.

b. Pihak pemerintah bisa menggunakan utang sebagai suatu saluran instrumen kebijakan ekonomi. Dengan adanya kebijakan ekonomi, maka pemerintah akan berupaya untuk bisa mencegah efek negatif dari adanya fluktuasi siklus bisnis.

Untuk bisa melakukannya, maka bank sentral bisa memanfaatkan surat utang untuk bisa melakukan operasi moneternya tersebut. Saat pemerintah ingin memoderasi perkembangan finansial dan inflasi di dalam negaranya, maka bank sentral akan menjual surat utang negara ke pasar.

Sebaliknya, bank sentral akan membeli surat utang pemerintah di pasar saat negara ingin mendorong perkembangan ekonominya.

c. Penerbitan surat utang mampu merangsang pasar obligasi dan korporasi yang tengah berkembang. Biasanya, surat utang pemerintah bisa menjadi suatu benchmark sendiri bagi surat utang koperasi. Akibatnya, perkembangan surat utang negara akan memungkinkan pasar obligasi korporasi untuk turut berkembang.

2. Kekurangan
a. Utang negara bisa melahirkan efek crowding-out. Jika pihak pemerintah meminjam dana yang terlalu besar di pasar domestik, maka hal tersebut akan mengurangi dana yang bisa dipinjam oleh sektor swasta.

Penerbitan utang yang besar diartikan sebagai besarnya pasokan. Hal tersebut memungkinkan terjadinya akses pasokan sehingga pasar tidak mampu menyerap surat utang pemerintah. Dalam kondisi seperti ini, maka kemungkinan pihak pemerintah akan menawarkan suku bunga yang tinggi untuk memancing para investor dan menarik permintaan mereka.

Namun, suku bunga yang tinggi juga bisa menghambat investasi swasta karena biaya modal mereka tentunya akan menjadi lebih mahal. Adanya penurunan investasi pada perusahaan swasta akan meredam perkembangan ekonomi secara lebih besar daripada yang bisa distimulasi dari pengeluaran negara.

b. Berimbas pada devaluasi mata uang. Bila suatu negara mengalami kondisi gagal bayar utang, maka kecenderungan alaminya adalah menurunkan beban utang. Hal tersebut seringkali dilakukan dengan cara mendevaluasi mata uang negaranya.

Devaluasi adalah upaya menurunkan nilai daya beli mata uang domestik. Jika dilakukan, hal tersebut bisa menurunkan tingkat kepercayaan perekonomian negara.

c. Utang sangat rentan sekali terhadap pelarian modal. Tingginya kepemilikan asing pada surat utang pemerintah membuat suatu keadaan perekonomian yang terjadi berdasarkan aksi spekulan. Mereka mampu menarik dana investasinya kapan saja untuk bisa mendapatkan keuntungan jangka pendek ataupun mengamankan dananya.

Arus modal keluar asing ini bisa melahirkan tekanan atas nilai tukar. Adanya tekanan atas nilai tukar yang semakin besar tersebut akan melahirkan defisit perdagangan nasional.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment